commit to user 47
Berdasarkan gambar 4.4 didapatkan skor minimal prestasi belajar keseluruhan adalah 50,00 dan skor maksimal prestasi belajar keseluruhan
adalah 92,50 dengan rata-rata 71,68 dan standar deviasinya 9,48.
5. Prestasi Belajar
E-learning
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Prestasi Belajar
E-learning
No Rentang Skor
f Prosentase
1 46 – 55
- -
2 56 – 65
7 24,1
3 66 – 75
11 37,9
4 76 – 85
8 27,6
5 86 – 95
3 10,4
n: 29 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 4.5 di atas didapatkan bahwa skor hasil prestasi belajar dengan metode
e-learning
paling banyak terdapat pada rentang skor antara 66-75 yaitu sebanyak 11 responden atau 37,9. Rentang skor terendah
antara 46-55 yaitu sebanyak 0 responden atau 0.
Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
E-learning
commit to user 48
Berdasarkan gambar 4.5 didapatkan skor minimal prestasi belajar
e- learning
adalah 57,50 dan skor maksimal prestasi belajar
e-learning
adalah 92,50 dengan rata-rata 73,28 dan standar deviasinya 9,16.
6. Prestasi Belajar Konvensional
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Prestasi Belajar Konvensional
No Rentang Skor
f Prosentase
1 46 – 55
2 6,9
2 56 - 65
7 24,1
3 66 - 75
13 44,8
4 76 - 85
5 17,2
5 86 - 95
2 7,0
n: 29 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 4.6 di atas didapatkan bahwa skor hasil prestasi belajar dengan metode konvensional paling banyak terdapat pada rentang skor
antara 66-75 yaitu sebanyak 13 responden atau 44,8. Rentang skor terendah antara 46-55 yaitu sebanyak 2 responden atau 6,9.
Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Konvensional
commit to user 49
Berdasarkan gambar 4.6 didapatkan skor minimal prestasi belajar konvensional adalah 50,00 dan skor maksimal prestasi belajar konvensional
adalah 87,50 dengan rata-rata 70.08 dan standar deviasinya 9,67. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Metode
E-learning
dan Prestasi Belajar Prestasi belajar
Total Tidak
kompeten Kompeten
E-Learning Konvensional Count 14
15 29
of Total 24.1
25.9 50.0
E-learning
Count 10
19 29
of Total 17.2
32.8 50.0
Total Count
24 34
58 of Total
41.4 58.6
100.0
Berdasarkan tabel 4.7 di atas didapatkan bahwa responden yang berkompeten dari hasil prestasi belajar dengan metode
e-learning
sebanyak 19 responden atau 32,8. Responden yang berkompeten dari hasil prestasi
belajar dengan metode konvensional sebanyak 15 responden atau 25,9. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Kebiasaan Belajar
dan Prestasi Belajar
Prestasi belajar Total
Tidak kompeten
Kompeten Kebiasaan
belajar Kurang Count
19 9
28 of Total
32.8 15.5
48.3 Baik
Count 5
25 30
of Total 8.6
43.1 51.7
Total Count
24 34
58 of Total
41.4 58.6
100.0 Sumber: data primer
n: 58 Sumber data: primer
commit to user 50
Berdasarkan tabel 4.8 di atas didapatkan bahwa responden yang berkompeten dari hasil prestasi belajar dengan kebiasaan belajar baik
sebanyak 25 responden atau 43,1. Responden yang berkompeten dari hasil prestasi belajar dengan kebiasaan belajar kurang sebanyak 9 responden atau
15,5. C.
Analisis pengaruh metode pembelajaran
e-learning
dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar mata kuliah dokumenasi kebidanan
Tabel 4.9 Hasil analisis regresi logistik tentang pengaruh
e-learning
dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar
Variabel independen OR
p Confidence Interval 95
Batas bawah Batas atas
Metode belajar: ─
Konvensional 1.00
- -
- ─
E-learning 0.58
0.465 0.14
2.48 Kebiasaan belajar:
─ Kurang
1.00 -
- -
─ Baik
13.61 0.001
3.14 59.04
N observasi 58 -2 log likelihood= 61.64
Nagelkerke R
2
= 34.3
Tabel 4.9 menunjukkan, mahasiswa yang mendapat metode bejalar
e- learning
memiliki kemungkinan untuk kompeten setengah kali lebih rendah daripada mahasiswa dengan metode belajar konvensional. Tetapi pengaruh
metode belajar tersebut secara statistik tidak signifikan OR= 0.58; p= 0.465. Artinya, kesimpulan tentang pengaruh metode bejalar tersebut tidak konsisten
atau tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, tidak bisa disimpulkan apakah metode
e-learning
lebih baik atau lebih buruk daripada metode konvensional.
commit to user 51
Sebaliknya, tabel 4.9 menunjukkan mahasiswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik memiliki kemungkinan untuk kompeten 13 kali lebih besar
daripada mahasiswa yang memiliki kebiasaan belajar kurang. Pengaruh kebiasaan belajar tersebut secara statistik signifikan OR= 13.61; p0.001. Artinya,
kesimpulan tentang pengaruh kebiasaan belajar tersebut statistik konsisten atau dapat diandalkan dalam jangka panjang. Implikasinya, mahasiswa akan
mendapatkan manfaat besar dan memiliki kemungkinan berprestasi belajar lebih baik jika manajemen institusi mampu menciptakan atmosfir akademik yang
membantu mereka mahasiswa memperbaiki kebiasaan belajar masing-masing. Sesuai dengan temuan penelitian ini, efek atau hasil dari kebijakan institusi
seperti itu dalam jangka panjang dapat diandalkan.
Gambar 4.7 Perbedaan rata-rata prestasi belajar antara kelompok mahasiswa dengan metode belajar
e-learning
dan konvensional
commit to user 52
Gambar 4.7 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata prestasi belajar antara kelompok mahasiswa dengan metode belajar
e-learning
dan konvensional. Hal ini menandakan adanya pengaruh antara metode
e-learning
dengan prestasi belajar tetapi pengaruh metode belajar tersebut secara statistik tidak signifikan OR= 0.58; p= 0.465.
Gambar 4.8 menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar. Pengaruh kebiasaan belajar tersebut secara statistik
signifikan OR= 13.61; p0.001. D.
Pembahasan 1.
E-learning
mempengaruhi prestasi belajar
Dari hasil analisis data diketahui bahwa terdapat pengaruh antara metode pembelajaran
e-learning
dengan prestasi belajar yang secara statistik Gambar 4.8 Hubungan antara kebiasaan
belajar dan prestasi belajar
commit to user 53
tidak signifikan OR=0.58; p=0.465. Dengan kata lain, tidak bisa disimpulkan apakah metode
e-learning
lebih baik atau lebih buruk daripada metode konvensional.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor yang menyebabkan ketidaksignifikan hasil yang didapatkan.
E-learning
dalam penelitian ini menggunakan salah satu jenis
e-learning
yang tertulis dalam buku Pendidikan dalam Keperawatan tentang pengembangan
e-learning
terdapat tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet,
yang salah satunya adalah
Web course. Web course
adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang mana peserta didik dan pengajar
sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian dan kegiatan pembelajaran
lainnya disampaikan melalui internet. Sedangkan menurut Ristek 2008 keberhasilan program
e-learning
tidak hanya ditunjang oleh perangkat teknologi informasi tetapi juga ditunjang oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu
juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya dan jadwal kegiatan. Dosen
e- learning
harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi
e-learning
yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran,
penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif,
commit to user 54
penentuan interaksi mahasiswa, serta penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyu, dkk 2007 yang menyimpulkan bahwa dalam hal penerapan praktik menulis akademik
dalam Bahasa Indonesia, para siswa yang belajar dengan teori konstruktivisme hasilnya lebih baik daripada
e-learning
, sedangkan dalam penguasaan kosa kata dan istilah hasilnya lebih baik menggunakan konsep
e-learning
. Karena keduanya sama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, maka teori
konstruktivisme dan
e-learning
sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam proses belajar
mengajar hal menulis akademik.
2. Kebiasaan belajar mempengaruhi prestasi belajar