penerjemah menambahkan vokatif “O” untuk mengekspresikan rasa yang terkandung dalam kata “thee” menjadi: En verité, c’est bien toique je cherche, O Téte-Plate.
l. Deskripsi Description
Deskripsi adalah teknik untuk memaparkan terjemahan dari suatu istilah dalam bahasa sumber karena tidak ditemukan padanannya. Contohnya: Mitoni Jawa
diterjemahkan menjadi upacara adat yang ditujukan untuk ibu hamil yang memasuki usia kandungan tujuh bulan.
m. Kreasi Diskursif Discursive Creation
Kreasi Diskursif adalah teknik penerjemahan yang menghasilkan terjemahan di luar konteks seperti misalnya terjemahan untuk judul buku.
n. Padanan Lazim Established Equivalent
Padanan lazim adalah teknik penerjemahan yang menggunakan istilah atau ekspresi yang sudah lazim seperti yang diambil dari kamus atau penggunaan sehari-
hari. Contoh: Car Mobil
o. Generalisasi Generalization
Generalisasi merupakan kebalikan dari teknik partikularisasi, yaitu teknik menggunakan istilah umum yang dimengerti oleh semua kalangan. Contoh: “Pie”
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Roti”.
p. Amplifikasi Linguistik Linguistic Amplification
Amplifikasi Linguistik adalah teknik penerjemahan yang diaplikasikan dengan menambah elemen-elemen linguistik seperti pada frasa “no parking” yang
diterjemahkan menjadi “dilarang parking”.
q. Kompresi Linguistik Linguistic Compression
Kebalikan dari amplifikasi linguistik, teknik ini diterapkan dengan cara mensintesis elemen-elemen bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Sebagai contoh
adalah frasa “Translation strategies” yang diterjemahkan menjadi “Strategi penerjemahan”.
r. Partikularisasi Particularization
Sudah disinggung di atas, teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Dengan teknik ini, penerjemah menghasilkan terjemahan istilah yang
lebih khusus, yang umumnya ditujukan untuk komunitas tertentu. Contohnya: “Weapon” yang diterjemahkan dalam konteks masyarakat Jawa menjadi “Keris”
s. Variasi Variation