4.3 Karakteristik Usahatani
Kubiskol merupakan salah satu komoditas unggulan jenis sayuran di Desa Surbakti selain wortel dan tomat.Jenis kubis yang banyak dibudidayakan di
daerah tersebut adalah kubis jenis Grenova dan Grand 11.Kegiatan budidaya yang dilakukan petani kubis meliputi pengolahan tanah hingga pemeliharaan.Di daerah
penelitian kubis ditanam secara monokultur dan polikultur.Penanaman secara polikultur, tanaman kubis biasanya ditanam bersama dengan tomat, cabai ataupun
buncis.Pada penelitian ini yang termasuk dalam sampel penelitian adalah petani yang menanam kubis secara monokultur.
Tanaman kubis ditanam di atas lahan yang terlebih dahulu diolah hingga membentuk sebuah bedengan yang lebarnya + 1 meter dengan panjang bedengan
biasanya disesuaikan dengan panjanglebar lahan yang diusahakan. Pembuatan bedengan biasanya digunakan menggunakan cangkul dan tanah bedengan diolah
hingga lahan siap untuk ditanam.Kubis ditanam tepat pada lobang tanam yangtelah dipersiapkan terlebih dahulu. Lubang tanam dibuat 2 baris setiap
bedengan dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm. Sebelum kubis ditanam, petani terlebih dahulu mengaplikasikan pupuk organikkompos ke dalam lubang tanam.
Pemeliharaan tanaman kubis yang dilakukan petani di daerah penelitian meliputi kegiatan pemupukan tanaman, penyemprotan hama tanaman, penyiangan
tanaman dan penyiraman. Kegiatan penyiangan dilakukan sekaligus dengan kegiatan pemupukan.Dimana tanah dan gulma yang berada di sekitar tanaman
dijadikan sebagai penutup pupuk yang diaplikasikan. Pemupukan pada tanaman kubis dilakukan 2 kali selama satu musim
tanam.Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman kubis berumur 2 – 3
Universitas Sumatera Utara
minggu setelah tanam. Petani di daerah penelitian melakukan pemupukan kedua setelah tanaman kubis berumur 2 – 2,5 bulan. Selain pupuk organik, pupuk yang
biasa dipakai oleh petani untuk memupuk tanaman kubisnya adalah pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk KCL, pupuk TSP, UREA dan pupuk lainnya.
Pemeliharaan lain yang dilakukan petani adalah kegiatan penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan rata – rata 8 – 10 kali selama 1
musim tanam. Penyemprotan pestisida umumnya dilakukan 8 kali, namun apabila hama yang menyerang tanaman kubis lebih banyak dari biasanya, maka petani
melakukan kegiatan penyemprotan yang ke-9 hingga melakukan penyemprotan yang ke-10. Pestisida yang biasa digunakan adalah pestisida jenis enduro,
antracol, lannet, ludo, prevaton dan serpa. Pemeliharaan lain yang dilakukan petani adalah kegiatan penyiraman.
Kegiatan penyiraman dilakukan oleh petani yang berada di daerah yang terkena erupsi Gunung Sinabung.Hal ini dilakukan untuk membersihkan debu
vulkanikyang terkena ke tanaman kubis.Namun tidak semua petani di daerah yang terkena erupsi melakukan penyiraman tersebut, karena petani tidak melakukan
penyiraman jika hujan turun.Sedangkan petani di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung tidak melakukan kegiatan penyiraman.
Untuk melakukan kegiatan usahatani, para petani di daerah yang terkena maupun petani di daerah yang tidak terkena menggunakan tenaga kerja dalam
melancarkan usahataninya.tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga. Pada penelitian ini biaya tenaga kerja yang dihitung hanya biaya
tenaga kerja luar keluarga, karena pendapatan yang dihitung adalah pendapatan bersih usahatani kubis yang dilakukan petani tersebut. Tenaga kerja luar keluarga
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan di daerah penelitian biasa disebut Aron, dengan biaya upah tenaga kerja Rp 60.000,- hingga Rp 75.000 per orang per hari.
Hasil produksi tanaman kubis dipanen 1 – 2 kali per musim tanam. Panen pertama adalah kubis itu sendiri dan panen kedua adalah tunas kubis yang
ditunggu sekitar 2 – 4 minggu setelah panen pertama dilakukan. Namun petani kubis di daerah penelitian tidak melakukan kegiatan pemanenan sendiri. Hal
tersebut terjadi karena kubis yang siap dipanen langsung dijual kepada agen atau pedagang pengumpul di ladang dengan cara dilelang tanpa dipanen terlebih
dahulu. Maka yang memanen kubis adalah pihak pedagang pengumpul yang membeli kubis tersebut. Hasil panen kubis di daerah penelitian ada yang
dipasarkan ke ibukota Kecamatan Berastagi Berastagi, ada juga yang dipasarkan ke ibukota kabupaten Karo Kabanjahe, ada juga yang dipasarkan hingga ke luar
kota seperti Kota Medan. Bahkan kubis dari daerah penelitian ini juga termasuk salah satu pemasok kubis yang akan diekspor ke luar negeri.
Umur tanaman kubis hingga panen di daerah penelitian umumnya sama dengan tanaman kubis di daerah lain. Tanaman kubis dapat dipanen kurang lebih
4 bulan setelah tanam. Produksi kubis di daerah penelitian pada umumnya berkisar antara 0,75 – 1,5 kg per batang. Apabila tanaman kubis benar benar
bagus atau tidak diserang hama produksi kubis dapat mencapai hingga 2 – 3 kg per batang. Namun hal ini jarang terjadi karena rata – rata produksi kubis di
daerah penelitian berkisar antara 0,75 – 2 kg per batang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita dalam Usahatani Kubis di Desa