Pembebanan Jaminan Fidusia Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan (Studi Kasus di Bank HSBC Wilayah Medan)

Apa saja yang menjadi objek jaminan fidusia dalam Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia mengatur tentang objek jaminan fidusia, ketentuan tersebut dapat ditemui dalam Pasal 1 ayat 4, Pasal 9, Pasal 20 dan Pasal 31. Yang dapat menjadi objek jaminan fidusia tersebut adalah sebagai berikut : 1. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan di alihkan secara hukum. 2. Benda tersebut dapat berupa benda berwujud maupun tidak berwujud, termasuk piutang. 3. Yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar. Artinya objek jaminan fidusia bias berupa benda bergerak tidak atas nama benda bergerak tidak terdaftar, seperti mesin dan lain lain. Dan bisa juga berupa benda bergerak terdaftar, seperti kendaraan bermotor. 4. Benda tersebut dapat berupa benda bergerak ataupun tidak bergerak dapat diikat dengan Hak Tanggungan, serta benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hipotik. 5. Baik atas benda yang sudah ada maupun benda yang akan diperoleh kemudian. 6. Dapat atas satu satuan atau jenis benda. 7. Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda. 8. Meliputi juga hasil dari benda yang telah menjadi objek jaminan fidusia. 9. Dapat juga berupa benda perdagangan atau efek yang dapat dijual dipasar atau bursa Pasal 31 Undang-Undang Fidusia. 10. Dapat juga terhadap hak milik atas satuan rumah susun Undang-Undang Nomor 16 Tahun Tentang Rumah Susun, jika tanahnya tanah hak pakai atas tanah negara. 11. Klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia musnah dan di asuransikan, maka klaim asuransi akan menjadi pengganti objek jaminan fidusia tersebut penjelasan Pasal 25 ayat 2. 12. Benda persediaan Inventory, stok perdagangan dapat juga menjadi jaminan fidusia.

C. Pembebanan Jaminan Fidusia

Mengenai pengaturan tentang pembebanan jaminan fidusia, telah diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 10 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Dalam Pasal 4 dikatakan, bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban Universitas Sumatera Utara bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Prestasi yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang dapat dinilai dengan uang. Tahapan-tahapan pembebanan jaminan fidusia secara garis besar terbagi dalam 3 tiga tahapan; Tahapan pertama, dimulai dengan dibuatnya perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit atau perjanjian hutang. Perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit dapat dibuat dengan akta dibawah tangan, artinya dibuat oleh para pihak debiyur dan kreditur atau dengan akta otentik yang dibuat oleh dan dihadapan notaris. Tahapan ini merupakan perwujudan dari sifat jaminan fidusia yang bersifat accesoir, yang berarti pembebanan jaminan fidusia merupakan ikutan dari perjanjian pokoknya. Hal ini seperti yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dikatakan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi. 22 a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia. Identitas meliputi nama lengkap, agama, tempat tinggal, atau tempat kedudukan, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan. Tahapan kedua, adalah tahap pembebanan benda dengan jaminan fidusia. Dalam Pasal 5 Undang-Undang Jaminan Fidusia disebutkan bahwa “ Pembebanan banda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia “. Akta notaris tersebut merupakan Akta Jaminan Fidusia yang didalamnya mencantumkan hari, tanggal dan waktu pembuatan akta tersebut. Dalam Akta Jaminan Fidusia ini sekurang-kurangny harus memuat : b. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia. Yang dimaksud data perjanjian pokok adalah mengenai jenis perjanjian dan hutang yang dijamin dengan fidusia. 22 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Ctk. Kedua, Alfabeta, Bandung, 2004, hlm. 214 Universitas Sumatera Utara c. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia cukup dilakukan dengan mengidentifikasikan benda tersebut dan dijelaskan mengenai bukti kepemilikannya. d. Nilai penjaminan, maksudnya adalah kreditur sebagai penerima fidusia harus menentukan berapa nilai penjaminan yang harus ditetapkan dalam Akta Jaminan Fidusia. Nilai penjaminan adalah penetapan jumlah hutang dengan jaminan fidusia, yang tercantum dalam Akta Jaminan Fidusia yang di tetapkan oleh kreditur, dengan memperhitungkan jumlah hutang pokok, bunga, denda dan biaya-biaya lainnya. e. Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus ditentukan berapa nilainya atau harganya. Tahapan ketiga, tahap pendaftaran jaminan fidusia. Akta Jaminan Fidusia kemudian didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia di tempat kedudukan pemberi fidusia. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Jaminan