1.9. Kode Etik Penerjemah Lisan
Kode etik merupakan serangkaian pedoman yang sudah ditetapkan dan disepakati oleh suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang seprofesi. Kode
etik bersifat mengikat namun tidak menimbulkan sanksi selain sanksi moral. Pun dalam penerjemahan lisan, asosiasi yang mengatasnamakan penerjemah lisan wajib
menjunjung tinggi dan mengamalkan kode etik yang sudah mereka sepakati sebagai wujud tanggung jawab terhadap pekerjaan dan kliennya. Dengan profesi yang sama,
kode etik yang dikeluarkan satu organisasi dengan organisasi yang lain belum tentu sama. Akan tetapi, dalam menentukan kode etik, mereka mempunyai acuan dasar
yang tidak boleh dikesampingkan, seperti yang diuraikan oleh Ginori 1995: 61-68 di bawah ini:
1.9.1. Ketepatan dalam Mengalihkan Pesan Accuracy
Interpreters and translators shall faithfully and accurately reproduce in the receptor languange the closest natural equivalent of the source language
message without embellishment, omission or explanation Code of
Professional Responsibility for Interpreters 1990:1. [Interpreters] preserve the level of language used, and the ambiguities and
nuances of the speaker,without any editing Code of Professional
Responsibility for Interpreters 1993:28 Interpret everything... Accuracy is a must... Interpreters should be able to
stand by their interpretation, but if you find out that a mistake was made, take steps to correct it immediately Code of Ethics [undated]:2.
Hakikat menerjemahkan adalah mengalihbahasakan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Oleh karena itu, ketepatan dalam mengalihkan pesan merupakan
komponen utama dan terpenting yang wajib dikuasai oleh penerjemah lisan. Penerjemah sama sekali tidak boleh berkompromi untuk hal yang satu ini. Ketika
seorang interpreter menghilangkan pengulangan yang sebenarnya oleh pembicara ditujukan sebagai penekanan, atau menambahkan informasi yang tidak disampaikan
oleh pembicara, ia sudah mengkhianati kode etik. Disimpulkan oleh Ginori bahwa terjemahan lisan yang akurat secara teknis adalah terjemahan yang telah melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pemahaman dan penguasaan bahasa sumber Bsu.
2. Pengalihan bahasa sumber ke bahasa sasaran Bsa dengan strategi yang tepat.
3. Penyampaian tuturan sasaran Tsa yang jelas dan tidak terdengar seperti terjemahan.
Terjemahan yang memenuhi syarat di atas dapat disebut sebagai terjemahan setia faithful interpretation.
1.9.2 Menjaga Rahasia Klien Confidentiality
“Interpreters and translators shall protect the confidentiality of all privileged or other confidential information which they obtain during the course of their
professional duties” Code of Professional Responsibility for Interpreters 1988:4
“I will safeguard the interests of my clients as my own and divulge no confidential information” Translators’ Code 1992
Menjaga rahasia klien merupakan salah satu bagian dari kode etik penerjemah lisan yang tidak bisa diremehkan. Dalam mengaplikasikan kode etik ini, penerjemah
dituntut untuk menutup segala akses informasi yang menyangkut rahasia seseorang, lembaga, perusahaan, maupun pemerintahan. Ketentuan ini tidaklah berlebihan
mengingat pada praktiknya, penerjemah lisan seringkali diminta untuk mendampingi
seorang pengacara, dokter, pendeta, dan pekerja profesional lainnya, yang dengan catatan, memiliki area tertentu yang tidak bisa diakses oleh pihak lain. Tidaklah etis,
misalnya, seorang penerjemah lisan membocorkan kepada orang lain penyakit seorang pasien, yang kemungkinan pasien yang bersangkutan justru tidak mengetahui
penyakit yang dideritanya. Ketika penerjemah lisan diminta untuk menjembatani dua pihak berlainan negara yang sedang melakukan perjanjian bisnis ataupun politik,
penerjemah sama sekali tidak dianjurkan untuk mempublikasikan kepada pihak lain segala informasi yang dia dapatkan selama perjanjian berlangsung. Jika hal ini
dilakukan, tentu saja pihak klien yang akan dirugikan. Selain itu, pelangaran terhadap kode etik ini hanya akan menunjukkan ketidakprofesionalan penerjemah lisan yang
bersangkutan, terlebih jika ditumpangi dengan kepentingan pribadi yang
mendatangkan keuntungan bagi dirinya. Aturan ini rupanya juga disepakati di asosiasi-asosiasi penerjemah ternama, yang salah satunya adalah the AUSIT
Australian Institute of Interpreters and Translators, yang menyatakan bahwa “Interpreters shall keep all assignments related information confidential and shall
not take personal advantage from information acquired in the course of their work.”
1.9.3 Tidak Memihak Impartiality