BAB 5 PEMBAHASAN
Stomatitis Aftosa Rekuren SAR atau yang biasa dikenal dengan sariawan merupakan ulser berulang berbentuk bulat atau oval dan dikelilingi eritema halo yang
terasa sakit di rongga mulut.
3
Pada penelitian ini, terdapat 16 pasien yang dijadikan subjek penelitian yang terdiri dari 5 orang 31,25 berusia 12-18 tahun, 9 orang
56,25 berusia 19-25 tahun, dan 2 orang 12,5 berusia ≥26 tahun. Hasil
penelitian ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa dekade kedua kehidupan dianggap sebagai masa puncak terjadinya SAR.
6
Penelitian ini melibatkan 16 orang pasien yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang terdiri dari 5 pria 31,25 dan 11 wanita 68,75 yang menderita
SAR tipe minor.Beberapa literaturmenyatakan bahwa SAR lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan pria. Hal ini disebabkan oleh karena adanya beberapa
faktor predisposisi yang mendukung terjadinya hal tersebut seperti faktor hormonal.Ketidakseimbangan hormonal wanita pada fase luteal siklus menstruasi
merupakan faktor predisposisi SAR.
1,2,6,45
Hormon yang dianggap berperan penting tersebut adalah estrogen dan progesteron.
45
Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen
mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga
mulut. Hal itu akan memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi atau infeksi dan
akhirnya menyebabkan ulkus setiap periode pramenstruasi. Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.
46
Selain itu, faktor lainnya adalah faktor stres. Literatur dari beberapa penelitian menyatakan bahwa wanita lebih
sering mengalami stres dibanding pria. Hal ini karena w anita lebih rentan terhadap
stres dan situasi emosional yang dapat mempengaruhi respon kekebalan tubuh mereka. Stres yang berkepanjangan akan menyebabkan pelepasan hormon kortisol
Universitas Sumatera Utara
meningkat. Hormon kortisol adalah hormon stres utama yang diproduksi di korteks adrenal. Hormon kortisol ini menjaga tekanan darah, fungsi kekebalan tubuh dan
proses antiinflamasi dalam tubuh. Oleh karena itu, stres yang berkepanjangan akan menganggu fungsi normal di sistem kekebalan tubuh tersebut sehingga rentan
terhadap jejas.
16,45
SAR tipe minor dapat terjadi pada berbagai lokasi di rongga mulut terutama pada permukaan mukosa tidak berkeratin,seperti mukosa labial, mukosa bukal, lateral
lidah dan dasar mulut.
16,20
Pada penelitian yang dilakukan di RSGMP USU ini dijumpai lokasi yang paling sering dijumpai SAR tipe minor adalah pada mukosa
labial yaitu sebanyak 11 orang 68,75, diikuti mukosa bukal yaitu 4 orang 25,0 serta pada dasar mulut sebanyak 1 orang 6,25. Hal ini disebabkan oleh karena
mukosa labial merupakan mukosa tidak berkeratin yang tipis sehingga memiliki kemampuan barrier mukosa yang rendah dan fungsi pertahanan yang kurang dan
juga rentan terhadap jejas.
47
Literatur juga menyatakanbahwa SAR lebih sering ditemukan pada mukosa labial.
48
Eritema halo merupakan batas pinggiran SAR berwarna merah yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh kapiler yang bersifat reversibel.
20
Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang
di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar.
24,26
Pada penelitian ini, semua 16 pasien yang berkunjung ke RSGMP USU dijumpai adanya eritema halo
pada saat pemeriksaan awal atau baseline. Hal ini karena ulser tersebut masih berada pada tahap peradangan. Setelah pemberian ekstrak daun mimba terjadi pengurangan
pada eritema halo. Hal ini disebabkan oleh kandungan flavonoid dan nimbidin pada ekstrak daun mimba yang bersifat antiinflamasi dalam proses penyembuhan eritema
halo.
12,14
Mekanisme flavonoid dalam menghambat proses terjadinya inflamasi adalah melalui dua cara, yaitu dengan menghambat permeabilitas kapiler dan menghambat
metabolisme asamarakidonat dan sekresi enzim lisososm dari sel netrofil dan sel endothelial.
40
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian ini, rata-rata ukuran ulser pasien pada saat pemeriksaan awal atau baselineadalah 4,72 dan rata-rata ukuran ulser pada kontrol hari ketiga
adalah 1,75. Hal ini membuktikan bahwa terjadi pengurangan ukuran ulser setelah pemberian esktrak daun mimba yang mengandung flavonoid. Beberapa literatur
menyatakan bahwa ekstrak daun mimba yang kaya dengan flavonoid berpotensi terhadap regenerasi lesi pada mukosa lambung dan usus.
12
Kandungan flavonoid pada ekstrak daun mimba bersifat antioksidan. Sifat antioksidan ini menghentikan radikal
bebas pada jaringan hidup. Hal ini mengarah ke pemulihan bertahap mukosa yang mengalami lesi yang seterusnya menyebabkan regenerasi pada mukosa yang
mengalami lesi.
12
Rasa sakit pada penelitian ini adalah perasaan nyeri dolor pada mukosa rongga mulut pasien yang terkena SAR. Rasa sakit ini disebabkan oleh tekanan yang
meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
26
Hasil pemeriksaan dengan menggunakan verbal descriptor scale,rata-rata rasa sakit yang dialami pasien adalah
2,69.Setelah pengaplikasian gel ekstrak daun mimba selama tiga hari terjadi penurunan skala rasa sakit. Hal ini karena kandungan flavonoid dan nimbidin pada
daun mimbayang berperan sebagai antiinflamasi dan dapat mengurangi rasa sakit.
12- 14
Ekstrak daun mimba memainkan peran penting dengan menghambat pelepasan prostaglandin yang menyebabkan inflamasi. Selain itu, kandungan nimbidin pada
ekstrak daun mimba menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang signifikan yang mirip dengan prednisolon.
13
Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur bahwa pengaplikasian krim berbasis ekstrak daun mimba di bagian inflamasi dapat
mengurangi rasa sakit dan peradangan.
13
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN