2. Syarat lain-lain.
Syarat ini harus disanggupi oleh debitur yang akan menerima kredit dari Bank, yaitu berupa kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi debitur, seperti:
1. Selama kredit belum lunas, debitur berkewajiban untuk:
a. menyampaikan laporan kegiatan usaha dalam kuantum dan nilai yaitu pembelian,
produksi, persediaan penjualan dan piutang dagangusaha setiap bulan paling lambat telah diterima Bank akhir periode laporan.
b. Menyampaikan laporan keuangan in-house setiap triwulan 3 bulan paling lambat telah
diterima bank 60 hari setelah akhir periode laporan, dan laporan keuangan tahunan unaudited atau audited paling lambat diterima Bank 180 hari setelah akhir periode
laporan. c.
Menyalurkan seluruh aktifitas keuangan perusahaanusaha melalui cabang Bank. d.
Menggunakan fasilitas kredit sesuai dengan tujuan penggunaan kredit. e.
Mengijinkan pihak yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan usaha dan aktifitas keuangan debitur.
f. Memelihara rasio laporan keuangan.
2. Selama kredit belum lunas, tanpa persetujuan Bank terlebih dahulu debitur tidak
diperkenankan: a.
Memindahkan barang jaminan. b.
Memperoleh fasilitas kredit atau pinjaman lain dari pihak ketiga kecuali dalam rangka transaksi yang wajar.
c. Mengikat diri sebagai penjamin hutang atau menjaminkan harta kekayaan perusahaan
kepada pihak lain. 3.
Bank berhak untuk menangguhkan danatau membatalkan realisasipencairan kredit yang belum ditarik jika ternyata debitur menggunakan dana kredit secara tidak wajar danatau
menyimpang dari tujuan semula. 4.
Syarat lainnya sesuai yaitu Syarat-syarat Umum Perjanjian Kredit Bank.
3. Unsur – Unsur Perjanjian Kredit
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pengetian-pengertian perjanjian kredit yang diuraikan sebelumnya tadi, dapat digambarkan adanya unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu perjanjian kredit. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur perjanjian kredit itu adalah sebagai berikut: a.
Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur, yang disebut dan dituangkan dengan perjanjian kredit.
b. Adanya para pihak, yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan
pinjaman, seperti Bank. Dan pihak debitur yang merupakan pihak yang membutuhkan uang pinjaman atau barang atau jasa.
c. Adanya unsur kepercayaan dari kreditur bahwa pihak debitur akan dan
mampu membayar kreditnya. d.
Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak debitur kepada pihak kreditur.
e. Adanya pemberian sejumlah uangbarangjasa oleh pihak kreditur
kepada debitur. f.
Adanya pembayaran kembali sejumlah uangbarangjasa oleh pihak debitur kepada pihak kreditur, disertai dengan pemberian imbalan atau
bunga atau pembagian keuntungan. g.
Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dan pengembalian kredit oleh debitur.
h. Adanya resiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu
tadi, semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula resiko tidak terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit.
16
4. Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit
Begitu pula sebaliknya, semakin singkat, semakin kecil resikonya.
Kata “wanprestasi” berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi buruk didalam suatu perjanjian. Salah satu pihak dapat dianggap melakukan wanprestasi jika:
1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi atau dilaksanakan atau;
16
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 7
Universitas Sumatera Utara
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan tidak sebagaimana mestinya.
3. Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Untuk menilai serta mengetahui bahwa sejak kapan debitur dalam keadaan wanprestasi, perlu dilihat apakah dalam perjanjian itu ditentukan tenggang waktu pelaksanaan atau pemenuhan
prestasi atau tidak. Jika dalam hal tenggang waktu pemenuhan prestasi telah ditentukan, maka debitur dianggap lalai atau wanprestasi dengan telah lewatnya tenggang waktu yang ditetapkan
dalam perjanjian tetapi debitur belum memenuhi kewajibannya. Tetapi jika tenggang waktu pemenuhan prestasi tidak ditentukan, maka debitur perlu diperingatkan.
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata, yang berbunyi: “ Si berhutang adalah lalai apabila dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu
telah dinyatakan lalai atau demi periktannya sendiri. Ialah jika ini menetapkan, bahwa si berhutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.
Maka tata cara memperingatkan debitur supaya ia memenuhi prestasinya dilaksanakan dengan memberi peringatan tertulis yang isinya mengatakan bahwa debitur wajib memenuhi
prestasi dalam waktu yang telah ditentukan. Jika dalam waktu tersebut debitur tidak memenuhi, maka debitur dinyatakan lalai atau wanprestasi. Peringatan tertulis dapat dilakukan melalui
Pengadilan Negeri yang berwenang yang disebut somatie. Kemudian Pengadilan Negeri dengan perantara juru sita menyampaikan surat peringatan tersebut kepada debitur yang disertai berita
acara penyampaiannya.
17
Tidak mudah dalam praktek atau pada kenyataannya, untuk menentukan suatu prestasi telah dilaksanakan atau belum. Namun untuk hal itu, Hardiyan Rusli menyatakan bahwa suatu
perbuatan belum merupakan pemenuhan prestasi secara materi dalam hal : Untuk peringatan tertulis yang sifatnya tidak resmi. Misalnya, surat
tercatat atau telegram yang disampaikan sendiri oleh kreditur kepada debitur dengan tanda terima.
18
A. Pihak yang menderita akan kehilangan keuntungan yang diharapkan
17
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, Hlm. 204-205
18
Hardiyan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia Dan Common Law, Pustaka Sinar harapan, Jakarta, 1993, hlm. 133
Universitas Sumatera Utara
B. Pihak yang menderita akan mendapatkan penggantian selayaknya atau dari keuntungan
yang hilang. C.
Pihak yang gagal memenuhi atau menawarkan pemenuhan akan terkena denda. D.
Terdapat kemungkinan pihak yang memenuhi atau menawarkan pemenuhan atau memperbaiki kegagalannya dengan mempertimbangkan semua keadaan termasuk
memastikan secara beralasan. E.
Kelakuan dari pihak yang gagal melakukan atau menawarkan pemenuhan sesuai dengan itikad baik dan usaha yang adil.
Jika salah satu pihak telah melakukan wanprestasi maka kreditur dapat menuntut kepada debitur untuk melakukan:
1. Meminta pelaksanaan perjanjian meskipun terlambat.
2. Meminta penggantian kerugian saja, yaitu kerugian yang diderita olehnya karena
perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan. 3.
Menuntut pelaksanaan perjanjian, atau; 4.
Dalam suatu perjanjian yang melibatkan kewajiban timbal balik atau kelalaian dari satu pihak memberikan hak kepada pihak yang lain untuk meminta kepada hakim
agar perjanjian dibatalkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA
A. Latar Belakang Jaminan Fidusia