Sejarah Berdirinya PAUD di Desa Namoriam

C. Sejarah Berdirinya PAUD di Desa Namoriam

Pendidikan anak usia dini berdiri di Desa Namoriam sejak awal tahun 2007. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi Desa Namoriam, dimana sejak Desa Namoriam berdiri tahun 1942 sampai sekarang tidak memiliki sekolah formal. Anak – anak Desa Namoriam biasanya bersekolah di Pancur Batu yang jaraknya ± 4 km dari desa. Hal ini dikarenakan oleh di Pancur Batu sebagai ibu kota kecamatan memiliki sekolah formal untuk SD, SMP dan SMA. Salah satu faktor yang menyebabkan Desa Namoriam tidak memiliki sarana pendidikan, disebabkan oleh letak geografis desa Namoriam yang berdampingan dengan Desa Durin Simbelang sehingga sarana pendidikannya yaitu dua unit SD negri berada di Desa Durin Simbelang yang jaraknya ±3 Km . Sehingga alternatif lainnya adalah bersekolah di Desa Durin Simbelang selain ke Pancur Batu. Karena tidak tersedianya bangunan sekolah formal berdiri di Desa Namoriam, maka tahun 2007, dan seiring dengan program pemerintah kabupaten yaitu Konsep Cerdas Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah dan program GMPP Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan kepada masyarakat, maka melalui program GMPP tersebut, pemerintah kabupaten melalui kecamatan memberikan arahan kepada kepala desa untuk membuka pendidikan bagi anak usia dini. Kepala desa menyampaikan arahan tersebut kepada Ibu PKK Desa Namoriam agar mendirikan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Tanggung jawab yang dipercayakan masyarakat kepada Ibu-Ibu PKK untuk mendirikan PAUD di desa Namoriam sampai saat ini tetap dipegang Ibu-Ibu PKK. Untuk mendirikan PAUD, maka Ibu PKK mempersiapkan perangkat PAUD terlebih dahulu. Adapun perangkat PAUD yang dipersiapkan Ibu PKK adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Pengajar 2. Anak usia dini 3. Bahan ajar 4. Alat tulis 5. Tempat pertemuaan Awal mula PAUD berdiri hanya seperti tempat penitipan anak dengan kegiatan bermain. Pada bulan Maret tahun 2007, pemerintah kabupaten melalui kecamatan melakukan pelatihan dari dinas P K untuk memberikan pelatihan kepada para pengajar. Dengan adanya pelatihan tersebut maka ibu-ibu PKK menetapkan oran-orang yang mengajar di PAUD dan Ibu-Ibu PKK yang membantu pengajar dalam melaksanakan PAUD. Musyawarah Ibu-Ibu PKK dengan perempuan tani Desa Namoriam berjalan lama. Hal ini dikarenakan tidak seorang pun yang bersedia menjadi pengajar tetap di PAUD. Hal ini sangat dimaklumi karena mereka sangat sibuk di ladang dan mengurus rumah. Karena kesibukan mereka di ladang dan mengurus rumah serta anak dan suami. Karena kesibukan mereka, maka diambil keputusan bahwa yang mengajar di PAUD adalah petani perempuan yang belum menikah yang bisa meluangkan waktu untuk mengajar. Dari hasil musyawarah didapat sepuluh orang petani perempuan yang belum menikah dan tujuh orang petani perempuan yang sudah menikah. Petani perempuan yang belum menikah bekerja sebagai petani, karena tidak melanjutkan pendidikannya lagi. Mereka bekerja di ladang orang tuanya sendiri. Pendidikan yang mereka jalani sangat minim, beberapa dari mereka ada yang tamatan SMP, SMA dan bahkan ada yang putus sekolah. Hal ini juga didorong oleh cara berpikir masyarakat desa yang masih tradisional yakni bahwa anak perempuan tidak Universitas Sumatera Utara harus memiliki pendidikan yang tinggi. Dan tujuh orang petani perempuan yang sudah menikah bersedia meluangkan waktunya untuk mengajar di PAUD. Dari hasil musyawarah tersebut juga diperoleh 17 orang sebagai pengajar tetap dan delapan orang ibu PKK yang bersedia membantu pengajar dalam pelaksanaan PAUD di Desa Namoriam. Dengan kondisi umum petani perempuan desa namoriam yang harus juga bekerja produksi, maka disepakati bahwa PAUD dilaksanakan hanya selama tiga hari setiap minggunya dengan waktu belajar selama dua jam per harinya. Hal ini dilakukan agar PAUD dapat dilaksanakan tanpa menggangu kegiatan produksi yang dilakukan oleh petani perempuan tersebut. Kemudian 17 petani perempuan dilatih oleh Dinas P K untuk dibenahi agar petani perempuan tersebut mengetahui materi PAUD apa saja yang akan mereka sampaikan kepada anak usia dini, dan mereka juga mengetahui cara menyampaikan materi PAUD kepada anak usia dini. PAUD yang pada awalnya hanya sebagai tempat penitipan anak dan tempat bermain anak lambat laun berubah menjadi kelas belajar. Setelah mendapat pelatihan 17 petani perempuan tersebut membagi tugas mereka dan membuka PAUD yang tempat pelaksanaanya di Balai Desa Namoriam. Adapun penyebab dilaksanakannya PAUD di Balai Desa dikarenakan rumah penduduk desa namoriam tidak dapat menampung jumlah anak yang belajar di PAUD. Dari lima dusun yang terdapat di Desa Namoriam, anak-anak usia dini yang berjumlah 167 orang hanya 30 orang saja yang mengikuti PAUD di Balai Desa yang terletak di dusun IV. Hal ini disebabkan oleh jarak yang cukup jauh antara dusun yang satu dengan dusun yang lainnya mengakibatkan orangtua anak usia dini tidak dapat meluangkan waktunya untuk mengantarkan anaknya ke PAUD tersebut. Universitas Sumatera Utara

D. Kegiatan – Kegiatan PAUD di Desa Namoriam