lxxvi Variabel X2 opini audit tahun sebelumnya berpengaruh pada opini audit going
concernperusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,dengan nilai koefisien sebesar 1.146 dengan tingkat signifikansi 0,188 lebih besar dari
0,05 5, Variabel X3 pertumbuhan perusahaan berdasarkan hasil pengujian menggunakan aplikasi SPSS, disimpulkan bahwa Variabel X3 pertumbuhan
perusahaan berpengaruh terhadap opini auditgoing concern perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan nilai koefisien
sebesar -0.962 dengan tingkat signifikansi 0,408 lebih kecil dari 0,05 5
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah : 1.
Sampel penelitian terbatas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak dapat
menggambarkan secara umum semua jenis perusahaan di Indonesia. 2.
Periode penelitian hanya tiga tahun, sehingga belum cukup lama untuk menentukan tren penerimaan opini going concern dalam jangka
panjang. 3.
Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel yaitu : kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan keterbatasan penelitian, makapeneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain :
lxxvii 1.
Penelitian ini hanya memasukkan tiga variabel bebas saja. Sebaiknya, peneliti yang akan menggunakan pendekatan yang sama menambahkan
variabel bebasnya dengan variabel yang juga diperkirakan dapatmempengaruhi penerimaan opini going concern seperti opinion
shopping,debt default, dll. 2.
Sebaiknya tahun penelitian ditambah untuk memperluas observasi sehingga hasil yang diperoleh lebih tepat.
3. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif antara kualitas audit
dengan penerimaan opini going concern. Hal ini membuka kemungkinan bagi KAP non-Big Four untuk bersaing dengan KAP
Big Four dalam memberikan opini audit going concern yang baik. Oleh karena itu, disarankan bagi pihak manajemen bahwa sebenarnya
profesionalitas KAP non Big Four dalam memberikan opini audit going concern tidak perludiragukan.
4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan
yang diproksikan pada rasio penjualan memiliki hubungan yang negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini
membuka peluang bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti pertumbuhan perusahaan dari aspek selain rasio.
xviii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Menurut Jensen dan Meckling 1996:87 ”mendefinisikan teori agensi merupakan hubungan keagenan suatu kontrak antara pemilik principal
dengan manajer agent. Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan
kepada agent”. Tujuan dari teori agensi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan individu baik prinsipal maupun agen dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil The beliefrevision role.
2. Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah
pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja Theperformance evaluation role, Hubungan inilah disebut dengan teori
keagenan. Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi
terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent. Pihak principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja
perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Namun, adanya pemisahan antara principal dan agent cenderung menimbulkan konflik
keagenan yang didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Principal dan
xix agent sama–sama berusaha memaksimumkan kesejahteraannya masing-
masing. Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua yaitu
positiveagency research dan principal agent research. Positive agent research memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai
tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen. Principal agent research mengungkapkan
bahwa hubungan agent - principal dapat diaplikasikan secara lebih luas, misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer
dengan kliennya, auditor dengan auditee.
Menurut Scott 2000:56 ada dua jenis asymmetric information yaitu “adverseselection dan moral hazard”. Adverse selection adalah suatu tipe
informasiasimetri asymmetric information dimana satu orang atau lebih pelaku- pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatan-
kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain, sedangkan moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak diluar perusahaan investormendelegasikan
tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut. Dibutuhkan pihak
ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen yang berfungsi untuk memonitor perilaku manajer agent agar bertindak sesuai
dengan keinginan prinsipal. Auditor
adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal shareholders dengan pihak
manajer dalam mengelola keuangan perusahaan.
xx
2.1.2 Teori Sinyal Signaling Theory.
Menurut Mamduh 2004:314 menyatakan bahwa ”perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri
”. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan
sinyal pada pihak luar termasuk investor.
Teori sinyal signaling theory adalah teori yang menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Teori sinyal
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.
Auditing dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan stakeholders perusahaan, karena memungkinkan pihak diluar perusahaan
untukmemverifikasi validitas laporan keuangan dengan memberikan opini audit.
2.1.3 Auditing
Pengertian Auditing menurut Alvin dan Randal 1996: 203” Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine
and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person”.
xxi Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa auditing terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu; akumulasi dan evaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan untuk menentukan apakah laporan keuangan
yang telah disajikan memang telah sesuai dengan ketentuan yang diterima umum dan telah dapat dipercaya. Untuk meningkatkan keakuratan informasi ini,
dibutuhkan seorang auditor yang handal, dan dapat dipercaya, tidak memihak kepada siapapun yang berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan. Pengertian auditing menurut tokoh lain, dalam hal ini penulis kutip dari
Mulyadi 2002:70. Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antar pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Sedangkan pengertian auditing menurut Konrath 2002:5. mendefinisikan
auditing sebagai: Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara
asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
xxii hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa poin penting yang dapat penulis rangkum dari ketiga pengertian auditing diatas, yaitu auditing merupakan :
a. Suatu proses akumulasi yang sistematis
Auditing merupakan proses pengumpulan informasi-informasi keuangan yang disajikan oleh auditee secara terstuktur, terorganisir, danmemiliki tujuan
yang jelas. b.
Mengevaluasi bukti yang dikumpulkan secara objektif Salah satu bagian dari proses yang sistematis sebagaimana yang telah
disebutkan diatas adalah pengumpulan bukti sebagai dasar untuk pernyataanasersi yang dibuat oleh individu atau badan usaha yang membuat
asersi tersebut, tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti yang telah dikumpulkan.
c. Menilai dan membandingkan kesesuaian antara informasi yang disajikan
dengan apa yang terjadi pada kenyataannya Bukti yang terkumpul dibandingkan dengan melihat nilai riil dari yang
terdapat pada bukti tersebut. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan program audit yang telah direncanakan oleh auditor. Standar yang dipakai sebagaidasar
untuk menilai pernyataan tersebut adalah : peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu; anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha; standar
Akuntansi Keuangan SAK d.
Menyampaikan hasil dari temuan yang diperoleh dari proses audit Setelah membandingkan antara bukti dan nilai riilnya, maka temuan temuan yang
xxiii didapat disampaikan kepada pihak perusahaan yang kemudian
akanditetapkan apakah sesuai atau tidaknya laporan perusahaan. Hal tersebut disampaikan dalam bentuk laporan audit audit report.
Laporanaudit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pangantar introductoryparagraph, paragraf lingkup scope paragraph, dan paragraf
pendapat opinion paragraph. Tujuan dari penyampaian ini adalah untuk memberikan informasai dan membantu pihak eksternal perusahaan yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan untuk memberikan keputusan yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan.
e. Seseorang yang melakukan audit auditor bersifat independen Auditor
haruslah bersifat independen, artinya tidak memihak pada kepentingan pihak internal maupun ekternal perusahaan. Tujuannya
adalahuntuk meningkatkan keakuratan dari informasi audit yang disampaikan.
2.1.4 Opini Audit
Bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit adalah pemberian opini atas laporan keuangan yang disajikan auditee. Opini audit disajikan pada paragraf
terakhir laporan audit. Laporan yang telah diperiksa kewajarannya dituangkan dalam opini sesuai dengan yang telah ditetapkan.Opini audit diberikan oleh
auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang
diauditnya. Opini audit menurut kamus standar akuntansi laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran
xxiv laporan keuangan yang disajikan perusahaan
.
Dalam melakukan suatu proses audit, auditor melakukan pemeriksaan dan penelusuran terhadap dokumen pendukung yang berkaitan dengan informasi
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk memperoleh keyakinan atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut. Setelah melakukan
serangkaian tahapan dalam suatu penugasan audit, barulah auditor dapat menentukan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang telah disajikan yang
dinyatakan dalam laporan auditor independen. Laporan auditor independen memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. SPAP,
2011:508.2. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik – PSA 29 SA Seksi 508
2011, terdapat lima jenis opini auditor, yaitu: 1.
Pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia. 2.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku unqualified opinionwith
explanatory language Auditor menyatakan bahwa keadaan tertentu sering kali
xxv mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf penjelasan atau
bahasa penjelasan lain dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan tersebut meliputi:
a. Pendapatan auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen
lain. b.
Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor
yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor
berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. e.
Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif.
f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas
Pasar Modal Bapepam namun tidak disajikan atau tidak di-review. g.
Informasi tambahan yang diharuskan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia—Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang
penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh
xxvi Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang
berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tambahan
tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut. h.
Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan. Selain itu, auditor dapat menambahkan paragraf penjelasan untuk
menekankan suatu hal tentang laporan keuangan. 3.
Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
unqualified opinion dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidakmemberikan pendapat disclaimer opinion.
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan
xxvii pendapat tidak wajar adverse opinion.
4. Pendapat tidak wajar adverse opinion
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. 5.
Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer opinion Auditor tidak memberikan pendapat atas suatu laporan keuangan perusahaan.
Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus
memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut.
2.1.5 Opini Audit Going Concern
Going concern adalah kemampuan perusahaan dalam menjalankan
aktivitas operasional usahanya dalam kurun waktu yang lama pada masa yang akan datang. Kosasih 1985: 33 menyatakan bahwa istilah ini diartikansebagai
anggapan bahwa operasi satuan ekonomi akan berlangsung terus di masa yang akan datang. Going concern merupakan suatu asumsi akan kelangsungan hidup
perusahaan yang berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya, dan kemampuan perusahan dalam menagih piutangnya.
xxviii Carmichael dalam The Auditor
‟ s Reporting Obligation menyatakan bahwa going
concern dipengaruhi oleh ketidakpastian yang sangat material yang mengancam kelangsungan hidup suatu entitas atau perusahaan.
Menurut Altman dan McGough 1974:65 masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan defisiensi likuiditas,
defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan
yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditoruntuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya SA Seksi 341. Dalam melaksanakan prosedur audit, auditor bertanggung jawab untuk
mengevaluasi adanya kondisi yang dapat menimbulkan kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hidupnya SA Seksi 341,
paragraf 02. Pada saat menentukan opini going concern, auditor dapat mengidentifikasi
informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu, jika dipertimbangkan secara keseluruhan akan menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang diharapkan. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan
tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkian hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain.
xxix Berikut ini beberapa contoh peristiwa yang menjadi pertimbangan auditor dalam
memberikan opini audit goingconcern − dalam hal ini tidak hanya terbatas pada
pristiwa berikut −diantaranya :
1. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan perusahaan, dan rasio keuangan penting yang menunjukkan nilai dibawah standar
perusahaan. 2.
Kesulitan keuangan, misalnya kegagalan melunasi kewajiban yang telah jatuh tempo, penunggakan pembayaran deviden, dan restrukturisasi utang.
3. Masalah intern, misalnya adanya karyawan yang melakukan mogok kerja,
ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen yang panjang yang tidak ekonomis, dan kebutuhan untuk secara signifikian
memperbaiki operasi. 4.
Masalah luar, misalnya masalah gugatan pengadilan baik yang dilakukan oleh pemasok, maupun pelanggan yang merasa tidak puas dengan
pelayanan perusahaan, kehilangan pelanggan dan pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, keluarnya undang-undang yang
mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, dan bencana yang tidak diasuransikan.
Auditor perlu mempertimbangkan rencana manajemen dalam mengatasi kondisi buruk yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang dalam
periode tidak lebih dari satu tahun. Dalam SA Standar Auditing Seksi 341 dinyatakan pertimbangan – pertimbangan tersebut antara lain:
xxx 1.
Rencana untuk menjual aktiva. 2.
Rencana penarikan utang atau restrukturisasi. 3.
Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran. 4.
Rencana untuk menaikkan modal pemilik. Perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian bukan berarti
telah bebas dari kebangkrutan. Oleh karena itu auditor mengevaluasi tingkat kekuatan kelangsungan hidup perusahaan klien. Berikut beberapa pedoman yang
diberikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia mengenai dampak dari pengaruh kelangsungan hidup perusahaan terhadap opini yang dikeluarkan oleh auditor,
yaitu : 1.
Tanggungjawab auditor Seorang auditor bertanggungjawab dalam mengevaluasi kelangsungan
hidup perusahaan klien. Jika auditor menemukan adanya tanda-tanda yang menunjukkan gangguan operasional perusahaan, maka auditor harus :
a. Berkordinasi dengan pihak manajemen dan memastikan apa rencana
manajemen dalam meminimalisir atau menghilangkan dampak yang akan mungkin terjadi pada masa yang akan datang dari temuan auditor.
b. Memastikan rencana tersebut efektif dan aman jika direalisasikan, dan
memastikan pada manajemen bahwa mereka akan melaksanakan rencana tersebut.
2. Prosedur audit
Prosedur audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.
xxxi Auditor cukup membuat suatu prosedur yang dapat menggambarkan kondisi klien
yang sesungguhnya dimana dalam prosedur tersebut dapat dilihat kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang yang dapat
merugikan iinternal maupun eksternal perusahaan. Menurut Mulyadi 2002 Berikut contoh prosedur audit yang dapat dibuat oleh auditor, yaitu :
a. Prosedur ananalitik,
b. Review terhadap peristiwa kemudian,
c. Review terhadap kepatuhan atas syarat-syarat utang,
d. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite
penting yang dibentuk, e.
Permintaan keterangan kepada penasehat hokum entitas dan pendapatnya, f.
Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mepunyai hubungan istimewa. 3.
Pertimbangan atas kondisi peristiwa Auditor dapat mempertimbangkan suatu peristiwa yang terjadi pada
perusahaan klien dalam memberikan opini going concern. Mengidentifikasi kejadian tersebut, apakah berdampak merugikan atau tidak terhadap pihak-
pihak yang berkaitan dengan perusahaan klien kemudian menentukan seberapa tingkat pengaruh kejadian tersebut terhadap operasional perusahaan.
4. Pertimbangan atas manajemen
Rencana manajemen perusahaan klien juga perlu dipertimbangkan dalam hal pemberian opini going concern. Hal ini apat dilihat pada contoh berikut :
a. Apabila manajemen tidak memiliki rencana dalam hal pengurangan resiko
buruk suatu peristiwa untuk mempertahankan kelangsung hidup suatu perusahaan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk menyatakan
tidak memberikan pendapat disclaimer opinion. b.
Apabila manajemen memiliki rencana untuk mengurangi resiko buruk yang
xxxii terjadi pada perusahaan, maka auditor memiliki dua pilihan, diantaranya :
a Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan tidak
efektif, maka auditor mempertimbangkan untuk menyatakan tidak memberikan opini disclaimer opnion.
b Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan
efektif dan mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, serta manajemen mengungkapkan rencana tersebut dalam catatan atas laporan
keuangan, maka auditor dapat mempertimbangkan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion.
c Jika menurut auditor rencana manajemen tersebut efektif, namun tidak
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor dapat mempertimbangkan untuk memberikan pendapatwajar dengan
pengecualian qualified opinion atau pendapat tidakwajar adverse opinion.
5. Pertimbangan Dampak Informasi Kelangsungan Hidup Entitas Terhadap
Laporan Auditor Setelah auditor mempertimbangkan rencana manajemen, maka apabila auditor mendapat kesangsian akan kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dalam jangka waktu pantas, auditor harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas
laporan keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Berikut beberapa informasi yang dapat diungkapkan, yaitu :
a. Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
xxxiii dalam waktu pantas.
b. Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut.
c. Evaluasi manajemen terhadap signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa
dan factor-faktor yang melemahkan dampak negatifnya. d.
Kemungkinan diberhentikan operasi satuan waktu. e.
Rencana manajemen termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan. f.
Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha atau klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi utang.
2.1.6 Kualitas Audit
De Angelo 1981:78 mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih
besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat dipahami bahwa kualitas audit berkaitan dengan kemampuan auditor dalam menemukan,
mengidentifikasi, dan melaporkan pelanggaran yang dilakukan oleh klien diserta dengan bukti-bukti yang ditemukan. Semakin besar KAP-nya, semakin
tinggi kualitas auditnya. Dalam penelitian yang lain yang dilakukan oleh Deis dan Giroux
2000:90, dikatakan bahwa beberapa hal yang mempengaruhi kualitas audit yaitu:
1. Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu
perusahaan tenure, semakin lama seorang auditor telah melakukan
xxxiv audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin rendah. 2.
Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan
berusaha menjaga reputasinya.
3. Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien
maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar.
4. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor
tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Dari berbagai faktor diatas, dalam penelitian ini lebih menekankan pada ukuran Kantor Akuntan Publik sebagai tolok ukur kualitas audit. Adapun ukuran
perusahaan tersebut diproksikan pada big four dan non big four. Berikut nama- nama perusahaan yang tergolong dalam KAP big four, yaitu :
1. Price Water House Coopers PWC, yang bekerjasama dengan KAP
Haryanto Sahari dan rekan. 2.
Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.
3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG International, yang
bekerjasama dengan KAP Siddharta dan Widjaja. 4.
Ernst and Young EY, yang bekerjasama dengan KAP Purwantoro, Sarwoko, dan Sandjaja. Suherman Surja.
2.1.7 Pertumbuhan Perusahaan
Salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya adalah pertumbuhan perusahaan. Pada umumnya,
xxxv pertumbuhan perusahaan diproksikan pada tingkat rasio penjualan. Hal ini
disebabkan karena penjualan merupakan aktivitas utama dan merupakan pemasukan terbesar suatu perusahaan, termasuk perusahaan pertambangan. Pada
penelitian Solikah 2007:38”
mengatakan bahwa ―rasio penjualan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam
industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan”, Sedangkan menurut Fabozzi 2000;90“pertumbuhan penjualan merupakan perubahan
penjualan pada laporan keuangan pertahun. Dengan demikian, pertumbuhan perusahaanjuga menjadi salah satu poin penting bagi auditor dalam memberikan
opini audit”.
Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin tinggi pertumbuhan perusahaannya dan semakin kecil kemungkinan untuk mendapat
opini audit going conern, dan semakin meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin
kecil rasio penjualan perusahaannya, semakin besar kemungkinan untuk mendapat opini going concern, dan semakin kecil pula kepercayaan investor
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan dengan rasiopertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan
laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
2.2 Penelitian Terdahulu