Pada tabel berikut ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai pendidikan responden.
Tabel 6. Pendidikan responden
. Keterangan
Frekuensi Persen
Tamatan SMP 1
5,8 Tidak Tamat SMP
1 5,8
Tamatan SMA 13
76,6 Tidak Tamat SMA
2 11,8
Jumlah 17
100
Sumber : Penelitian 2008
Latar belakang pendidikan dari 17 orang responden yang ada di desa Namoriam merupakan responden yang berlatarbelakang tamatan SMP sebanyak 1 orang 5,8
sedangkan tidak tamat SMP sebanyak 1 orang 5,8. Responden yang tamatan SMA sebanyak 13 orang 76,6 dan tidak tamat SMA sebanyak 2 orang 11,8. Dari tabel
diatas menjelaskan bahwa pendidikan perempuan paling tinggi di Desa tersebut adalah tamatan SMA dan yang mampu memberikan waktu luang untuk mengajar di kelas PAUD.
B. Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam
Dalam mempersiapkan anak-anak usia dini ke jenjang Sekolah Dasar, maka petani perempuan Desa Namoriam bersatu dan mendirikan sekolah lapang tanpa biaya bagi anak-
anak usia dini yaitu 0-6 tahun yang sering disebut PAUD. Adapun anak usia anak dini yang belajar di PAUD Desa Namoriam berjumlah 30
orang. Untuk mencapai kriteria anak yang pantas duduk di bangku Sekolah Dasar maka
Universitas Sumatera Utara
petani perempuan memberikan pendidikan antara lain : Membaca, Menulis, Berhitung, Menggambar, Bahasa Inggris, Bermain, dan Tata krama.
Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar membaca di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.
Tabel 7. responden yang mengajar membaca
Mengajar Membaca Frekuensi
Persen Ya
2 11,8
Tidak 15
88,2 Jumlah
17 100
Sumber: Penelitian 2008
Tabel 7 diatas menunjukkan jumlah responden yang mengajar membaca sebanyak 2 orang 11,8 dalam pelajaran, hal ini dikarenakan tugas mereka untuk menguasai materi
membaca tersebut. Cara mengajar yang dilakukan responden kepada anak-anak sangat bervariasi. Variasi
yang dilakukan responden dalam mengajar anak-anak membaca berfungsi agar anak-anak tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran dan tidak mudah jenuh.
Dengan adanya gambar-gambar, anak-anak dapat lebih cepat mengingat dan lebih mudah menangkap pelajaran. Misalnya gambar seekor kerbau ditunjukkan kepada anak-anak.
Dari gambar kerbau tersebut, anak-anak akan serentak menyebutkan bahwa gambar hewan yang ada di depan adalah seekor kerbau.
Responden akan mengeja tulisan “kerbau” dan anak-anak akan serentak membaca huruf yang membangun kata kerbau satu persatu. Pelajaran yang mendasar adalah pengenalan huruf dan
membaca huruf. Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menulis di Pendidikan Anak Usia
Dini di Desa Namoriam.
Tabel 8. Responden yang mengajar menulis
Mengajar Menulis Frekuensi
Persen Ya
2 11,8
Universitas Sumatera Utara
Tidak 15
88,2 Jumlah
17 100
Sumber: Hasil penelitian 2008
Dari data tabel diatas dapat penulis gambarkan bahwa responden yang mengajar menulis yaitu 2 orang 11,8. Responden yang mengajar membaca, menulis di papan tulis
bacaan yang akan dieja dan responden yang lainnya berada diantara anak-anak untuk mengarahkan mereka agar fokus dan tidak membuat keributan.
Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar berhitung di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.
Tabel 9. Responden yang mengajar berhitung
Mengajar Berhitung Frekuensi
Persen Ya
2 11,8
Tidak 15
88,2 Jumlah
17 100
Sumber : Hasil penelitian 2008
Dalam memberikan pelajaran jenis ini dilakukan oleh 2 orang 11,8. Adapun tujuan pelajaran berhitung ini ditujukan untuk melihat kemampuan dan kecepatan anak dalam
berhitung dan melatih daya tangkap anak. Biasanya responden menyampaikan pelajaran berhitung dengan memperkenalkan angka-angka kepada anak dan penjumlahan yang ringan
seperti : 1+1=2; 2+2=4, dan seterusnya Responden selalu melatih anak-anak untuk menjumlahkan angka-angka dengan alat
bantu jari tangan atau lidi yang telah disediakan responden. Dengan cara demikian, anak-anak akan cepat menangkap pelajaran dan mengingatnya.
Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menggambar di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.
Tabel 10. Responden yang mengajar menggambar
Mengajar Menggambar Frekuensi
Persen Ya
2 11,8
Tidak 15
88,2 Jumlah
17 100
Sumber: Hasil penelitian 2008
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas menunjukkan bahwa yang melakukan kegiatan mengajar menggambar 2 orang 11,8, sedangkan yang tidak ikut serta dalam kegiatan ini sebanyak
15 orang 88,2. Responden yang melakukan kegiatan ini dipilih karena mereka lebih mengerti
mengajari anak-anak dalam menggambar dan memilih warna ataupun memadukan warna pada gambar yang ada. Biasanya responden melatih anak-anak menggambar pola yang
ringan tidak berat. Dalam pelajaran ini, biasanya gambar telah tersedia dan anak-anak tinggal mewarnainya saja. Terkadang, anak-anak juga diajarkan untuk menginspirasikan gambar
yang ada di benak mereka sendiri ke dalam kertas dan mewarnainya sendiri dengan sesuka hati mereka.
Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar Bahasa Inggris di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.
Tabel 11. Responden yang mengajar Bahasa Inggris
Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi
Persen Ya
2 11,8
Tidak 15
88,2 Jumlah
17 100
Sumber: Hasil Penelitian 2008
Tabel 11 menerangkan jumlah responden yang mengajar Bahasa Inggris. Dari 17 orang yang mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris sebanyak 2 orang 11,8 sementara itu
yang tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut adalah 15 orang 88,2. Responden yang mengajar Bahasa Inggris ini dipilih karena mereka mampu dalam pealajaran tersebut.
Responden yang mengajar pelajaran ini adalah tamatan SMA. Pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan responden kepada anak-anak adalah
pelajaran Bahasa Inggris dasar. Adapun pelajaran yang mereka ajarkan seperti membaca huruf A sampai Z dan membaca angka 1 sampai 10 dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mempermudah anak-anak mengingat pelajaran tersebut, biasanya responden mencari cara cepat dan melatih anak-anak cara cepat tersebut. Salah satucara cepat yang biasa
digunakan responden adalah dengan menjadikan huruf-huruf tersebut menjadi syair lagu dan dinyanyikan dengan Bahasa Inggris. Dengan melagukan huruf-huruf tersebut dalam Bahasa
Inggris, anak-anak akan semakin cepat mengingatnya. Responden sangat senang dengan belajar seperti metode cara cepat tersebut, karena dimanapun anak-anak itu berada mereka
bisa memperagakan ataupun mempraktekkan lagu tersebut. Jadi anak-anak tersebut bernyanyi sambil menghapal.
Berikut ini adalah tabel responden yang melatih bermain di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.
Tabel 12. Responden yang melatih bermain
Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi
Persen Ya
9 52,9
Tidak 8
47,1 Jumlah
17 100
Sumber : Hasil penelitian 2008
Tabel diatas menunjukkan dalam melatih anak-anak bermain ada 9 orang 52,9 dan yang tidak ikut dalam kegiatan ini sebanyak 8 orang 47,1. Dalam seminggu, PAUD Desa
Namoriam mengadakan tiga kali pertemuan dan bermain mendapat frekuensi tiga kali dalam seminggu. Bermain dilaksanakan dipertengahan pelajaran yang wajib. Misalnya: jumat
pelajaran Membaca, Bermain dan Menulis. Setiap hari bermain berada di sela pelajaran yang wajib, agar anak tidak jenuh dalam belajar.
Bagi responden, bermain termasuk salah satu bagian dari pelajaran. Disamping untuk mengurangi kejenuhan anak terhadap pelajaran yang terlalu formal dan membosankan,
bermain membantu anak untuk mudah mengingat pelajarannya. Belajar sambil bermain, itulah yang diterapkan responden. Responden mengajarkan cara bermain yang baik kepada
Universitas Sumatera Utara
anak-anak. Misalnya tidak bermain tanah karena dapat menimbulkan perut cacingan, dalam bermain tidak boleh curang atau tidak adil, bermain tidak boleh dengan kekerasan.
Anak-anak juga biasanya bermain dengan bernyanyi sambil memperagakan gerakan- gerakan pendukung lagu. Misalnya lagu “dua mata saya, hidung saya satu, satu mulut saya
tidak berhenti makan”. Dalam menyanyikan lagu tersebut anak-anak menunjuk organ tubuh yang ada tertulis dalam lirik lagu.
Berikut ini adalah tabel responden yang memberikan pelajaran tata krama di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.
Tabel 13. Responden yang memberikan pelajaran tata krama
Mengajar Bahasa Inggris Frekuensi
Persen Ya
2 11,8
Tidak 15
88,2 Jumlah
17 100
Sumber: Hasil penelitian 2008
Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa 2 orang 11,8 mengajarkan pelajaran tata krama. Tata krama termasuk dalam pelajaran anak-anak sejak usia dini di Desa
Namoriam. Disamping Desa tersebut masih kental dengan budaya dan adat istiadat, orang tua anak-anak tersebut tidak memiliki waktu luang untuk mengajarkan anak mereka karena orang
tua selalu sibuk di ladang selama satu harian lebih. Dengan kondisi yang sangat sibuk diladang tersebut, orang tua selalu membiarkan anak-anak mereka bersama teman-temannya
atau kakak atau abangnya bermain-main di sekitar lingkungan mereka. Melihat kondisi tersebut, PAUD mengajarkan anak-anak sejak usia dini bagaimana
cara berbicara yang sopan, cara makan yang sopan, cara memanggil sebutan untuk seseorang yang lebih muda atau yang lebih tua dari mereka, tidak berbicara kotor tapi sopan. Harapan
responden dengan adanya pelajaran tata krama ini, anak-anak tumbuh dengan baik dan mudah-mudahan sampai sekolah nantinya mereka tetap tumbuh menjadi anak yang baik dan
sopan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini dan dalam mencapai hasil yang memuaskan dalam menyampaikan bahan ajaran kepada anak-anak usia dini, responden
memerlukan peralatan yang dapat mendukung PAUD dan agar proses PAUD dapat berjalan dengan lancar. Karena itu, Para pengajar PAUD bekerja sama dengan warga desa Namoriam
untuk melengkapi peralatan tersebut.
Berikut ini adalah tabel Jenis Peralatan yang dibutuhkan responden untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini di PAUD di Desa Namoriam.
Tabel 14 . Jenis Peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini.
No. Jenis Peralatan
Kegiatan yang terlibat 1.
Buku Tulis Menulis
2. Buku Bacaan
Membaca 3.
Buku Gambar Menggambar
4. Pensil
Menulis dan Menggambar 5.
Pulpen Menilai
6. Pensil Warna
Mewarnai 7.
Penggaris Menggambar dan Menulis
8. Kapur Tulis
Mengajar 9.
Penghapus Mengajar
10. Batu kerikil Berhitung
11. Lidi 5 cm Berhitung
12. Bola Plastik Bermain
13. Kursi Bermain
14. gitar Bermain
15. Papan Tulis Mengajar
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Data PAUD Desa Namoriam
Peralatan seperti buku tulis harus memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD. Karena apabila tidak memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD maka anak yang tidak
mendapatkan buku tulis tidak dapat mengikuti pelajaran menulis dan mengakibatkan dampak yang begitu fatal pada anak itu sendiri. Kemungkinan yang akan terjadi anak akan malas ikut
belajar bersama temannya di PAUD karena pernah kecewa tidak kebagian buku. Karena itu, tiap anak mendapatkan buku dan selesai pelajaran di PAUD buku dikembalikan kepada
responden dan di dalam buku tersebut sudah tercantum nama anak sebagai pemilik buku. Jika ada anak yang baru bergabung, maka anak tersebut mendapatkan buku baru.
Buku bacaan yang disediakan responden sampai saat ini masih terbatas. Buku bacaan yang dimiliki responden biasanya buku yang berisi kumpulan cerita pendek untuk anak.
Dalam mengajar membaca, biasanya responden memfotokopi cerita yang akan dibaca nantinya sesuai dengan jumlah anak.
Kebutuhan untuk buku gambar biasanya disesuaikan dengan jumlah anak yang belajar dan tiap anak mendapatkan satu buku gambar. Karena jika ada anak yang tidak mendapat
buku gambar, maka anak tersebut akan menangis dan merasa tidak diperdulikan atau diperhatikan. Untuk mencegah terjadinya hal-hal demikian, maka responden membagikan
buku gambar kepada seluruh anak secara merata. Pensil merupakan kebutuhan yang harus dimiliki setiap anak. Karena jika pensil ini
tidak dimiliki, maka anak tidak akan bisa belajar menulis ataupun menggambar. Sama halnya dengan buku tulis dan buku gambar, pensil juga dibagikan responden kepada tiap anak
secara merata dan apabila pelajaran telah selesai maka pensil tersebut dikembalikan kepada responden dan akan dibagikan kembali kepada anak jika jam pelajaran mereka menulis atau
menggambar.
Universitas Sumatera Utara
Alat tulis pulpen biasanya tidak digunakan oleh anak. Pulpen biasanya digunakan oleh responden saja untuk menilai hasil kerja anak-anak. Anak-anak sangat senang apabila hasil
kerja mereka dinilai. Karena itu responden selalu menilai hasil kerja anak-anak. Dalam memberikan nilai, responden melihat sifat dan jiwa anak-anak. Karena sifat
anak-anak yang ada di PAUD berbeda-beda. Anak yang mendapat nilai lebih rendah dari temannya akan menangis dan kecewa tetapi ada juga anak yang apabila mendapat nilai
rendah dan responden mendorongnya untuk lebih banyak giat belajar lagi, anak tersebut akan semakin giat belajar. Responden mengaku ada anak yang menganggap dorongan dan kritikan
sebagai sebuah ejekan tetapi ada anak yang menganggap dorongan dan kritikan sebagai motivasi. Jadi, menentukan kepribadian anak sangat sulit dan membutuhkan perhatian yang
serius dalam mempelajari sifat anak. Dalam penggunaan pensil warna, biasanya responden membagi anak ke dalam
beberapa kelompok. Dalam pelajaran mewarnai, anak di bagi ke dalam kelompok lalu setiap kelompok diberikan 2 lusin pensil warna kayu 2 kotak ukuran sedang.
Penggaris yang dibagikan kepada anak adalah penggaris yang panjangnya 15cm. Tiap anak mendpatkan satu penggaris yang masing-masing anak sudah mencantumkan namanya
dengan spidol permanent. Sama halnya seperti peralatan tulis yang lainnya, penggaris dibagikan setiap belajar menulis dan menggambar selesai jam belajar, anak-anak
mengembalikan penggaris tersebut kepada responden. Kapur tulis dan papan tulis adalah alat responden untuk mengajar anak-anak secara
menyeluruh. Dari papan tulis, anak-anak dapat melihat dan mencontoh apa yang ditulis responden saat mengajar menulis ataupun menggambar.
Penghapus yang digunakan anak-anak adalah penghapus pensil sedangkan yang digunakan responden adalah penghapus papan tulis. Setiap anak mempunyai penghapus
Universitas Sumatera Utara
pensil saat jam pelajaran menulis agar suasana belajar tidak rebut karena pinjam-pinjam penghapus atau berantam karena penghapus.
Batu kerikil yang kecil-kecil dan lidi ukuran 5cm digunakan saat pelajaran berhitung. Apabila anak menjumlahkan angka-angka yang disebutkan responden saat mengajar, mereka
menggunakan kerikil dan lidi tersebut sebagai alat bantu hitung. Misalnya responden mengucapkan 3+3=…. Maka anak-anak dengan cepat mengambil 3 lidi atau 3 kerikil dan
menambahkan lidi dan kerikil tersebut dengan 3 lidi atau 3 kerikil lagi dan menghitung jumlah keseluruhan lidi dan kerikil tersebut. Responden beranggapan alat hitung yang
tradisional jauh lebih membuat anak-anak pintar dan cepat dalam berhitung dari pada alat hitung elektronik yang biasa sering disebut kalkulator.
Bola plastik dan kursi digunakan saat bermain. Bola plastik yang digunakan responden ada 2 macam yakni yang kecil seukuran bola kasti dan bola sedang seukuran
dengan bola kaki. Permainan yang sering dilakukan seperti : membawa bola besar dalam perut satu tim terdiri dari 2 orang, memasukkan bola kecil dalam keranjang dilakukan oleh
satu persatu, mencari bola kecil yang telah disembunyikan responden pada tempat-tempat tertentu. Bola yang terbanyak sebagai pemenang. Dan variasi lainnya.
Peralatan yang digunakan responden dalam mengajar tersebut sangat sulit untuk dipenuhi. Seperti hasil wawancara peneliti dengan salah seorang petani perempuan yang
mengajar di PAUD Desa Namoriam yaitu Mastalia Gurki: “Dalam memenuhi peralatan ini, kami memang masih sulit. Karena kami
membangun PAUD tanpa bantuan biaya dari luar. Biasanya kami memiliki dana dari bantuan masyarakat Desa. Kalau mereka panen, mereka pasti memberikan uang
salam-salam untuk kelas PAUD ini. Dan terkadang ada juga mahasiswa yang datang meneliti di Desa ini, memberi bantuan beupa buku tulis atau buku bacaan”.
Dari hasil petikan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini petani perempuan tidak mendapatkan sumber dana dari luar atau pemerintah. Mereka memenuhi peralatan
mereka sendiri dari bantuan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
C. Masalah Yang Dihadapi Oleh Responden