penilaian risiko relatif cepat. Selain itu, teknik ini sesuai untuk fasilitas yang sederhana dan tidak rumit. Tingkat likelihood probability disajikan dalam bentuk
beberapa deskripsi.
5.1.1. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig
pada Proses Pengelasan Welding di PT X Kota Batam Tahun 2016
Juru las welder dalam melakukan pengelasan memulai dengan mempersiapkan peralatan maupun material yang akan disambung dengan
menggunakan metode pengelasan SMAW Shielded Metal Arc Welding, material yang akan di las harus sesuai dengan spesifikasi yang terdapat pada WPS
Welding Procedure Spesification. Bahaya tersetrum tersengat listrik teridentifikasi di beberapa tahapan proses pengelasan welding.
Pada tahapan menyambungkan arde ground yang berfungsi untuk penyalur medan listrik dari mesin las ke benda kerja bahaya yang dapat terjadi
yakni bahaya listrik seperti tersengat tersetrum. Bahaya ini dapat terjadi apabila terdapat kabel las yang terkelupas kemudian tersentuh oleh welder.
Menurut ILO 2013, arus kejut listrik yang mengenai tubuh dapat menimbulkan berhentinya fungsi jantung serta menghambat pernapasan, panas
yang ditimbulkan dapat menyebabkan kulit atau tubuh terbakar, menimbulkan pendarahan serta gangguan saraf dan gerakan spontan akibat terkena arus listrik,
dapat mengakibatkan cedera lain seperti terjatuh atau terkena tersandung benda lain .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1 Kabel Las yang Terkelupas
Sumber : Dokumentasi Peneliti
Menghidupkan sumber listrik yang berasal dari generator dapat berpotensi menyebabkan bahaya tersengat listrik bagi pekerja. Welder dapat tersetrum listrik
apabila menghidupkan listrik tanpa menggunakan sarung tangan. Selain itu, keadaan sarung tangan yang basah dapat menjadi penghantar listrik sehingga
welder dapat tersetrum. Selama proses pengelasan material potensi bahaya tersengat tersetrum
listrik dapat terjadi dikarenakan jenis las SMAW merupakan jenis pengelasan yang menggunakan energi listrik sebagai sumber panas. Kondisi apabila kabel
terkelupas dapat memberikan kemungkinan lebih besar bagi welder terkena potensi bahaya ini. Kabel pengelasan dapat terkelupas dikarenakan kabel selalu
bergesekan dengan permukaan workshop yang terbuat dari semen dengan
Universitas Sumatera Utara
permukaan yang kasar. Sehingga secara perlahan, kabel dapat terkelupas. Adapun arus yang digunakan untuk proses pengelasan yakni berkisar 80-200 Ampere.
Inspeksi pengawasan terhadap kabel pengelasan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya bahaya ini.
Sesuai dengan teori Hakim 2001, selain melakukan pengawasan pekerja, perlu juga adanya identifikasi dan evaluasi bahaya terhadap potensi bahaya di
tempat kerja dengan melakukan pengawasan terhadap mesin-mesin, peralatan kerja dan bahan berbahaya lainnya.
Memutuskan sumber energi listrik dapat menyebabkan welder tersengat tersetrum listrik. Selain kabel yang terkelupas, tidak menggunakan sarung tangan
dan penggunaan sarung tangan yang basah sehingga dapat menghantarkan listrik. Bahaya tersetrum juga dapat terjadi apabila kabel yang gunakan selama di
workshop terkena genangan air sehingga air yang mengenai kabel dapat menjadi pengantar listrik pada bagian tubuh welder.
Berdasarkan hasil penilaian risiko pada beberapa tahapan selama proses pengelasan terdapat bahaya tersetrum tersengat listrik. Tahapan tersebut yakni
menyambungkan arde ground, menghidupkan sumber listrik dan memutuskan sumber energi listrik. Pekerjaan ini dapat menyebabkan luka bakar dan kejang
otot yang serius sehingga diberikan tingkatan serious berdasarkan dampak consequences. Pekerjaan pengelasaan merupakan pekerjaan rutin yang
dilakukan berulang-ulang dalam sehari sehingga pada tingkat pajanan exposure diberikan continously. Untuk kemungkinan probability terjadinya tersetrum
tersengat listrik ialah likely karena kemungkinan kabel terkelupas dapat
Universitas Sumatera Utara
diperkirakan 50. Dari ketiga kriteria penilaian risiko tersebut, maka setelah dikalikan tingkat risiko tersetrum tersengat listrik ialah very high, untuk itu
tindakan yang perlu dilakukan ialah mengurangi risiko hingga mencapai batas yang dapat diterima ALARP.
Risk Assement Internal Study Activity PT X Kota Batam menunjukkan potensi bahaya tersetrum tersengat listrik pada proses pengelasan termasuk dalam
kategori risiko tinggi high. Penilaian risiko di PT X Kota Batam menggunakan matriks 3x3 yakni metode kualitatif, dengan mengalikan skor keparahan severity
dan kemungkinan likelihood. Dari hasil penilaian risiko tersebut keparahan memiliki skor 3 dan kemungkinan dengan skor 2. Pengendalian bahaya yang telah
dilakukan oleh PT X Kota Batam yaitu pemeriksaan peralatan dengan menggunakan coding color yang dilakukan 3 kali sebulan yang dilakukan oleh
bagian maintenance, memastikan tidak ada kecacatan dalam setiap peralatan pengelasan dan melakukan inspeksi
Selain itu, dari proses pengelasan dapat menyebabkan terhirupnya fume uap logam yang dapat menyebabkan pekerja mengalami Metal Fume Fever. Fume
berasal dari Zinc Oxide ZnO yang berasal dari proses pengelasan. Keadaan ruangan workshop memungkinkan fume tetap berada pada proses pelelehan atau
peleburan logam. Menurut Siswanto 1998, fume adalah partikel zat padat yang berukuran
sangat kecil dan terbentuk bila logam dipanaskan. Bahaya dari fume itu sendiri yaitu Metal Fume Fever.Menurut Suma’mur 2009, gejala dan tanda terpenting
deman uap logam adalah adanya demam dan sakit kepala. Timbulnya demam uap
Universitas Sumatera Utara
logam mendadak, penderita demam, menggigil, merasa mual, muntah, mengeluh sakit otot-otot dan tampak lemah. Pada umumnya demam uap logam sembuh
dalam waktu 24-48 jam.
Gambar 5.2 Fume yang Berasal dari Proses Pengelasan
Sumber : Dokumentasi Peneliti
Pengelasan baja dapat melepaskan uap logam fume, uap logam ini dapat menyebabkan metal fume fever pada welder. Penyakit ini memerlukan penangan
medis dan menyebaban terjadinya pembuangan emisi uap logam di workshop sehingga berdasarkan kriteria dampak consequences maka termasuk kedalam
tingkatan important. Fume merupakan uap yang bisa dihirup pekerja selama pengelasan , selain itu kepatuhan welder terhadap penggunaan APD yang sesuai
juga masih kurang apabila tidak dalam pengawasan safety officer, maka untuk kriteria kemungkinan probability termasuk kedalam tingkatan certain. Pajanan
Universitas Sumatera Utara
exposure berkaitan dengan frekuensi paparan bahaya terhadap pekerja, dikarenakan pengelasan merupakan pekerja rutin yang dilakukan, tingkatan yang
diberikan ialah continously. Dengan demikian, setelah dikalikan metal fume fever berada pada tingkat risiko very high. Penanganan dengan cara mengurangi risiko
pada batas yang dapat diterima merupakan tindakan terhadap risiko pada tingkat ini.
Dalam laporan Risk Assement PT X Kota Batam Metal fume fever dapat menyebabkan gangguan pernapasan bagi pekerja. Sesuai dengan penilaian risiko
yang dilakukan peneliti, potensi bahaya ini juga berada dalam kategori tinggi. Dengan hasil skor perkalian antara keparahan dan kemungkinan adalah 9.
Pengendalian bahaya yang telah dilakukan oleh PT X Kota Batam yakni pengggunaan ventilasi jenis exhaust fan dan pemakaian APD yang telah
disediakan yaitu face shield dan face slip. Hasil penelitian Cahyanti 2013 pada pekerjaan pengelasan pada bagian
double bottom pembangunan kapal di PT X Surabaya menunjukkan bahwa potensi bahaya yang paling banyak teridentifikasi pada pekerjaan pengelasan
OxyLPG, SMAW dan MAG adalah tersengat listrik. Selain itu, dalam penilaian risiko yang dilakukan peneliti didapatkan tingkat risiko paling banyak ditemukan
adalah risiko tinggi. Salah satu bahaya dengan tingkat risiko tinggi ialah tersengat tersetrum listrik.Metal Fume Fever atau demam uap logam juga merupakan
potensi bahaya dengan tingkat risiko tinggi, dengan nilai skor yang didapat 15 metode kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
Bahaya pengelasan dapat terjadi dalam berbagai situasi, menurut CAN CSA Safety in Welding, Cutting, and Allied Processes dalam Wacono 2012,
bahaya pengelasa secara umum dapat dibedakan menjadi bahaya karena sifat pekerjaannya seperti operasi mesin, syok karena listrik, api panas terbakar,
radiasi busur las, fume, bisng juga karena kendaraan alat angkat serta material.
5.1.2. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Modifikasi Onshore Rig