The Energy TransferTheory Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Modifikasi Onshore Rig di PT X Kota Batam Tahun 2016

30 2. Violattions. b. Preconditions for unsafe act 1. Condition of operator, 2. Poor practice of operator. c. Unsafe supervision 1. Inadequate supervision, 2. Improper planning, 3. Failure to correct problems, 4. Supervisory violations. d. Organizational Influence 1. Organizational influences, 2. Resource management, 3. Organizational climate, 4. Organizational process.

5. The Energy TransferTheory

Konsep ini menjelaskan bahwa accident terjadi karena adanya suatu energi release. Energi yang dimaksud dapat berupa panas, cahaya, listrik, cahaya, kimia, biologi, psikologik, biomekanik, radiasi, gravitasi dan lainnya. Berkaitan dengan energi release, dapat dibedakan tiga hal yaitu sumber energi, rute path dan penerima receiver. Teori ini sangat bermanfaat untuk menentukan penyebab injury,evaluasi hazard bertipe energi dan sebagai metode pengendaliannya. Pengendalian sumber energi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengeliminasi sumber energi, perubahan terhadap desain atau perubahan terhadap Universitas Sumatera Utara 31 spesifikasi elemen-elemen pada tempat kerja dan maintenace pencegahan. Rute perpindahan energi dapat dimodifikasi dengan cara menutup jalur pajanan energi, membuat barrier, install absorber dan menempatkan isolator. Sedangkan untuk penerima receiver dapat dibantu dengan cara mengurangi pajanan exposure dan menggunakan alat pelindung diri Chandra Satrya, 2005

2.3.2. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja pada prinsipnya dicegah dan pencegahan kecelakaan ini menurut Bennet NBS 1995 merupakan tanggung jawab para manajer lini, penyelia, mandor kepala, dan juga kepala urusan. Tetapi menurut M. Sulaksmono 1997 dan yang tersirat dalam UU no.1 tahun 1970 pasal 10, bahwa tanggung jawab kecelakaan kerja selain pihak perusahaan juga karyawan dan pemerintah Gempur, 2004. Dibawah ini adalah cara pencegahan kecelakaan kerja menurut beberapa orang: 1. Menurut Olishifki 1985 bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut : a. Memperkecil menekan kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material, dan struktur perencanaan, b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut, c. Memberikan pendidikan training kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja, Universitas Sumatera Utara 32 d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan. 2. Menurut Suma’mur 1996 bahwa kecelakan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut: a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan –ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas – tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan medis, b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, atau tidak resmi mengenai misalnya syarat – syarat keselamatan sesuai konstruksi peralatan industri dan alat pelindung diri APD, c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan – ketentuan perundang – undangan yang diwajibkan, d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri–ciri dari bahan- bahan berbahaya, pengujian alat – alat pelindung diri, e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan dan teknologi dan keadan yang mengakibatkan kecelakaan, f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola–pola kejiwaan yang mengakibatkan kecelakaan, g. Penelitian secara statistik, untuk menetepkan jenis – jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab- sebabnya, Universitas Sumatera Utara 33 h. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah – sekolah perniagaan atau kursus – kursus pertukangan, i. Latihan – latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khusunya tenaga kerja baru dalam keselamatan kerja, j. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap selamat, k. Asuransi yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan – tindakan keselamatan sangat baik, l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

2.4. Manajemen Risiko

Konsep manajemen risiko mulai dikenal dibidang keselamatan dan kesehatan kerja pada tahun 1980-an setelah berkembangnya model teori accident yang dikeluarkan oleh ILCI. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk memperkcil kerugian dan meningkatkan kesempatan atau peluang. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun kecelakaan kerja. Menurut ASNZS 4360:2004, manajemen risiko adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan dengan baik, mempunyai urutanlangkah-langkah dan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang ditimbulkan. Menurut Prof. Jean Universitas Sumatera Utara 34 Cross 1998, manajemen risiko merupakan suatu aktivitas dari mengidentifikasi, menganalisis, evaluasi dan pengendalian risiko yang bertujuan untuk meminimalkan kerugian. Menurut Ramli 2010, manajemen risiko dalam keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pengelolaan risiko dalam upaya pencegahan kecelakaan atau keadaan yang tidak diharapkan secara terencana dan terstruktur dalam suatu sistem.

2.4.1. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses manajemen risiko sebagaimana yang terdapat dalam Risk Management Standard ASNZS 4360, yaitu meliputi : Gambar 2.5 Bagan Proses Manajemen Risiko Sumber : ASNZS 4360:2004 Universitas Sumatera Utara 35 Gambar 2.6 Detail Proses Manajemen Risiko Sumber : ASNZS 4360:2004 Universitas Sumatera Utara 36

1. Penentuan konteks tujuan