15
2.2 Koordinasi 2.2.1 Definisi Koordinasi
Dalam suatu organisasi bila kegiatan-kegiatan dibagi dan didepartemenlisasikan, pimpinan perlu mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan itu
untuk mencapai tujuan. Dengan pendelegasian wewenang dan pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh pimpinan maka setiap individu bawahan
akan mengerjakan pekerjaannya sesuai wewenang yang diterimanya. Setiap bawahan mengerjakan hanya sebagian dari pekerjaan organisasi, karena masing-
masing pekerjaan bawahan harus disatukan, diintegrasikan, dan diarahkan untuk tercapainya tujuan, karena tanpa koordinasi tugas dan pekerjaan dari setiap
individu pegawai maka tujuan oeganisasi tidak akan tercapai. Koordinasi ini merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh pimpinan.
Menurut Djamin, dalam Hasibuan 2011; 86 koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas
tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi. Koordinasi kerja sangat menentukan terlaksanakannya
usaha yang diprogramkan untuk mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Koordinasi adalah usaha untuk mengharmonisasikan atau menserasikan
seluruh kegiatan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Keharmonisan dan keserasian ini haruslah selalu diciptakan baik terhadap tugas-
tugas yang bersifat teknis, komersial, finansial, personalia maupun adminstrasidengan terciptanya koordinasi kerja tersebut maka beban-beban antar
bagian akan menjadi seimbang, dan dengan adaanya keseimbangan beban maka
16 keadaan atau suasana organisasi sebagai keseluruhan akan menjadi selaras
Gitosudarmo mulyono, 2001; 145. Menurut Handoko 2003; 195 koordinasi
merupakan proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang
terpisah departemen atau bidang-bidang fungsional suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa
koordinasi merupakan proses
pengintegrasian tujuan dan aktivitas didalam suatu perusahaan atau organisasi agar mempunyai keselarasan didalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Maka dari
itu koordinasi diartikan sebagai suatu usaha kearah keselarasan kerja antara anggota organisasi sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran, tumpang tindih
pekerjaan. Hal ini berarti pekerjaan akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
2.2.2 Tipe-tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan 2011; 86 tipe-tipe koordinasi yaitu: 1. Koordinasi vertikal vertical coordination adalah kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan
tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasikan semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi
vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur.
17 2. Koordinasi horizontal horizontal coordination adalah
mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan penyatuan, pengarahan
yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi aparat yang setingkat. Koordinasi horinzontal terbagi dua yaitu
interdisciplinary yang maksudnya suatu koordinasi dalam rangka
mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit secara unit yang lain secara intern
maupun secara esktern pada unit-unit yang sama tugasnya. Sedangkan interrelated yaitu koordinasi antarbadan instansi yang fungsinya
berbeda tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergatungan atau mempunyai kaitan baik dan levelnya setaraf.
2.2.3 Tujuan Koordinasi
Menurut Hasibuan 2011; 87 tujuan dari koordinasi adalah 1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke
arah tercapainya sasaran organisasi. 2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran organisasi.
3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan. 4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.
5. Untuk mengintegrasikan semua tugas, kegiatan dan pekerjaan ke arah sasaran organisasi.
18
2.2.4 Pelaksanaan Koordinasi
Menurut Gitosudarmo mulyono 2001; 150 dalam melaksanakan koordinasi dalam suatu organisasi haruslah mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: 1. Penyederhanaan organisasi, yang dimaksud adalah bahwa perumusan
organisasi yang ada harus mampu dijabarkan secara sederhana, mudah dipahami oleh masing-masing unit organisasi.
2. Terbitkan buku pedoman, maksudnyaadalah bahwa penerbitan buku pedoman pelaksanaan perumusan organisasi merupakan acuan
pelaksanaan tugas di masing-masing unit organisasi. Dengan adanya buku pedoman diharapkan akan memberikan keyakinan kepada pimpinan
tentang terjadinya keserasian pelaksanaan tugas. 3. Peningkatan pelatihan pegawai, peningkatan pelatihan pegawai
dilakukan oleh pihak organisasi baik terhadap pegawai manajemen dan pegawai non manajemen.
4. Pembuatan strategi dan kebijakan, maksudnya adalah bahwa organisasi harus membuat suatu master planrencana acuan tentang kebijakan
beserta cara pelaksanaanya mengenai koordinasi organisasi. 5. Penggunaan komunikasi, yaitu penggunaan komunikasi diharapkan
terlaksana adanya komunikasi yang komunikatif di antara anggota organisasi dengan para pimpinan di setiap unit organisasi.
19 6. Koordinatorsupervisi, pengangkatan seorang kardinator atau seorang
supervisi pada hakikatnya untuk lebih membangkitkan menggugah suasana koordinasi yang lebih baik.
7. Pertemuan resmi dan tidak resmi, hal ini diadakan guna lebih memberikan kejelasan pelaksanaan tugas bagi pegawai. Pertemuan resmi
merupakan pertemuan yang diadakan berdasarkan keputusan manajerial, sedangkan pertemuan tidak resmi merupakan pertemuan yang sifatnya
informal yang dilakukan oleh anggota organisasi guna untuk mendukung adanya efektivitas koordinasi suatu organisasi.
Menurut Manulang 2001; 72 koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit yang harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan dia dakan
pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam mencapai suatu
tujuan. 2. Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinator yang khusus
bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti memberi penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang dikoordinasikan.
3. Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas dari masing-masing unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unit untuk
dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing.
20 4. Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan
bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi, dan pengarahan.
2.2.5 Mekanisme-Mekanisme Koordinasi
Menurut Handoko 2003; 199 mekanisme-mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi yaitu:
1. Hirarki manajerial Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal, hubungan
tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan
pengarahan yang tepat. 2. Aturan dan prosedur
Aturan-aturan dan prosedur-prosedur adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin,
sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
3. Rencana dan penetapan tujuan Pengembangan rencana dan tujuan dapat digunakan untuk
pengkoordinasian melalui pengarahan seluruh satuan organisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Hal ini diperlukan bila aturam dan prosedur
tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang diperlukan untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan organisasi.
21
2.3 Komunikasi