B. Kerangka Berfikir
Di Indonesia kelompok etnis Tionghoa merupakan salah satu kelompok etnis terbesar. Kehadiran orang Tionghoa di Indonesia diperkirakan sejak zaman
prasejarah telah terjadi penyebaran orang Tionghoa dalam jumlah besar. Kedatangan orang-orang Tionghoa tersebut membawa tradisi-tradisi yang
dianggap penting, dan tata kehidupan yang berlaku di daerah asalnya, serta sikap memelihara dan mempertahankan nilai-nilai leluhurnya. Dalam perkembanganya
banyak masyarakat Tinghoa Indonesia yang memeluk agama Kong Hu Chu. Mengacu kepada hakikat agama yang terkait dengan dimensi teologis,
tatanan peribadatan dan aspek-aspek lain yang diturunkan oleh ajaran agama tersebut. Sedangkan kedua, terkait dengan dimensi peran agama bagi kehidupan
manusia yang menghasilkan tindakan dan ekspresi keberagamaan. Kong Hu Chu, sekurang-kurangnya telah memenuhi persyaratan what is religion, yaitu telah
Confucianisme Cina
Hubungan Indonesia-Tiongkok
Reaksi masyarakat Indonesia
Kebijakan politik Orde baru
Partisipasi Abdurrahman Wahid
Kebijakan politik Orde
lama
Agama Konghuchu
Aliran kepercayaan
Kong Hu Chu
commit to users
ada seperangkat doktrin ketuhanan, tata ritual, pemuka agama Nabi dan aturan- aturan lain yang relevan dengan ajaran di dalam kitab suci Kong Hu Chu. Kitab
suci ini telah diterjemahkan di dalam bahasa Arab dengan topik Kitab al-Hiwar, yang berisi secara garis besar tentang ajaran teologis, tata ritual dan sebagainya.
Pengakuan bahwa Kong Hu Chu sebagai agama terlihat pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dengan dikeluarkanya Penetapan Presiden No 1
Tahun 1965 yang diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1965, dalam penjelasannya disebutkan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha
dan Kong Hu Chu adalah agama yang dianut penduduk di Indonesia. Pada masa Orde Baru pemerintahan melaksanakan kebijaksanaan
asimilasi rekayasa. Asimilasi rekayasa membawa hasil terbatas, seperti nama, perubahan adat istiadat dan kepercayaan agama, serta semakin ditinggalkanya
bahasa Cina dan meningkatnya kemampuan berbahasa Indonesia bagi generasi muda. Jenis asimilasi demikian mengandung unsur-unsur paksaan, selalu
bertentangan dengan hak asasi manusia, juga cenderung mengalami kegagalan. Warga keturunan Tionghoa di Indonesia mengalami diskriminasi hampir di segala
bidang, ekspresi budaya Tionghoa dilarang keras. Harus ganti nama dan ganti agama. Rezim Orde Baru hanya membakukan lima agama Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha sebagai agama resmi. Di luar lima itu dianggap bukan agama, termasuk Kong Hu Chu. Para penganut ajaran Kong Hu Chu ini juga
diawasi secara ketat, termasuk ketika beribadah di kelenteng masing-masing. Setelah pemerintahan Orde Baru berakhir, kebijakan mengenai etnis
Tionghoa berangsur-angsur membaik, terutama ketika di bawah presiden Abdurrahman Wahid. Dengan dikeluarkanya Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun
2000 yang mencabut Inpres No. 14 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina. Sesuai Keppres No. 6 Tahun 2000 maka perayaan Kong Hu
Chu atau pun aktivitas kebudayaan warga Cina lainnya tidak perlu dengan izin khusus. Keppres ini mengatur antara lain penyelengaraan kegiatan keagamaan,
kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa. Pada tahun 2001 Gus Dur kembali membuat keputusan mengejutkan dengan menjadikan tahun baru Imlek sebagai
hari libur nasional fakultatif. Problemnya ialah kesiapan seluruh komponen
commit to users
masyarakat bangsa untuk secara ikhlas mengakui terhadap eksistensi agama Kong Hu Chu di tengah belantara keberagamaan itu.
Di sisi lain juga terdapat komunitas agama yang secara konsisten mengamalkan ajaran agamanya. Jadi persyaratan sebagai agama tentunya telah
terlampaui. Problemnya ialah kesiapan seluruh komponen masyarakat bangsa untuk secara ikhlas mengakui terhadap ko-eksistensi agama Kong Hu Chu di
tengah belantara keberagamaan itu. Negara di dalam hal ini perannya ialah sebagai fasilitator saja bukan penghukum, sebab menghukum akan bertentangan
dengan salah satu hak asasi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Aparat-aparat pemerintah tentunya akan lebih peka terhadap dinamika
dan perkembangan masyarakat dan kemudian membimbingnya agar tidak terjadi tindakan anarkhis. Di sisi lain, masyarakat beragama juga berbuat agar ko-
eksistensi agama ini memperoleh tempat yang layak di dalam dinamika kehidupan.
Tindakan-tindakan masyarakat yang menolak terhadap ko-eksistensi agama Kong Hu Chu sesungguhnya dipicu oleh sosialisasi terstruktur dari masa
lalu. Untuk itu diperlukan gerakan sosialisasi di berbagai segmen masyarakat, misalnya dimulai dengan perubahan-perubahan aturan-aturan yang terkait dengan
status agama resmi dan ditindaklanjuti dengan perubahan-perubahan kebijakan yang menyangkut agama resmi tersebut. Salah satu contoh ialah perubahan teks-
teks buku daras, buku ajar di berbagai level pendidikan. Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil yang memperjuangkan kepentingan rakyat, tentu harus
semakin peka terhadap tuntutan rakyat, termasuk memperjuangkan ko-eksistensi agama Kong Hu Chu. Tidak kalah pentingnya ialah perjuangan terus-menerus
komunitas Kong Hu Chu di tengah belum adanya kesamaan pandangan di kalangan masyarakat.
commit to users
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penulisan Skripsi ini dilakukan dengan cara studi pustaka. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan ini, penulis banyak
memanfaatkan perpustakaan.
Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai tempat memperoleh data:
a. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta. d. Perpustakaan Monumen Pres Surakarta.
e. Perpustakaan Daerah Surakarta. f. Perpustakaan Wilayah Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Rencana waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak proposal disetujui pembimbimg yaitu bulan Juli 2009 sampai dengan Juni 2010. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tersebut adalah mengumpulkan sumber, melakukan kritik, untuk menyelidiki keabsahan sumber, menetapkan
makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan terakhir menyusun laporan hasil penetitian.
B. Metode Penelitian
Menurut kamus The New Lexicon yang dikaji Helius Sjamsudin 1996 : 1 metode adalah suatu cara untuk membuat sesuatu, suatu prosedur untuk
mengerjakan sesuatu, keteraturan dalam berbuat, berencana, dan suatu susunan
commit to users