Kompetensi Penerjemah Lisan Kajian Teori

 Apa yang dia harapkan dari konferensi itu?  Apa dan bagaimana latar belakang budayanya?  Apa bahasa ibunya?  Apakah bahasa yang didengarnya adalah bahasanya sendiri?  Perlukah penerjemah lisan menyesuaikan bahasanya dengan bahasa para pendengar agar mereka dapat memahaminyadengan baik?  Seberapa baik pengetahuannya tentang pokok permasalahan atau topik yang didengarnya?  Apakah mereka memerlukan penjelasan tambahan?  Apakah penerjemah lisan perlu menjelaskan yang dimaksud dengan istilah tertentu?

1.7 Kompetensi Penerjemah Lisan

Kompetensi penerjemah lisan merupakan sistem dasar pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan seseorang dalam menerjemahkan. Pengertian ini berpijak pada definisi umum ‘kompetensi’ oleh PACTE 2000: 100 yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan “the underlying system of knowledge and skills that enable someone to do particular thing.” Dalam kaitannya dengan hal ini, Schaffner dan Adab 2000 menambahkan bahwa kompetensi penerjemah lisan menuntut dikuasainya dua pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif pengetahuan tentang penerjemahan dan pengetahuan prosedural pengetahuan tentang cara menerjemahkan. Kedua pengetahuan ini digunakan sebagai landasan dalam menentukan parameter kompetensi penerjemah lisan. Selain itu, penguasaan dua atau lebih bahasa merupakan syarat mutlak bagi seseorang yang ingin menggeluti bidang penerjemahan lisan. Sebagai bentuk khusus kompetensi komunikatif, sama halnya dengan penerjemah tulis, kompetensi penerjemah lisan terdiri atas beberapa kompetensi, diantaranya menurut Neubert 2000: 6 terdapat: 1 kompetensi kebahasaan, 2 kompetensi bidang ilmu atau subject matter, 3 kompetensi kultural, dan 4 kompetensi transfer. Kompetensi kebahasaan menuntut penguasaan sistem fonologi, morfologi, tata bahasa, dan leksikal bahasa sumber dan bahasa sasaran, mengingat fungsinya sebagai fondasi utama bagi kompetensi-kompetensi yang lain. Kompetensi berikutnya merupakan akses perolehan informasi yang terkait dengan bidang ilmu yang sedang ditangani penerjemah lisan. Penguasaan bidang ilmu itu akan sangat membantunya dalam mengalihkan pesan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Penerjemahan lisan sangat terikat dengan unsur budaya pembicara dan partisipan. Di sinilah letak pentingnya kompetensi kultural. Seorang penerjemah lisan harus akrab dengan budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman. Kompetensi terakhir meliputi taktik dan strategi menerjemahkan tuturan sumber ke dalam tuturan sasaran. Sebagai bagian dari kompetensi transfer, seorang penerjemah lisan juga dituntut untuk memiliki kemampuan menyimak dan bertutur. Menurut Nababan 2004: 50, ketrampilan menyimak dari suatu masyarakat tutur akan sangat membantu seorang penerjemah lisan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh perbedaan aksen ataupun dialek. Sedangkan ketrampilan bertutur mencakup ketrampilan mengatur suara dan menyampaikan tuturan sasaran dengan jelas, lancar, dan dengan kecepatan yang sesuai. Selain itu, profesi ini juga menuntut seseorang untuk pandai menguasai diri sendiri, baik dari segi emosi maupun mental. Seperti sudah diungkapkan sebelumnya, peran penerjemah lisan selain menerjemahkan, dia juga bertindak sebagai pembicara utama. Oleh karena itu, seorang penerjemah lisan harus mampu menunjukkan perilaku seorang pembicara publik yang baik ketika sedang bertugas, “A good interpreter must be a trained public speaker,” demikian dinyatakan oleh Pöchhacker 2004: 125. Ditambahkan oleh Shuttleworth Cowie 1997: 28, seorang penerjemah lisan, khususnya penerjemah lisan konsekutif, wajib menguasai sejumlah ketrampilan seperti: pemahaman dan penguasaan bahasa sumber dengan baik, kemampuan mencatat dengan cepat dan cermat, memiliki pengetahuan umum yang luas dan lengkap, memiliki memori yang kuat dan kemampuan mengingat yang bagus, dan memiliki kepercayaan diri yang bagus terkait dengan profesinya sebagai pembicara di depan publik. Menegaskan pada poin terakhir, Weber 1984: 28 menambahkan agar penerjemah lisan senantiasa mengasah kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pengalihan pesan. Masih dalam kaitannya dengan kompetensi penerjemah lisan, Suryawinata 2003: 27 juga memaparkan sejumlah kriteria yang wajib dimiliki oleh seorang penerjemah lisan, diantaranya: 1 menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran, 2 mengenal budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran, 3 menguasai topik atau masalah dalam wicara yang diinterpretasikan, 4 kemampuan untuk memahami bahasa lisan, 5 kemampuan untuk mengungkapkan gagasan secara lisan, 5 kemampuan untuk mendengarkan, mencatat, dan mengungkapkan isi informasi pada saat yang bersamaan, dan 6 kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat langsung.

1.8 Strategi dan Teknik Penerjemahan Lisan