Status Agama Khong Hu Chu Masa Orde Baru

2. Status Agama Khong Hu Chu Masa Orde Baru

Kebebasan beragama dijamin dalam UUD 1945. Pasal 29 dengan tegas sekali menyatakan, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing, dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu. Bersama-sama dengan Pancasila yang merupakan ideologi negara, Pasal 29 UUD 1945 membentuk bingkai konsep hubungan negara dan agama dalam negara Indonesia, yaitu bahwa Indonesia bukanlah negara agama tidak ada agama negara dan bukan juga negara sekuler, melainkan negara beragama dan negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari sudut pandang prinsip hukum, hukum yang lebih tinggi mengalahkan hukum-hukum yang lebih rendah, sebuah peraturan perundang- undangan tidak boleh bertentangan dengan semua peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi darinya. Jika hal ini terjadi, maka peraturan perundang- undangan yang lebih rendah itu dengan sendirinya menjadi batal demi hukum. Prinsip ini dianut dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Tap MPRS No. XXMPRS1966 tentang Tataurut Peraturan Perundang- undangan Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, karena UUD 1945 adalah hukum tertinggi dalam hierarki hukum di Indonesia, segala hukum, segala peraturan, segala pasal yang bertentangan dengannya harus dengan sendirinya menjadi batal demi hukum. Jadi, karena Pasal 29 UUD 1945 telah dengan jelas dan tegas sekali melindungi kebebasan beragama, segala produk peraturan perundang-undangan yang menimbulkan pengakuan terhadap agama-agama tertentu, baik itu lima agama maupun enam agama, dan dengan demikian tidak mengakui yang lain-lainnya, sudah seharusnya menjadi batal demi hukum.Demikian pula halnya dengan peraturan yang membatasi kemerdekaan menjalankan kepercayaan tradisional Tionghoa. Peraturan-peraturan demikian seharusnya tidak pernah dapat berlaku atau memiliki daya ikat. http: www.mail- archive.combudaya _tionghua yahoogroups. commsg16985. html, diakses 27 Juni 2010. Berdasarkan Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1965 yang diundangkan melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1969 di dalam penjelasannya disebutkan commit to users bahwa agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khong Hu Chu adalah agama yang dianut penduduk di Indonesia. Pada masa Orde Baru banyak peraturan-peraturan yang merugikan Agama Kong Hu Chu, misal Presiden RI Soeharto dalam Sidang Kabinet tanggal 27 Januari 1979 menginstruksikan, Aliran Khonghucu bukanlah agama. Surat Edaran Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung RI Nomor 224, Tahun 1980; Nomor KEP 111 J-A 101980, tertanggal 15 Oktober 1980, antara lain menyatakan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha mulailah keberadaan umat Kong Hu Chu dipinggirkan. Bahkan, sekalipun seseorang setuju dengan adanya pengakuan negara terhadap sejumlah agama tertentu, tetap saja prinsip hukum yang disebutkan di atas berlaku dan menjadi dasar hukum bagi diakuinya agama Khong Hu Chu, karena UU adalah jenis peraturan perundang-undangan ketiga tertinggi setelah UUD dan Tap MPR. Pengakuan terhadap Khong Hu Chu sebagai agama adalah berdasarkan UU, sedangkan tidak diakuinya Khong Hu Chu sebagai agama hanyalah didasarkan pada peraturan-peraturan yang diterbitkan oleh para pejabat pemerintah dan sebuah keputusan Sidang Kabinet. Jelaslah bahwa peraturan- peraturan yang diterbitkan oleh para pejabat pemerintah tersebut seharusnya sejak awal batal demi hukum.

C. Peran Gus Dur dalam Eksistensi Agama Kong Hu Chu