ISU PROPERTI DAN PERKEMBANGAN SUPERBLOK DI KOTA JAKARTA

sebagai faktor negatif industri properti di Indonesia. Riset tersebut menyatakan ada empat faktor negatif yang harus diperhitungkan, yaitu pembatasan kepemilikan properti yang sangat ketat, pajak pendapatan sewa yang tinggi, biaya transaksi yang besar, serta ancaman terorisme dan bencana alam.

1.2 ISU PROPERTI DAN PERKEMBANGAN SUPERBLOK DI KOTA JAKARTA

Pembangunan properti di pinggiran Kota Jakarta dalam beberapa tahun ini sudah dianggap tidak seksi lagi. Bila dulu daerah Bekasi, Depok dan Tangerang menjadi incaran para pengembang properti, kini sudah dianggap ketinggalan jaman. Fenomena ini memang benar adanya. Sejumlah pengembang ternama mulai melirik kembali lokasi‐lokasi strategis di jantung Kota Jakarta dengan berlomba membangun kawasan terpadu atau superblok. Grup Bakrie, Grup Pakuwon, Grup Djarum, dan Grup Lippo adalah sebagian dari para taipan yang paling menonjol dalam mengembangkan kawasan superblok seperti Rasuna Epicentrum, Gandaria City, Grand Indonesia serta Kemang Village. Konsepnya, mengintegrasi hotel, apartemen, pusat belanja, hingga perkantoran menjadi mixed‐use development. Untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi kota metropolitan Jakarta, superblok bisa menjadi solusi jitu. Kemacetan lalulintas telah melumpuhkan mobilitas masyarakat yang bekerja di Jakarta. Persoalan tidak berhenti di sini, karena kemacetan juga memboroskan bahan bakar minyak, uang, waktu, memperburuk kualitas udara kota, serta melelahkan fisik setiba di lokasi kerja. M. Ridwan Kamil , Urban Designer dari PT. Urbane Indonesia menegaskan bahwa persoalan yang dihadapi Jakarta sudah begitu kompleks, sehingga memerlukan terobosan baru di bidang tata ruang kota dengan menciptakan kawasan‐kawasan terpadu mandiri. Sarana transportasi publik di Ibukota yang tidak kunjung beres, menjadikan hidup tidak nyaman. Kemacetan semakin memperlebar ruang dan waktu. Energi pun banyak terbuang. Inilah beberapa permasalahan Kota Jakarta yang memicu para pengembang membangun kawasan terpadu atau superblok yang mandiri di sebuah pusat kota. www.realestat.wordpress.com , Februari 2008. Gambar 2. Konsep Sudirman CBD dengan Signature Tower yang dirancang sebelum krisis, tahun 1997. Setelah sempat terhenti selama tujuh tahun, kini proyek tersebut mulai dikerjakan kembali dan akan membuat tower pengganti sebagai bagian dari pembangunan Pacific Place tahap II. Superblok bakal menjadi kawasan masa depan perkotaan yang warganya menghendaki kemudahan fasilitas, aktivitas yang menyatu, lepas dari kepadatan dan kemacetan kota. Superblok adalah kawasan yang menggabungkan pusat hunian apartemen, perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, sekolah, pusat kesehatan, tempat olahraga, bahkan juga tempat rekreasi. Pendeknya, segala fasilitas yang dibutuhkan menyatu dalam satu kawasan. Penghuni superblok tidak akan kerepotan karena bisa melakukan aktivitas keseharian hanya dalam satu kawasan. Cukup berjalan kaki tanpa berkendaraan, seluruh kegiatan bisa Universitas Sumatera Utara dilakukan di superblok. Tidak salah jika dikatakan konsep superblok ini bisa menjadi salah satu solusi mengatasi kemacetan yang luar biasa di Jakarta. Guru Besar Arsitektur, Institut Teknologi Bandung, Prof. M. Danisworo menilai kawasan properti berkonsep superblok perlu dikembangkan di Jakarta, karena bisa mengendalikan pola pertumbuhan properti yang lebih sesuai dengan rancangan tata ruang. Superblok mulai diperkenalkan di Jakarta tahun 1990 yang awalnya Sudirman Central Business District SCBD, Mega Kuningan, Kuningan Persada, Kemayoran. Namun, superblok yang paling berkembang saat ini baru Mega Kuningan yang kemudian diikuti Sudirman CBD. Seiring dengan perkembangannya yang sangat pesat, ternyata superblok yang mulai berkembang di Jakarta belum didukung dengan infrastruktur yang memadai. Padahal konsep superblok sebenarnya mampu mengurangi kemacetan di Jakarta akibat tata ruang yang sifatnya linear seperti di kawasan Thamrin dan Sudirman. “Kota yang kaya dimulai dengan membangun infrastruktur, tetapi di Indonesia kurang menghargai infrastruktur. Jadi di Indonesia diberi beban dulu baru menyadari pentingnya infrastruktur,” demikian menurut Prof. Danisworo. Beliau juga menilai jika kawasan Sudirman dan Thamrin dapat dikembangkan dengan konsep superblok untuk masing‐masing areanya, tentu akan menjadikan kawasan itu lebih dinamis dan hidup secara ekonomi. Mirip kawasan superblok Orchard Road di Singapura. Di kawasan Sudirman dan Thamrin sendiri saat ini tengah giat dikembangkan beberapa proyek properti berkonsep superblok. Salah satunya di Bundaran Hotel Indonesia, yaitu Grand Indonesia yang akan menghadirkan apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan kelas atas. Megaproyek ini dikembangkan oleh Grup Djarum dan Grup Wings. Kawasan lain di Sudirman yang akan diarahkan menjadi superblok adalah kawasan senayan. Di kawasan ini sudah hadir Senayan City yang dikembangkan oleh Agung Podomoro Group. Gambar 3. Senayan City adalah salah satu superblok berkonsep mixed-use yang berlokasi di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Kompleks ini menyediakan fasilitas tujuh lantai shopping mall, office tower, apartment tower, dan hotel berbintang lima yang dioperasikan oleh Sofitel. Senayan City menggabungkan pusat perkantoran, apartemen, hotel berbintang lima dan pusat perbelanjaan dalam satu kawasan terpadu. Superblok lain juga bakal hadir di kawasan Rasuna Said. Adalah Bakrieland Development yang mulai mengembangkan mega superblok Universitas Sumatera Utara Rasuna Epicentrum. Dengan investasi Rp 3,5 triliun, Rasuna Epicentrum diperkirakan akan selesai akhir tahun 2008 mendatang. Pakuwon Group juga tengah menyiapkan proyek superblok yang berlokasi di Gandaria dan Casablanca. Di dua lokasi itu, nantinya selain ada apartemen, hotel, menara perkantoran, pusat perbelanjaan dan tempat pertemuan meeting point yang jauh lebih besar dari yang sudah ada di Jakarta. Untuk Gandaria, proses desainnya memakan waktu kurang lebih tiga tahun dengan tiga arsitek yang berbeda. Proyek ini dibangun di atas lahan seluas 8,5 hektar. Akan ada penambahan empat terowongan underpass yang diproyeksikan selesai pada tahun 2007, sedangkan proyek itu sendiri bakal rampung tahun 2008. Di Casablanca, nantinya pada lantai dua bangunan akan menyatu dengan stasiun kereta monorel. Begitulah, kawasan superblok akan lebih banyak hadir di Jakarta dalam beberapa tahun ke depan, mengikuti Mega Kuningan dan Sudirman CBD yang sudah berkembang lebih dulu. Tentu perlu dikaji juga, bagaimana superblok‐superblok ini nantinya agar bisa terpadu dengan disain tata ruang kota, sehingga justru tidak menambah keruwetan kota. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 TEORI SUPERBLOK