D. Kerangka Konseptual
PT Swadharma Indotama Finance SIF Cabang Medan
Leasing Pemberian Kredit Modal Kerja
Pembiayaan Leasing
Roda Empat Roda Dua
Leasing Kendaraan Bermotor
Pengawasan Intern Piutang
Piutang
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengawasan Intern 1. Pengertian Pengawasan Intern
Pengawasan adalah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Pengawasan dalam arti sempit
diartikan sama dengan “internal check” yaitu suatu sistem dan prosedur yang secara otomatis dapat saling memeriksa, dalam arti bahwa data akuntansi yang
dihasilkan oleh suatu bagian atau fungsi secara otomatis dapat diperiksa oleh bagian atau fungsi lain dalam suatu organisasi perusahaan.
Sistem Pengawasan Intern atau lebih luas Sistem Pengawasan Manajemen merupakam keseluruhan paket, metode, prosedur yang dianut oleh manajemen
dalam usaha mencapai tujuan perusahaan yang diembannya. Oleh karena itu, pengawasan intern merupakan kebijakan dari peosedur spesifik yang dirancang
untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa sasaran dan tujuan perusahaaan telah dicapai.
Pengertian pengawasan intern menurut laporan “Committee on Auditing Procedure” yang dipublikasikan tahun 1949 dengan judul “Internal Control
Elements of Coordinate System and its Importance to Management and The Independent Public Accountant”, berbunyi sebagai berikut :
Pengawasan Intern mencakup struktur organisasi dan seluruh metode dan prosedur yang terkoordinir yang diterapkan oleh perusahaan untuk
mengamankan hartanya, mengecek ketelitian dan kepercayaan terhadap
Universitas Sumatera Utara
data akuntansi, mendorong kegiatan agar efisien, dan mengajak untuk mentaati kebijaksanaan perusahaan.
Menurut Mulyadi 2001:163 “pengawasan intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
SAS Statement on Auditing Standard mendefinisikan pengawasan intern sebagai berikut :
a. Pengawasan administrasi, meliputi struktur organisasi, prosedur dan
catatan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan transakasi yang diotorisasi oleh manajemen.
b. Pengawasan akuntansi, meliputi struktur organisasi serta prosedur dan
catatan yang berhubungan dengan usaha untuk menjaga keamanan aktiva dan dipercayainya catatan keuangan perusahaan.
Sedangkan menurut Messeir, Glover dan Prawitt 2006:250 adapun pengertian dari pengawasan intern adalah sebagai berikut :
Pengawasan intern adalah suatu proses -yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel entitas lainnya- yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : 1 keandalan pelaporan keuangan, 2 efektivitas dan
efisiensi operasi, dan 3 kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Dari beberapa pengertian-pengertian pengawasan intern di atas, maka terdapat beberapa konsep dasar pengawasan intern sebagai berikut :
a. Pengawasan intern merupakan suatu proses. Pengawasan intern merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengawasan intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengawasan intern merupakan suatu
rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dan infrastruktur entitas.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengawasan intern dijalankan oleh orang. Pengawasan intern bukan hanya
terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mancakup dewan komisaris, manajemen
dan personel lain. c.
Pengawasan intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris
entitas. Keterbatasan yang melekat dalam sistem pengawasan intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengawasan
menyebabkan pengawasan intern tidak dapat memberikan keyakinan yang mutlak.
d. Pengawasan intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan :
pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
2. Tujuan dan Pentingnya Pengawasan Intern
Adapun tujuan dari pengawasan intern menurut Mulyadi 2001:163 adalah sebagai berikut : “a menjaga kekayaan organisasi, b mengecek
ketelitian dan keandalan akuntansi, c mendorong efisiensi, d mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
Tujuan pengawasan intern tersebut dapat dibagi menjadi dua macam yaitu tujuan pengawasan intern akuntansi dan tujuan pengawasan intern administratif.
Berikut adalah gambar pembagian tujuan pengawasan intern menurut tujuannya :
Universitas Sumatera Utara
Menjaga kekayaan organisasi Tujuan
pengawasan Mengecek ketelitian dan
intern keandalan data akuntansi
akuntansi Tujuan Pengawasan
Intern
Mendorong efisiensi Tujuan
pengawasan Mendorong dipatuhinya
intern kebijakan manajemen
administratif
Gambar 2.1 : Tujuan Pokok Pengawasan Intern Sumber : Mulyadi 2001:164, Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta
Pengawasan intern penting di dalam sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pentingnya
pengawasan intern dalam perusahaan adalah sebagai berikut : a.
Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan tersebar luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan dan
analisis untuk mengendalikan operasi secara efektif. b.
Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengawasan intern yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi
kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan. c.
Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan perusahaan dengan perbatasan biaya ekonomi tanpa menggantungkan pada sistem
pengawasan intern klien.
Universitas Sumatera Utara
3. Komponen Pengawasan Intern
Untuk mencapai tujuan pengawasan intern yang baik maka sebuah perusahaan harus menelaah terlebih dahulu komponen-kopmponen pengawasan
intern yang ada dalam perusahaan. Komponen-komponen pengawasan intern ini akan memepengaruhi tujuan dari pengawasan intern itu sendiri.
Menurut Boynton, Johnson, dan Kell 2002:379 komponen-komponen pengawasan intern yang saling berhubungan adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan Pengawasan
b. Penilaian Resiko
c. Informasi dan Komunikasi
d. Aktivitas Pengawasan
e. Pemantauan
Ad.a. Linkungan Pengawasan
Lingkungan pengawasan menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengawasan dari orang-orangnya. Lingkungan
pengawasan merupakan dasar atau fondasi untuk semua komponen pengawasan internal yang efektif, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengawasan
termasuk tingkah laku, kewaspadaan, kebijakan, dan tindakan manajemen dan dewan komisaris mengenai pengawasan internal entitas dan kepentingannya bagi
entitas. Efektivitas pengawasan intern sangat ditentukan oleh atmosfer yang
diciptakan oleh lingkungan pengawasan itu sendiri. Oleh karena itu, lingkungan pengawasan harus diberi tekanan perhatian, karena berdasarkan kenyataan, justru
lingkungan pengawasan ini yang mempunyai dampak besar terhadap keseriusan pengawasan intern yang diterapkan di dalam perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Ad.b. Penilaian Resiko
Penilaian resiko adalah proses untuk mengidentifikasikan dan menanggapi risiko bisnis dan hasilnya. Proses ini untuk tujuan pelaporan keuangan, proses
penentuan risiko entitas termasuk bagaimana manajemen mengidentifikasi risiko yang relevan terhadap persiapan laporan keuangan yang disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, memperkirakan signifikannya, menentukan kemungkinan kejadiannya, dan memutuskan tindakan
untuk mengelolanya. Setelah risiko diidentifikasi oleh manajemen, dan telah dipertimbangkan
signifikannya, kemungkinan terjadinya, dan bagaimana risiko tersebut harus dikelola, maka pihak manajemen harus memulai rencana, program, atau tindakan
untuk menyikapi risiko tersebut. Hal ini disebabkan karena pada beberapa kasus, manajemen dapat menerima konsekuensi risiko yang mungkin terjadi dikarenakan
biaya perbaikan dan pertimbangan lainnya. Penilaian risiko manajemen juga harus mencakup pertimbangan khusus
terhadap risiko itu sendiri yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti : 1.
Perubahan dalam lingkungan operasi 2.
Personel baru 3.
Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi 4.
Pertumbuhan yang cepat 5.
Teknologi baru 6.
Lini, produk, atau aktivitas batu 7.
Restrukturisasi perusahaan
Universitas Sumatera Utara
8. Operasi diluar negeri
9. Pernyataan akuntansi
Ad.c. Informasi dan Komunikasi
Sistem akuntansi terdiri atas infrastruktur komponen fisik dan perangkat keras, perangkat lunak, orang, prosedur manual dan otomatis, dan data. Sistem
informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode, apakah otomatis atau manual; dan catatan yang
dibangun untuk mengidentifikasi, menyimpulkan, menganalisis, mengklasifikasikan, mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi entitas dan
memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Yang menjadi fokus utama kebijakan dan prosedur pengawasan yang
berkaitan dengan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah saji dalam asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Sedangkan komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengawasan internal
terhadap pelaporan keuangan. Hal ini termasuk luas sampai mana personel mengerti bagaimana aktivitasnya dalam sistem informasi pelaporan keuangan
berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun diluar organisasi. Komunikasi juga mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada
pihak yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi dan pelaporan, serta memorandum merupakan komponen sistem akuntansi dan
komunikasi dalam pengawasan intern yang dapat mengomunikasikan kebijakan
Universitas Sumatera Utara
dan prosedur kepada personel entitas. Komunikasi dapat dibuat secara elektronik, lisan, atau melalui tindakan manajemen.
Ad.d. Aktivitas Pengawasan
Aktivitas pengawasan atau control activity adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan
dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan utnuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sehingga
tujuan perusahaan akan dapat tercapai dengan baik. Menurut Meisser, Glover dan Prewitt 2006:267 aktivitas pengawasan
yang relevan dengan audit atas laporan keuangan bila memiliki komponen berikut ini : “1 review terhadap kinerja, 2 pengawasan pengolahan informasi, 3
pengawasan fisik, 4 pemisahan tugas “.
Ad.e. Pemantauan
Pemantauan pengawasan monitoring of control adalah proses penentuan kualitas kinerja pengawasan intern sepanjang waktu. Pemantauan pengawasan
dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengawasan, pada waktu yang tepat,
untuk menentukan apakah pengawasan intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah pengawasan intern tersebut telah
melakukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.
Universitas Sumatera Utara
Pemantauan pengawasan bisa dilakukan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai
kombinasi dari keduanya. Prosedur pengawasan yang berlangsung secara terus- menerus dibangun ke dalam aktivitas entitas yang normal dan berkelanjutan serta
mencakup aktivitas umum manajemen dan supervisi. Alat yang biasa digunakan untuk melakukan pemantauan pengawasan adalah sistem informasi. Dimana
sistem informasi ini menghasilkan banyak informasi yang dapat digunakan dalam pemantauan pengawasan. Jika manajemen menganggap bahwa data yang
digunakan untuk melakukan pemantauan pengawasan adalah akurat, kekeliruan bisa terjadi dalam informasi tersebut, yang berpotensi menyebabkan manajemen
mengambil kesimpulan yang tidak benar. Kelima komponen pengawasan intern tersebut akan membantu pihak
manajemen dalam menjalankan pengawasan intern yang baik terhadap jalannya operasional dan data akuntansi perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan.
Hal ini dikarenakan pengawasan intern merupakan salah satu fungsi manajemen perusahaan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Pengawasan intern yang baik dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyelewengan yang merugikan perusahaan yang akan menjauhkan diri dari
proses pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
B. Pengertian dan Jenis Piutang 1. Pengertian Piutang
Merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kemudahan kepada para pelangggan pada saat melakukan transaksi penjualan. Adapun
tujuannya adalah untuk menarik minat pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang sekaligus akan meningkatkan volume
penjualan tersebut. Kemudahan-kemudahan yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan pelanggan membayar kemudian atas penjualan barang
atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut dengan penjualan kredit. Maka dari penjualan kredit ini muncullah piutang.
Piutang adalah tagihan terhadap pelangggan dan yang lain atas uang, barang atau jasa. Piutang timbul sebagai akibat dari adanya transaksi penjualan
secara kredit, transaksi peminjaman uang dan transaksi pembiayaan leasing. Menurut Warren, Reeve, dan Fess 2005 : 392 “piutang receivable
meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”.
Dan menurut Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo 1997:402 “piutang merupakan klaim uang pada perusahaan maupun individu. Klaim
tersebut biasanya didapatkan dari penjualan barang atau jasa ataupun dari peminjaman uang”.
Piutang merupakan hak klaim bagi perusahaan untuk dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada
pihak dengan siapa ia berpiutang. Oleh karena adanya manfaat dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
diterimanya uang, aktiva lain atau jasa yang diharapkan dapat diperoleh di masa datang, maka piutang dianggap sebagai aktiva.
2. Jenis Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Menurut Keiso, Weygandt, dan Terry 2002:386 piutang berdasarkan tujuan pelaporan keuangan
diklasifikasikan menjadi “piutang lancar jangka pendek dan piutang tidak lancar jangka panjang”.
Sedangkan berdasarkan sebab terjadinya menurut Keiso, Weygandt, dan Terry piutang diklasifikasikan menjadi “piutang dagang trade receivable dan
piutang non-dagang non-trade receivable”. Berikut adalah penjelasannya : a.
Piutang dagang trade receivable, yaitu jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari
operasi normal. Piutang dagang trade receivable terdiri dari dua macam yatiu :
1 Piutang usaha accounts receivable, yaitu janji lisan dari pembeli untuk
membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari.
2 Wesel tagih notes receivable, adalah janji tertulis untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. b.
Piutang non-dagang non-trade receivable, yaitu piutang yang berasal dari berbagai dan dapat beruppa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan
sesuatu. Sejumlah contoh piutang non-dagang non-trade receivable adalah :
Universitas Sumatera Utara
1 Uang muka kepada karyawan dan staf
2 Uang muka kepada anak perusahaan
3 Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian atau kerusakan
4 Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran
5 Piutang dividen dan bunga
6 Klaim terhadap :
a Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan
b Terdakwa dalam suatu perkara hukum
c Badan-badan pemerintah untuk pemgembalian pajak
d Perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau hilang
e Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak atau hilang
f Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan krat,
kontainer, dan sebagainya
C. Pencatatan dan Penilaian Piutang
Piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa dengan kredit secara umum diakui ketika kepemilikan barang dialihkan kepada pembeli yang
terpercaya. Saat berpindahnya kepemilikan barang berbeda-beda tergantung pada syarat penjualnnya, oleh karena itu merupakan hal yang normal untuk mengakui
piutang ketika barang dikirim ke pelanggan. Pada saat pengakuan piutang maka pencatatan yang dilakukan terhadap
piutang dari penjualan barang atau jasa tersebut adalah sebagai berikut Stice, Stice, dan Skoousen, 2004:478 :
Universitas Sumatera Utara
Piutang Usaha……………………………………….. xxx
Penjualan………………………………………… xxx
Ketika piutang tersebut tertagih, maka Piutang Usaha dikreditkan dan Kas didebit sebagai berikut :
Kas………………………………………………….. xxx
Piutang Usaha…………………………………… xxx
Namun apabila terdapat pelanggan yang menggantikan Piutang Usahanya dengan Wesel Tagih maka akun Piutang Usaha dikreditkan dan akun Wesel Tagih
didebit.
Contoh :
Brotehr’s Company membeli perlengkapan kantor kepada PT Alin Grafika secara kredit sebesar Rp. 1.000.000,- yang jangka waktu pelunasannya 30 hari kemudian.
Maka pencatatan piutang tersebut pada PT Alin Grafika adalah sebagai berikut :
Piutang Usaha………………………………Rp. 1.000.000,- Penjualan………………………………..
Rp. 1.000.000,-
Namun ketika tanggal jatuh tempo Brother’s Company memberikan Wesel Tagih kepada PT Alin Grafika sebagai pelunasan utangnya yang telah jatuh tempo yang
berjangka waktu 30 hari dan bunga 12 tertanggal 1 Februari 2008, dan memiliki saldo Rp. 1.000.000,-. Maka ayat jurnal untuk mencatatnya yatiu :
Wesel Tagih……………………………….. Rp. 1.000.000,- Piutang Usaha………………………….
Rp. 1.000.000,-
Pada saat Wesel Tagih tersebut jatuh tempo, maka pencatatannya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Kas……………………………………….. Rp. 1.010.000,- Wesel Tagih……………………………
Rp. 1.000.000,- Pendapatan Bunga…………………….
Rp. 10.000,-
Piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa bisa saja tidak dapat tertagih seluruhnya. Hal ini disebabkan karena menunggaknya pelanggan dalam
melunasi piutangnya. Sebagai akibat dari adanya piutang yang tertunggak pembayarannya maka muncullah akun piutang tak tertagih. Oleh karena itu,
piutang harus dilaporkan pada nilai bersih yang dapat direalisasi atau nilai kas yang diharapkan. Dengan kata lain piutang harus dilaporkan jumlah bersihnya
sesudah memperhitungakn estimasi piutang tak tertagih, potongan penjualan dan penjualan yang dikembalikan serta pengurangan harga jual sales return
allowances. Menurut Warren, Reeve, dan Fess 2005 : 395 untuk mencatat dan
menilai piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih yaitu “ metode penyisihan allowance method dan metode penghapusan langsung direct write off method”.
Ad.1. Metode Penyisihan allowance method
Metode Penyisihan indirect write offallowance method, dimana pada setiap akhir periode ditentukan jumlah estimasi piutang tak tertagih dari jumlah piutang
yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam pencatatan kerugian, metode penyisihan ini tidak menunggu sampai pelanggan benar-benar tidak mampu membayar,
melainkan memeperkirakan jumlah piutang yang kemungkinan tidak akan dapat dibayar oleh pelanggan. Metode ini menggunakan pengalaman masa lampau atau
Universitas Sumatera Utara
tahun lalu untuk memperkirakan berapa jumlah beban piutang tak tertagih untuk periode berjalan. Dalam menentukan jumlah estimasi piutang tak tertagih yang
akan dijurnal pada akhir periode berjalan, maka ada beberapa alternatif yang dapat digunakan anatara lain yaitu berdasarkan persentase dari jumlah piutang akhir
periode berjalan, berdasarkan dari jumlah penjualan kredit atau dari jumlah penjualan selama periode berjalan baik penjualan tunai maupun penjualan
kredit, ataupun ditentukan dengan membuat sutau daftar analisa umur piutang dan dari masing-masing jumlah setiap klasifikasi piutang berdasarkan usia piutang
tersebut ditentukan persentase tidak tertagihnya yang berbeda untuk satu dan lainnya. Daftar analisa umur piutang ini dikenal dengan istilah Aging Schedule
yang bentuknya berbeda untuk setiap perusahaan, sesuai dengan sifat dari piutang yang dimiliki. Pada metode penyisihan ini perusahaan akan mendebit beban
piutang tak tertagih dan mengkreditkan penyisihan piutang tak tertagih untuk mencatat estimasi piutang yang tak tertagih.
Ad.2. Metode Penghapusan Langsung direct write off method
Metode Penghapusan Langsung direct write off method, yaitu apabila suatu piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi, maka piutang tersebut langsung
dihapuskan. Berdasarkan metode penghapusan langsung ini, beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi.
Sehingga, akun penyisihan dan jurnal penyesuaian tidak diperlukan pada akhir periode. Jika setalah piutang dihapuskan ternyata pelanggan membayar piutang
Universitas Sumatera Utara
yang telah dihapus tersebut, maka piutang harus ditimbulkan kembali dengan membalik ayat jurnal penghapusan sebelumnya.
D. Prosedur Pemberian Pembiayaan Leasing dan Penagihan Piutang 1. Prosedur Pemberian Pembiayaan Leasing
Istilah leasing berasal dari bahasa Inggris to lease yang berarti menyewakan. Leasing sebagai suatu jenis kegiatan yang statusnya sebagai
lembaga keuangan non-Bank. Pengertian Leasing menurut defenisi pada Surat Keputusan Bersama Tiga
Menteri yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor Kep-122MKIV11974, Nomor 32MSK21974,
tertanggal 7 Februari 1974, pasal 1 yaitu : Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan
hak pilih optie bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Menurut Donald E. Keiso, Jeny J. Weygandt dan Terry D. Warfield 2002:231 :
Lease adalah perjanjian kontraktual antara lessor dan lessee yang memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan property tertentu,
yang dimiliki oleh lessor, selama periode waktu tertentu dengan membayar sejumlah uang sewa yang sudah ditentukan, yang umumnya
dilakukan secara periodik.
Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian kontrak lease adalah sebagai berikut :
a. Lessor, adalah pihak yang menyewakan barang.
Universitas Sumatera Utara
b. Lessee, adalah pihak yang menikmati barang yang di-lease dengan membayar
sewa dan mempunyai hak opsi atas barang yang di-lease. c.
Kreditur atau Lender, yang disebut juga sebagai Loan Participants dalam transaksi leasing. Pada umumnya, mereka terdiri dari Bank, Insurance
Company, Trusts, atau Yayasan. d.
Supplier, adalah penjual atau pemilik barang yang disewakan. Pada hakekatnya lease adalah pembiayaan atas pembelian aktiva oleh
lessee. Piutang merupakan konsekuensi yang diterima oleh lessor sebagai akibat terjadinya transaksi lease tersebut. Piutang pada lease disebut dengan “piutang
pembayaran lease”. Akun “piutang pembayaran lease” ini merupakan akun untuk menggantikan akun aktiva yang dilease.
Menurut Amin Widjaja dan Arif Djohan 1994:49 prosedur dari mekanisme leasing, secara garis besarnya dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,
mengadakan panawaran harga dan menunjuk Suppplier peralatan yang dimaksud.
b. Setelah Lessee mengisi Formulir Permohonan Lease, kemudian
mengirimkannya kepada Lessor disertai dengan dokumen pelengkap. c.
Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui
Lessee lama kontrak pembayaran sewa lease, maka kontrak lease dapat ditandatangani.
d. Pada saat yang sama, Lessee dapat menandatangani kontrak asuransi
untuk peralatan yang di-lease dengan perusahaan asuransi yang disetujui Lessor, seperti yang tercantum pada kontrak lease. Antara
Lessor dan Perusahaan Asuransi terjalin Perjanjian Kontrak Utama.
e. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani Lessor dengan
Supplier peralatan tersebut. f.
Supplier dapat mengirim peralatan yang di-lease ke lokasi Lessee. Untuk mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut,
supplier akan menandatangani Perjanjian Pelayanan Purna Jual.
g. Lessee manandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan
kepada Supplier.
Universitas Sumatera Utara
h. Supplier menyerahkan surat tanda terima yang ditrima dari Lessee,
Bukti Pemilikan dan Pemindahan Pemilikan kepada Lessor. i.
Lessor membayar harga peralatan yang di-lease kepada Supplier. j.
Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, berikut adalah skema
Prosedur Mekanisme Leasing :
Skema Prosedur Mekanisme Leasing
e a
h f i g
b c
j d d
Gambar 2.2 : Prosedur Mekanisme Pembiayaan Leasing Sumber : Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal 1994:50, Akuntansi
Leasing, PT Rineka Cipta, Jakarta
2. Prosedur Penagihan Piutang
Penagihan piutang merupakan sumber penerimaan kas perusahaan dari pembayaran atau pelunasan atas penjualan kredit. Oleh karena itu, harus ada
pengawasan yang baik dalam proses penerimaan kas untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan. Pambagian fungsi-fungsi atas proses penerimaan kas dari
piutang merupakan cara yang tepat untuk mengawasi proses penerimaan kas tersebut.
SUPPPLIER
PERS. ASURANSI
LESSEE LESSOR
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mulyadi 2001:487, fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah :
a. Fungsi Sekretariat
b. Fungsi Penagihan
c. Fungsi Kas
d. Fungsi Akuntansi
e. Fungsi Pemeriksaan Intern
Ad.a. Fungsi Sekretariat
Fungsi Sekretariat bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan melalui pos dari para debitur perusahaan. Fungsi Sekretarit
bertugas untuk membuat daftar surat pemberitahuan atas dasar surat pemberitahuan yang diterima bersama cek dari para debitur.
Ad.b. Fungsi Penagihan
Fungsi Penagihan bertanggung jawab malakukan penagihan kepada para debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh
Fungsi Akuntansi.
Ad.c. Fungsi Kas
Fungsi Kas bertanggung jawab atas penerimaan cek dari Fungsi Sekretariat jika penerima kas dari piutang dilakukan melalui pos atau dari
Fungsi Penagihan jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui penagihan perusahaan. Fungsi Kas bertanggung jawab untuk menyetorkan kas
yang diterima dari berbagai fungsi tersebut segera ke Bank dalam jumlah penuh.
Universitas Sumatera Utara
Ad.d. Fungsi Akuntansi
Fungsi Akuntansi bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal peneriamaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam
kartu piutang.
Ad.e. Fungsi Pemeriksa Intern
Fungsi Pemeriksa Intern bertanggung jawab dalam melaksanakan penghitungan yang ada ditangan Fungsi Kas secara periodik. Disamping itu,
Fungsi Pemeriksa Intern bertanggung jawab dalam melakukan rekonsiliasi Bank, untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh Fungsi
Akuntansi. Menurut Mulyadi 2001:493 prosedur yang dilakukan dalam proses
penagihan piutang serta penerimaan kas dari piutang adalah sebagai berikut : a.
Bagian Piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada Bagian Penagihan.
b. Bagian Penagihan mengirimkan penagih, yang merupakan karyawan
perusahaan, untuk melakukan penagihan kepada debitur. c.
Bagian Penagihan meneriam cek atas nama dan surat pemberitahuan remit-tance advice dari debitur.
d. Bagian Penagihan menyerahkan cek kepada Bagian Kas.
e. Bagian Penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada Bagian
Piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang. f.
Bagian Kas mengirimkan kwitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur.
g. Bagian Kas menyetorkan cek ke Bank, setelah cek atas cek tersebut
dilakukan endorsement oleh pejabat yang berwenang. h.
Bank perusahaan melakukan kliring atas cek tersebut ke Bank debitur. Berikut ini adalah flowchart prosedur penerimaan kas dari penagihan
piutang menurut Mulyadi 2001:263 :
Universitas Sumatera Utara
Catatan : Dikirim SP : Surat Pemberitahuan ke Debitur
DSP : Daftar Surat Pemberitahuan
Gambar 2.3 : Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang Sumber : Mulyadi 2001:263, Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta
Mulai
Menerima ceksurat
pemberitahuan dari debitur
Cek SP
Membuat daftar surat
pemberitahuan
Cek SP
DSP
1 1
Cek SP
DSP
Menerima tandatangan
endorsement atas cek
Membuat bukti kas
masuk
Cek DSP
SP 2
BKM 1
Menyetor cek ke
bank
Bukti Setor
3 2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Lanjutan : Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang Lanjutan
2 3
Buku Setor DSP
SP BKM
Jurnal Penerimaan
Kas Kartu
Gudang
N N
Selesai
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mulyadi 2001:490 unsur-unsur pengawasan intern dalam sistem penerimaan kas adalah sebagai berikut :
Organisasi a.
Fungsi Akuntansi harus terpisah dari Fungsi Pnagihan dan Fungsi Kas. b.
Fungsi Kas harus terpisah dari Fungsi Akuntansi.
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan c.
Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindahbukuan giro bilyet.
d. Fungsi Penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar
piutang yang harus ditagih yang dibuat oleh Fungsi Akuntansi. e.
Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh Fungsi Akuntansi Bagian Piutang harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang
berasal dari debitur.
Praktek yang Sehat f.
Hasil penghitungan kas harus direkam dalam berita acara penghitungan kas dan disetor penuh ke Bank dengan segera.
g. Para penagih dan kasir harus diasuransikan fidelity bond insurance.
h. Kas dalam perjalanan baik yang ada ditangan Bagian Kas meupun
ditangan Penagih perusahaan harus diasuransikan cash-in safe dan cash-in-transit insurance.
E. Pengawasan Intern Piutang
Pengawasan intern terhadap piutang yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah bertujuan untuk melihat seberapa efisien perusahaan
menggunakan aktiva operasinya khususnya unsur-unsur modal kerja yang sangat signifikan seperti piutang. Dalam melakukan pengawasan intern terhadap piutang,
maka diperlukan untuk mengetahui dari komponen-komponen pengawasan intern itu sendiri. Dimana seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa komponen-
komponen pengawasan intern menurut Boynton, Johnson, dan Kell 2002:379 ada lima yaitu “lingkungan pengawasan, penilaian resiko, informasi dan
komunikasi, aktivitas pengawasan dan pemantauan”.
Universitas Sumatera Utara
Kelima komponen pengawasan intern ini akan diaplikasikan dalam melakukan pengawasan intern terhadap piutang.
1. Lingkungan Pengawasan Piutang
Pentingnya pengawasan terhadap piutang dicerminkan dalam keseluruhan sikap, kesadaran, dan tindakan dewan komisaris, manajemen, dan pemilik
terhadap lingkungan pengawasan piutang. Menurut Meisser, Glover dan Prawitt 2006:260 ada beberapa faktor
yang membentuk lingkungan pengawasan, yaitu : a.
Integritas dan nilai etika. b.
Komitmen terhadap kompetensi. c.
Dewan direksi atau komite audit. d.
Filosofi dan gaya operasi manajemen. e.
Struktur organisasi. f.
Penetapan wewenang dan tanggung jawab. g.
Kebijakan dan praktek sumber daya manusia.
Ad.a. Integritas dan Nilai Etika Efektivitas pengawasan intern piutang dipengaruhi oleh integritas dan
nilai etika dari individu yang menciptakan, mengelola, dan mengawasi penanganan piutang. Pihak manajemen perlu untuk menetapkan standar etika dan
tingkah laku yang dikomunikasikan kepada karyawan dalam menangani piutang. Manajemen harus dapat mengomunikasikan integritas dan tingkah laku etis di
dalam perusahaan dalam menangani piutang melalui teladan, melalui penggunaan pernyataan kebijakan dan kode perilaku, dan melakukan kerjasama yang baik dari
Universitas Sumatera Utara
setiap unit kerja yang terkait dengan terjadinya transaksi piutang sehingga resiko yang mungkin terjadi atas piutang dapat diminimalisir.
Ad.b. Komitmen Terhadap Kompetensi Manajemen harus dapat mengspesifikasikan tingkat kompetensi untuk
karyawan yang ditugaskan menangani piutang dan menerjemahkannya ke dalam tingkat pengetahuan dan keahlian yang diperlukan bagi karyawan tersebut.
Manajemen harus mempekerjakan karyawan yang memiliki kompetensi yang tepat untuk menangani piutang.
Ad.c. Dewan Direksi atau Komite Audit Dewan Direksi dan Komite Audit harus mengemban tanggung jawab
secara serius dan secara aktif mengawasi kebijakan dan prosedur akuntansi dan pelaporan piutang. Keseriusan Dewan Direksi dan Komite Audit dalam
mengawasi kebijakan dan prosedur akuntansi dan pelaporan piutang dapat memeperketat pengawasan terhadap piutang yang dapat mengurangi tingkat
kecurangan yang mungkin terjadi atas piutang. Di sisi lain, Dewan Direksi yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengawasan yang
terlalu banyak di tangan manajemen. Sehingga pengawasan intern dapat berjalan dengan baik.
Ad.d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen Menetapkan, mempertahankan, dan mengawasi pengawasan intern
terhadap piutang adalah tanggung jawab manajemen. Filosofi dan gaya operasi manajemen dapat mempengaruhi kualitas pengawasan intern piutang secara
signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Ad.e. Struktur Organisasi Struktur organisasi menentukan bagaimana wewenang dan tanggung
jawab didelegasikan dan diawasi. Struktur organisasi menyediakan kerangka kerja dimana aktivitas perusahaan direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dan di-
review untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, struktur organisasi harus disusun secara relevan, agar dapat membantu pihak
manajemen dalam mengawasi piutang terutama dalam hal penagihan piutang. Pembagian tugas yang memadai atas penanganan piutang merupakan hal utama
dalam perancangan struktur organisasi perusahaan. Ad.f. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Faktor lingkungan pengawasan piutang juga termasuk bagaimana wewenang dan tanggung jawab untuk manangani piutang itu ditetapkan dan
bagaimana hubungan pelaporannya serta hierarki wewenangnya. Dalam penetapan wewenang dan tanggung jawab kepada karyawan, perusahaan haruslah
seimbang. Maksudnya, wewenang dan tanggung jawab harus diberikan kepada karyawan yang mempunyai kemampuan yang sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab yang akan diembannya. Ad.g. Kebijakan dan Praktek Sumber Daya Manusia
Piutang merupakan aktiva yang sangat signifikan sehingga harus dapat diawasi dengan sebaik mungkin dan ditangani oleh karyawan yang tepat. Oleh
karena itu, manajemen harus memiliki kebijakan personel yang jelas mengenai pengangkatan pegawai, pemberian orientasi, pelatihan, evaluasi, bimbingan,
promosi, penggajian, dan tindakan perbaikan terhadap karyawan yang akan
Universitas Sumatera Utara
dipekerjakan. Dalam memepekerjakan karyawan untuk menangani masalah piutang harus ada standar yang menitikberatkan pada orang yang kualifikasi. Dan
dalam kaitannya dengan wewenang dan tanggung jawab, sebaiknya setiap karyawan diberi wewenang dan tanggung jawab yang sesuai dengan
kemampuannya. Sebab yang menjadi penyebab utama kesalahan ataupun kekeliruan dalam sistem akuntansi adalah personelkaryawan. Oleh karena itu,
manajemen jangan sampai salah membuat kebijakan terhadap para karyawannya.
2. Penilaian Resiko atas Piutang
Penilaian resiko atas piutang yang paling utama adalah penentuan piutang yang tidak akan tertagih. Perusahaan juga harus menilai resiko dari karyawan.
Banyak cara yang dapat dilakukan karyawan untuk melakukan penyelewengan terhadap piutang. Salah satunya yang sering terjadi adalah melakukan
penggelapan terhadap tagihan piutang konsumen A dan menutupinya dengan tagihan piutang konsumen B. Hal ini akan terus berlanjut sampai karyawan
tersebut mampu untuk menutupi penggelapan terhadap tagihan piutang tersebut dengan uangnya sendiri. Kejadian penyelewengan piutang ini diakibatkan karena
tidak adanya pembagian tugas. Karyawan yang menagih, menerima uang, serta yang mencatatnya ke dalam buku piutang hanya satu orang, sehingga
penyelewengan dan penggelapan terhadap tagihan piutang sangat rentan terjadi dan pengawasannya pun tidak begitu ketat.
Apabila pembagian tugas di perusahaan atas penagihan piutang sudah memadai, namun penyelewengan masih bisa saja terjadi. Contohnya, karyawan
Universitas Sumatera Utara
yang bertugas menagih piutang ke konsumen tidak menyetorkan hasil tagihannya ke kasir dan melaporkan bahwa piutang belum tertagih dengan alasan konsumen
tidak ada dirumah ataupun konsumen akan membayarnya bulan depan. Penyelewengan lainnya yang juga sangat berbahaya dan dapat
merugikan perusahaan adalah dimana karyawan tetap mencatat penerimaan kas dari tagihan piutang, namun karyawan tersebut tidak menyetorkannya ke Bank.
Untuk menutupinya karyawan tersebut malakukan manipulasi terhadap laporan rekonsiliasi bank. Cara lainnya untuk melakukan penyelewengan adalah dengan
tidak mencatat penerimaan kas dari tagihan piutang, dan menghalang-halangi untuk mengirimkan surat pemberitahuan laporan bulanan piutang yang tertunggak
kepada konsumen untuk menghindari terjadinya keluhan konsumen tersebut. Dengan begitu perkiraan saldo piutang konsumen tidak berubah, dan untuk
mengurangi saldo piutang tersebut maka dibuat penghapusan piutang. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar membuat suatu kebijakan
yang baik mengenai pembagian tugas yang memadai atas penagihan piutang, pemberian wewenang dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan
karyawan, pelatihan-pelatihan kepada karyawan, psikologis karyawan itu sendiri serta konsistensinya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
sebaik mungkin. Di sisi lain, peusahaan juga harus mampu menganalisa konsumen yang potensial dalam membayar hutangnya. Ini semua ditujukan untuk
memperkecil penyelewengan-penyelewengan yang mungkin akan terjadi.
Universitas Sumatera Utara
3. Informasi dan Komunikasi atas Piutang
Sistem informasi dan komunikasi atas piutang merupakan sistem akuntansi yang dimulai dengan mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi
piutang yang terjadi, dan memelihara aktuabilitasnya. Menurut Mulyadi 2002:189 sistem akuntansi yang efektif dapat
memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah :
a. Sah
b. Telah diotorisasi
c. Telah dicatat
d. Telah dinilai secara wajar
e. Telah digolongkan secara wajar
f. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya
g. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas
dengan benar
Ketujuh unsur-unsur tersebut juga sangat diperlukan dalam sistem akuntansi terhadap piutang.
Menurut Mulyadi 2001:257 informasi mengenai piutang yang dilaporkan kepada manajemen adalah “a saldo piutang pada saat tertentu kepada debitur,
b riwayat pelunasan piutang yang dilakukan oleh setiap debitur, dan c umur piutang kepada setiap debitur pada saat tertentu”.
Transaksi piutang dicatat mulai dari jurnal umum, kemudian di posting ke buku besar pembantu dan selanjutnya di catat dalam buku besar piutang. Setiap
pelanggan mempunyai data buku besar piutang yang berbeda satu sama lain, yang berisi informasi tentang nama pelanggan, alamat pelanggan, data kredit, tanggal
transaksi, nomor tagihan, pembayaran kredit, retur, dan saldo piutang. Setiap
Universitas Sumatera Utara
salinan buku besar piutang akan diarsipkan, dan kemudian secara berkala departemen piutang akan meringkas saldo setiap rekening piutang dan
mengirimkannya ke buku besar umum. Selanjutnya departemen buku besar umum akan melakukan penutupan
periode pemrosesan dengan menerima dokumen jurnal dari departemen penagihan dan pengawasan persediaan, dan ringkasan rekening dari departemen
piutang yang akan memberikan informasi mengenai kebenaran dari seluruh proses. Dengan mencocokkan dokumen jurnal dan ringkasan rekening yang
diterima dari departemen operasional, buku besar umum dapat mendeteksi banyak tipe kesalahan.
Hasil pemrosesan dari departemen piutang dengan departemen buku besar umum adalah pernyataan piutang yang tepat jumlahnya. Dimana pernyataan
piutang ini secara periodik akan dikirimkan kepada konsumen untuk menguji ketelitian dari jumlah piutang tersebut dengan cara melihat respon yang akan
diberikan oleh konsumen tersebut. Hal ini merupakan suatu wujud cara pengawasan intern yang baik terhadap piutang, yang juga akan memberikan
kepercayaan yang lebih kepada konsumen atas kinerja perusahaan. Agar informasi mengenai piutang dapat digunakan dengan sebaik
mungkin, maka harus adanya sistem komunikasi yang baik. Komunikasi ini meliputi luasnya pemahaman karyawan tentang bagaimana aktivitas mereka
dalam sistem informasi pelaporan piutang yang berkaitan dengan pekerjaan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Aktivitas Pengawasan Piutang
Aktivitas pengawasan piutang adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan terhadap lingkungan pengawasan piutang dan sistem akuntansi piutang
yang telah diciptakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan perusahaan akan tercapai. Secara umum, aktivitas
pengawasan piutang yang relevan terdiri dari : a.
Review Terhadap Kinerja Review terhadap kinerja yaitu yang mencakup review dan analisis yang
dilakukan oleh manajemen atas laporan yang meringkas rincian jumlah yang tercantum dalam akun buku pembantu; kinerja sesungguhnya dibandingkan
dengan jumlah menurut anggaran, prakiraan atau jumlah tahun yang lalu; dan hubugan antara serangkaian data seperti data keuangan dengan data non-
keuangan. Review terhadap kinerja atas penanganan piutang dapat dilakukan dengan
menganalisa dan memeriksa perincian laporan ringkasan jumlah piutang yang tercantum dalam akun buku besar piutang seperti daftar umur piutang, laporan
penjualan menurut daerah pemasaran, produk maupun pelanggan. Dari akun daftar umur piutang akan dapat diketahui jumlah piutang yang macet
pembayarannya. Apabila jumlah piutang yang macet dalam jumlah yang besar, itu berarti kinerja bagian penagihan tidak optimal.
b. Pengawasan Pengolahan Informasi
Pengawasn pengolahan informasi piutang ada dua yaitu pengawasan umum general control dan pengawasan aplikasi application control. Pada
Universitas Sumatera Utara
pengawasan umum, piutang akan diawasi melalui organisasi pusat pengolahan data perusahaan, sistem dan program, serta fasilitas pengolahan data. Pemisahan
fungsi-fungsi pokok seperti kegiatan operasi yang mendukung munculnya piutang, penyimpanan hasil tagihan piutang, dan catatan akuntansi piutang sangat
diperlukan dalam pengawasan piutang. Sistem dan program yang digunakan untuk mengolah piutang akan membantu dalam mengawasi data piutang, apalagi
didukung oleh fasilitas pengolahan data seperti dengan menggunakan passwords yang hanya dapat digunakan oleh karyawan yang berwewenang saja terhadap
penggunaan data piutang yang tersimpan dalam komputer. Pengawasan aplikasi piutang merupakan pengawasan terhadap pengolahan
transaksi piutang yang mencakup prosedur otorisasi yang memadai, perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan, serta pengecekan secara independen.
Menurut Mulyadi 202:191 dalam perancangan dokumen dan catatan, unsur pengawasan intern yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1. Perancangan dokumen harus bernomor urut tercetak.
2. Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi terjadi atau
segera setelah transaksi terjadi. 3.
Dokumen dan catatan harus cukup sederhana untuk menjamin kemudahan dalam pemahaman terhadap dokumen dan catatan
tersebut.
4. Sedapat mungkin dokumen dirancang untuk memenuhi berbagai
keperluan sekaligus. 5.
Perancangan dokumen dan catatan harus mendorong pengisian data yang benar dengan cara memasukkan unsur pengecekan intern.
c. Pengawasan Fisik
Pengawasan Fisik, yang meliputi keamanan fisik atas aktiva. Pengawasan fisik termasuk penjagaan, seperti terhadap catatan dan dokumen, fasilitas yang
diamankan, otorisasi untuk akses terhadap program komputer dan arsip data, serta
Universitas Sumatera Utara
perhitungan periodik untuk aktiva seperti persediaan dan perbandingan dengan catatan pengawasan.
Pengawasan fisik atas piutang dapat dilakukan dengan menghitung jumlah kas yang diterima dari tagihan piutang. Tidak sebatas pada penghitungan jumlah
kas saja, pengawasan fisik piutang juga harus dilakukan terhadap sejumlah dokumen yang mendukung. Dokumen-dokumen tersebut mencantumkan jumlah
piutang yang tercatat di dalamnya. Sehingga pada saat penghitungan tagihan piutang, hendaknya membandingkan jumlah yang ada pada dokumen dengan kas
yang diterima. Untuk menghindari kemungkinan penyelewengan, kas yang diterima dari
tagihan piutang disetor setiap hari ke rekening perusahaan di Bank. Bank akan memberikan rekonsiliasi Bank atas perusahaan secara periodik. Ini merupakan
alat untuk melakukan pengecekan secara independen antara catatan Bank dengan catatan perusahaan.
d. Pemisahan Tugas
Pemisahan tugas adalah penting bagi sebuah perusahaan untuk memisahkan otorisasi transaksi, pencatatan transaksi, dan pengamanan aktiva
yang terkait. Pemisahan tugas yang memadai akan mengurangi kesempatan bagi karyawan untuk melakukan ataupun menyembunyikan kecurangan yang
dilakukannya atas piutang. Bila orang yang melakukan otorisasi piutang, yang mencatatnya ke dalam catatan piutang dan yang menyimpan uang atas tagihan
piutang adalah orang yang sama, maka akan memberikan kesempatan baginya untuk melakukan kecurangan atas piutang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pemisahan tugas membantu pihak manajemen dalam mengawasi piutang mulai dari munculnya sampai tertagihnya piutang tersebut. Selain itu, pemisahan
tugas juga akan dapat mendeteksi dengan segera atas kesalahan atau ketidakberesan yang terjadi terhadap piutang.
5. Pemantauan Pengawasan Piutang
Pemantauan pengawasan piutang dilakukan untuk melihat apakah pengawasan intern terhadap piutang sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan. Pemantauan dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan menggunakan auditor internal atau personel yang serupa. Pemantauan
pengawasan piutang dilakukan dengan mengunakan data informasi piutang yang dihasilkan dan akan memberikan informasi mengenai kinerja dari pengawasan
intern piutang sepanjang periode tertentu. Pemantauan akan dilakukan secara terus menerus untuk dapat mengevaluasi lebih dalam mengenai jalannya pengawasan
intern piutang. Pihak manajemen dapat melihat pengawasan intern terhadap piutang tidak
berjalan dengan baik, dengan melihat tetap tingginya jumlah piutang yang macet. Bila jumlah piutang macet tinggi, itu berarti kinerja bagian penagihan tidak
optimum sehingga tidak dapat menagih seluruh jumlah piutang yang macet. Pemantauan pengawasan piutang ini sangat diperlukan perusahaan, hal ini
untuk terus melihat kinerja pengawasan intern terhadap piutang agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian untuk menguraikan aspek-aspek fenomena atau karakteristik
variabel atau objek tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, atau industri.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang merupakan data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan-tujuan
tertentu sebagai kebutuhan. Misalnya : data yang diperoleh sebagai hasil wawancara dari pihak perusahaan PT Swadharma Indotama Finance
dalam hal ini pimpinan, kepala bagian piutang, kepala bagian marketing, dan kepala bagian keuangan.
2. Data Skunder, yaitu data yang telah diolah sehingga menjadi lebih
informatif dan telah menjadi dokumentasi di perusahaan. Misalnya : sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, prosedur pemberian
pembiayaan, kebijakan pengawasan intern piutang, dan prosedur penagihan piutang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Teknik wawancara, yakni dengan melakukan tanya jawab secara langsung
dengan Pimpinan, Kepala Bagian Piutang, Kepala Bagian Marketing, dan Kepala Bagian Keuangan yang berkaitan dengan data yang diperlukan
untuk penulisan skripsi ini. 2.
Teknik observasi, yakni merupakan pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh penulis terhadap objek yang diteliti.
D. Metode Analisa Data
Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan dan dianalisis
sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi.
E. Responden