3. SAR Tipe Herpetiform SAR tipe herpetiform paling sedikit dijumpai pada populasi dengan
prevalensi 5-10 dari kasus SAR.
1,7
Ulser biasanya terdiri dari 5 sampai 100 ulser, berbentuk bulat atau oval, mempunyai diameter 0,5-3,0 mm dan bila ulser bergabung
bentuknya tidak teratur Gambar 3.
1,5
Tidak seperti SAR minor dan mayor, SAR herpetiform tidak memiliki lokasi tetap dan dapat muncul di mana saja di rongga
mulut. SAR herpetiform tidak meninggalkan jaringan parut setelah sembuh.
1,19
Gambar 3. SAR Tipe Herpetiform
1
2.1.4 Diagnosa
Diagnosa SAR didasarkan pada anamnesis, gambaran klinis dari ulser dan pemeriksaan penunjang.
1
Pada saat anamnesis, perhatian khusus harus ditujukanpada usia penderita ketika terkena SAR, lama durasi, serta frekuensi ulser. Setelah
anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan klinis untuk melihat keadaan rongga mulut pasien apakah sesuai dengan tanda-tanda klinis SAR atau tidak.
1
Gambaran klinis SAR yang terjadi di rongga mulutditandai dengan ulser berbentuk bulat atau oval,
tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-abuan,dikelilingi halo eritematus, dangkal, berbatas jelas, dan terjadi secara berulang.
1,2,5,19
Pada pasien yang dicurigai memiliki penyakit sistemik maka diperlukan pemeriksaan tambahan atau penunjang,
Universitas Sumatera Utara
yaitu pemeriksaan darah lengkap seperti ferritinin, dan vitamin B12. Pemeriksaan asam folat dianjurkan bagi pasien dengan defisiensi hematologi.
17
2.1.5 Perawatan
SAR adalah penyakit mulut yang belum diketahui penyebabnya hingga saat ini.
1-4
Oleh karena penyebab SAR sulit diketahui secara pasti maka perawatan SAR merupakan perawatan simtomatik dengan tujuan mengurangi gejala, jumlah dan
ukuran ulser.
1,4
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka berbagai macam obat baik yang berbahan kimia maupun alami telah digunakan dalam perawatan SAR.
Perawatan SAR ditentukan dari tingkat keparahan rasa sakit, ukuran dan frekuensi ulser.
21
Obat yang paling sering digunakan oleh dokter gigi untuk perawatan SAR adalah golongan kortikosteroid yaitu triamsinolon acetonide dengan sediaan topikal.
Obat ini dapat menurunkan proses inflamasi yang terjadi pada pasien SAR dengan menginduksi fosfolipase A
2
penghambat protein lipocortin.Rasa sakit pada SAR tipe minor dapat diatasi dengan pemberian agen anastesi topikal atau NSAID topikal.
Anastesi topikal atau NSAID topikal melindungi ulser dari gesekan dalam rongga mulut pada saat berfungsi serta agar tidak berkontak langsung dengan makanan yang
asam ataupun pedas.
21
Pada kasus atau keadaan yang lebih parah dapat menggunakan fluocinonide, bethametasoneatauclobetasol yang dioleskan langsung pada ulser saat setelah makan
dan sebelum tidur.Ketiga agen tersebut dapat mempercepat waktu penyembuhan dan mengurangi ukuran ulser.
21
Pemakaian kortikosteroid secara sistemik, seperti prednison 20-30 mghari dan betametason 2-3 mghari selama 4-8 hari sangat
membantu untuk ulser tipe mayor atau tipe herpetiform.
21
Perawatan SAR dengan berkumur 0,2 Klorheksidin memberikan efek antiseptik dan antiinflamasi. Triklosan sediaan gel atau obat kumur dan
Diklofenak3 dengan 2,5 asam hialuronat sediaan topikalmemberikan efek antiinflamasi, antiseptik dan analgesik. Amlexanox 5 memberikan efek
Universitas Sumatera Utara
antiinflamasi dan antialergi yang terbukti efektif mempercepat penyembuhan ulser dan mengurangi rasa sakit, eritema dan ukuran ulser.
2
Selain menggunakan obat berbahan kimia, SAR juga bisa diobati dengan menggunakan obat tradisional seperti madu dan ekstrak aloe vera.Efek antiinflamasi
yang dimiliki oleh ekstrak aloe vera dipercaya memilki peran dalam mempercepat proses penyembuhan SAR karena banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan
sepertienzim bradikykinase dan enzim karboksipeptidase yang dibutuhkansebagai efek antiinflamasi, dan juga mengandung vitamin B1, B2, B6, C, mineral, asam
amino, asam folat, dan zat-zat lainnya yang penting dalam proses penyembuhan lesi SAR.
18,22
Bukti ilmiah menyatakan bahwa madu mempunyai sifat antimikroba. Selain itu, madu merupakan akselerator yang baik dalam penyembuhan luka. Madu
memiliki aktivitas antiinflamasi dan antioksidan sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam proses penyembuhan.
18,23
2.2 Inflamasi