Perkembangan Angka Melek Huruf Sumatera Utara

terjadinya perbaikan ekonomi pada tahun-tahun berikutnya dapat kita lihat bahwa tingkat kemiskinan di Sumatera Utara sudah kembali mengalami penurunan di tahun 2007 sampai tahun 2013.

4.2.2 Perkembangan Angka Melek Huruf Sumatera Utara

Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran dari sumber daya manusia adalah angka melek huruf. Angka melek huruf atau sebaliknya angka buta huruf dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki akan dapat mendorong penduduk untuk berperan aktif dalam proses pembangunan. Tabel 4.3 Angka Melek Huruf Sumatera Utara Tahun 1996-2013 Tahun Angka Melek Huruf 1996 95,62 1997 95,71 1998 95,03 1999 96,23 2000 96,52 2001 95,80 2002 95,90 2003 96,80 2004 96,60 2005 97,00 2006 97,00 2007 97,03 2008 97,36 2009 97,15 2010 97,60 2011 97,46 2012 97,51 2013 97,84 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 menunjukkan persentase penduduk Sumatera Utara yang melek huruf tahun 1996 sebesar 95,62 berarti ada 4,38 yang buta huruf. Pada tahun 1998 angka melek huruf mengalami penurunan menjadi 95,03. Pada tahun 2013 angka melek huruf mengalami peningkatan sebesar 97,84, ini berarti hanya 2,16 penduduk Sumatera Utara yang buta huruf. 4.2.3 Perkembangan Laju Inflasi Sumatera Utara Laju inflasi di Sumatera Utara selama tahun 1996-2013 menunjukkan adanya fluktuasi yang bervariasi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh faktor yang berbeda. Pada tahun 1998, tingkat inflasi tertinggi, yaitu sebesar 83,56, ini terjadi karena dampak krisis moneter. Inflasi tahun 2000 jika dibandingkan dengan inflasi tahun 1999 meningkat secara tajam, yaitu dari 1,37 menjadi 5,73. Peningkatan laju inflasi ini diantaranya disebabkan adanya kenaikan tarif angkutan per 1 September 2000, kenaikan BBM per Oktober 2000, Bulan PuasaRamadhan November 2000, Natal dan Lebaran Desember 2000. Secara umum pada tahun 2000-2005, inflasi terus terjadi dengan nilai yang terbilang tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10. Pada tahun 2005 laju inflasi kembali naik mencapai 22,41 persen. Ini adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia 19971998. Penyesuaian terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak BBM diperkirakan menjadi faktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional menyebabkan pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM. Inflasi tahun 2008 mencapai 10,72 persen naik sebesar 4,12 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007. Inflasi pada tahun 2008 selain dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara krisis keuangan global, juga dipengaruhi oleh inflasi harga yang diatur pemerintah dan bahan makanan yang bergejolak. Inflasi tahun 2013 mencapai 10,18 dipengaruhi oleh naiknya harga bahan bakar minyak pada akhir juni 2013 dan bawang merah. Tabel 4.4 Laju Inflasi Sumatera Utara Tahun 1996 - 2013 Tahun Inflasi 1996 7,24 1997 17,05 1998 83,56 1999 1,37 2000 5,73 2001 14,79 2002 9,59 2003 4,23 2004 6,80 2005 22,41 2006 6,11 2007 6,60 2008 10,72 2009 2,61 2010 8,00 2011 3,67 2012 3,86 2013 10,18 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

4.2.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara