orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga dan anak akan “melarikan diri” dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap
misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa remaja Sumiati,et.al,
2009. Problem utama dalam keluarga berorang tua tunggal adalah kekurangan
uang. Kemiskinan dapat merumitkan hubungan keluarga dan juga membahayakan perkembangan remaja melalui pengaruhnya terhadap kondisi emosional orang tua
Papilia, 2011. c.
Pendidikan Moral Dalam Keluarga Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-nilai akhlak
atau budi pekerti kepada anak di rumah. Pengertian budi pekerti mengandung nilai-nilai:
1. Keagamaan yaitu sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan
terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.
2. Kesusilaan yaitu meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain,
misalnya sopan santun, kerjasama, tenggang rasa, saling menghayati, saling menghormati, menghargai orang lai, dsb.
3. Kepribadian memiliki nilai dalam kaitan pengembangan diri, misalnya
keberanian, rasa malu, kejujuran, kemandirian, dsb.
2.5.2 Lingkungan sekolah
Pengaruh yang juga cukup kkuat dalam perkembangan remaja adalah lingkunngan sekolah. Umumnya orang tua menaruh harapan yang besar pada
Universitas Sumatera Utara
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam memilih sekolah, orang tua perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Suasana Sekolah
Persyaratan terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajr mengajar adalah suasana sekolah. Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada
kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah. Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
remaja, yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri Sumiati,et.al, 2009.
b. Bimbingan Guru
Untuk menyalurkan minta, bakat, dan hobi siswa perlu dikembangkan kegiatan ekstrakulikuler dengan bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar,
guru tidak sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurikulum terlutis, melainkan juga memberikan nilai yang terkandung di
dalamnya hidden curriculum, misalnya kerjasama, sikap empati mau mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap orang lain yang dapat
membuahkan kecerdasan emosional. 2.5.3 Lingkungan Teman Sebaya
Ketika anak-anak memasuki masa remaja, perubahan hakikat persahabatan juga terjadi. Pada umumnya, jumlah waktu yang dihabiskan bersama teman
meningkat tajam, remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya mereka daripada bersama anggota keluarga atau sendirian, menurut
Ambert 1997 dalam Slavin 2011.
Universitas Sumatera Utara
Remaja yang mempunyai persahabatan yang memuaskan dan harmonis juga melaporkan tingkat harga diri yang lebih tinggi, kurang merasa kesepian,
mempunyai kemampuan sosial yang lebih matang, dan bekinerja lebih baik di sekolah daripada remaja yang tidak mempu nyai persahabatan yang mendukung
Slavin, 2011. Selain teman-teman dekat mereka, kebanyakan remaja juga memberikan
nilai yang tinggi kepada kelompok sebaya yang lebih luas sebagai sumber gagasan, nilai, persahabatan dan hiburan. Hakikatnya hubungan dengan teman
sebaya pada masa remaja dicirikan berdasarkan status sosial dan pertemanan akrab sebaya. Status sosial, atau tingkat penerimaan teman oleh teman sebaya,
dipelajari dalam kaitannya dengan kelompok status yang sama, yang diidentifikasikan pada masa anak- anak pertengahan. Seperti pada anak-anak usia
sekolah dasar, remaja yang populer dan diterima dengan baik cenderung memperlihatkan penyelesaian konflik dan kemampuan akademis yang positif,
perilaku prososial dan sifat kepemimpinan Slavin, 2011.
2.5.4 Lingkungan Masyarakat