Kebijakan Asimilasi Kebijakan Pemerintah

5. Kebijakan pemerintahan berdasarkan pertimbangan kenegaraan. 6. Kebijakan pemerintahan berdasarkan pertimbangan hubungan pemerintahan Taliziduhu, 2003: 498. Kebijakan pemerintah Government Policy sangat luas ruang lingkupnya, baik mengenai subtansi sosial, politik, ekonomi, administrasi negara, dan sebagainya maupun strata kebijakan strategis, kebijakan manajerial, kebijakan operasional dan status hukumnya undang-undang, peraturaan pemerintah, keputusan pemerintah, instuksi presiden, keputusan menteri, dan seterusnya. Kebijakan pemerintah meliputi hampir seluruh segi kehidupan masyarakat, maka kebijakan pemerintah akan menentukan perkembangan dan keadaan kehidupan setiap manusia dan seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan yang diberikan pemerintah terhadap etnis Tionghoa adalah kebijakan asimilasi dan kebijakan pasca Orde Baru.

a. Kebijakan Asimilasi

Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada; a golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, b saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga c kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah saling menyesuaikan diri menjadi kebudayaan campuran. Biasanya asimilasi terjadi antar golongan mayoritas dan minoritas, sedangkan golongan minoritas menyesuaikan diri dengan golongan mayoritas. Inti yang terpenting dalam asimilasi adalah penggabungan antara golongan-golongan yang berbeda latar kebudayaannya menjadi satu kebulatan sosiologis budaya P.Hariyono, 1994: 14. Asimilasi muncul pada awal tahun 1960-an, yakni dikalangan WNI keturunan Cina, terdapat perbedaan sikap mengenai keberadaanya sebagai bagian dari bangsa Indonesia, yaitu paham asimilasi dengan integrasi ―ke-Cina-an‖ sebagai suku yang sederajat dengan suku-suku lainnya di Indonesia. Konsep Asimilasi pembaruan berarti menghilangkan identitas ―ke-Cina-an‖ tersebut secara berangsur-angsur. Menurut Piagam Asimilasi yang dicetuskan pada ―Seminar Kesadaran Nasional‖ tanggal 13-15 Januari 1961 yang mengatakan commit to users bahwa yang dimaksud dengan asimilasi bagi WNI keturunan Cina ialah ―Masuk dan diterimanya seseorang yang berasal dari keturunan Tionghoa ke dalam tubuh bangsa nation Indonesia tunggal sedemikian rupa sehingga akhirnya golongan semula yang khas tidak ada lagi‖ Nurhadiantomo, 2003: 201. Pemerintah menggunakan model asimilasi yang mengharuskan etnis Tionghoa meninggalkan identitas Cina mereka dan mengubahnya menjadi identitas ―pribumi‖ Indonesia. Kecinaan dianggap ‗asing‘ dan ‗berbahaya‘ bagi pembentukan kebudayaan Indonesia. Asimilasi sepenuhnya etnis Tionghoa ke dalam masyarakat pribumi dibawah pimpinan Soeharto sangat diinginkan Leo Suryadinata, 1999: 157. Menurut pendapat Milton Gordon Ahli Sosiologi Amerika yang dikutip oleh P.Hariyono 1994: 15, konsep asimilasi yang menyangkut kelompok mayoritas maupun minoritas dalam tujuh macam asimilasi yang berkaitan satu sama lain, yaitu: 1. Asimilasi kebudayaan akulturasi yang bertalian dengan perubahan dalam pola-pola kebudayaan guna penyesuain diri dengan kelompok mayoritas. 2. Asimilasi stuktural yang bertalian dengan masuknya golongan-golongan minoritas secara besar-besaran dalam kelompok-kelompok, perkumpulan- perkumpulan, dan pranata-pranata pada tingkat kelompok primer dari golongan mayoritas. 3. Asimilasi perkawinan amalgamasi yang bertalian dengan perkawinan antar golongan secara besar-besaran. 4. Asimilasi identifikasi yang bertalian dengan perkembangan rasa kebangsaan berdasarkan mayoritas. 5. Asimilasi sikap yang bertalian dengan tidak adanya prasangka. 6. Asimilasi prilaku yang bertalian dengan tidak adanya diskriminasi. 7. Asimilasi ―civic‖ yang bertalian dengan tidak adanya bentrokan mengenai sistem nilai dan pengertian kekuasaan. Asimilasi menurut Nurhandiantomo 2004: 143 terbagi menjadi dua yaitu asimilasi alami dan asimilasi rekayasa. Asimilasi alami merupakan proses integrasi sosial yang dapat berjalan dengan wajar tanpa ada unsur pakasaan. commit to users Asimilasi rekayasa adalah pergantian nama, perubahan pemakaian bahasa, perubahan adat istiadat, merupakan perubahan dalam dunia simbolik orang-orang Tionghoa, lebih banyak karena intervensi pemerintahan melalui berbagai peraturan. Jenis asimilasi alami akan menghasilkan pertemanan, persahabatan, bahkan perkawinaan antara kedua belah pihak pri-nonpri. Asimilasi alami itu dapat berjalan dengan wajar, jika ada kesepakatan dalam status sosial-ekonomi. Pemerintahan Orde Baru melaksanakan kebijaksanaan asimilasi rekayasa. Asimilasi rekayasa membawa hasil terbatas, seperti nama, perubahan adat istiadat dan kepercayaan agama, serta semakin ditinggalkanya bahasa Cina dan meningkatnya kemampuan berbahasa Indonesia bagi generasi muda. Jenis asimilasi demikian mengandung unsur-unsur paksaan, selalu bertentangan dengan hak asasi manusia, juga cenderung mengalami kegagalan Nurhandiantomo, 2004: 204. Pelaksanaan asimilasi alami membutuhkan waktu yang lama dan sulit dilakukan, untuk itu pemerintahan Orde Baru menggunakan asimilasi rekayasa yang menggandung unsur paksaan sehingga hasilnya lebih cepat dirasakan. Inti dari kebijakan asimilasi masa Orde Baru adalah agar orang-orang Tionghoa secara individual dapat meleburkan diri ke dalam masyarakat setempat, efektifitas dan intensitasnya sangat terbatas. Kebijakan asimilasi pada masa Orde Baru ditopang dengan peraturan- peraturan sebagai berikut: 1. Keputusan Presidium Kabinet No. 1274kep.121966 mengenai ganti nama WNI yang memakai nama Cina. 2. Instruksi Presiden No.14 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina. 3. Instruksi Presidium Kabinet No. 37UIN61967 tentang kebijaksanaan pokok penyelesaian masalah Cina. 4. Petunjuk-petunjuk Presiden Republik Indonesia tentang pelaksanaan Pasal 7,8, dan 9 Intruksi Presidium Kabinet No.37UIN1967. commit to users 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 204 Tahun 1967 tentang kebijaksanaan pokok yang menyangkut WNI keturunan asing. 6. Undang-Undang No.04 Tahun 1969 tentang tidak berlakunya Undang- Undang No. 2 Tahun 1958 tentang Persetujuan Perjanjian antara RI dengan RRC mengenai soal Dwikewarganegaraan. 7. Surat Edaran Departemen Kehakiman tentang penyelesaian soal-soal Kewarganegaraan Republik Indonesia tertanggal 1 Juli 1969. 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.13 Tahun 1980 tentang tata cara penyelesaian permohonan Kewarganegaraan Republik Indonesia, tertanggal 11 Februari 1980 Nurhadiantomo, 2004: 4. Kebijaksanaan asimilasi yang diberlakukan pemerintah diyakini sebagai solusi yang tepat dalam mengatasi masalah kerusuhan dan kekerasan terhadap etnis Tionghoa di Indonesia, akan tetapi kebijakan asimilasi tersebut mengalami kegagalan, karena kerusuhan dan kekerasan masih tetap ada. Contohnya adalah kerusuhan anti Tionghoa secara besar-besaraan pada tanggal 13-14 Mei 1998 di Surakarta dan Jakarta. Terjadi pembunuhan, pembakaran, penjarahan, dan pengerusakaan barang-barang milik etnis Tionghoa Tempo, 2004: 38. Asimilasi membutuhkan suatu proses yang di dalamnya membutuhkan prasyarat, yaitu bila terjadi saling penyesuaian diri sehingga memungkinkan terjadinya kontak komunikasi sebagai landasan untuk dapat berinteraksi dan memahami antar kedua etnis. Rasa saling menerima, memahami, dan menghormati dari kedua kultur yang berbeda merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima. Indikasi penerimaan kultur yang harmonis adalah tidak adanya pihak yang dirugikan perasaan dan jiwanya. Sebenarnya harus ada sikap terbuka dari kedua belah pihak. Ketertutupan dari salah satu pihak justru akan merusak makna dari asimilasi P. Haryono, 1994: 14.

b. Kebijakan Pasca Orde Baru