BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK
A. Sejarah Hak Merek
Pemberian tanda pada barang sebagai merek bukanlah fenomena baru. Zaman prasejarah dan setelah sejarah ditulis telah membuktikan hal ini. Para pemburu pada zaman
itu telah memberi tanda atau ukir-ukiran pada senjata buruan mereka sebagai bukti kepemilikan. Pembuat tembikar pada masa Yunani dan Romawi kuno telah memberi identitas
dengan memberi tanda pada dasar pot ketika masih basah, yang akan menimbulkan relief ketika kering. Hal lain lagi adalah menuliskan nama diri pada beberapa barang, seperti pada
pahatan batu yang dimaksudkan sebagai identifikasi pembuatnya. Pada abad pertengahan, penggunaan tanda-tanda seperti cap pada hewan ternak juga sudah dilakukan. Para pedagang
Eropa pada abad itu juga telah menggunakan merek dagang untuk meyakinkan konsumen dan memberi perlindungan hukum terhadap produsen. Jauh setelah Revolusi Industri banyak
muncul merek-merek baru seperti Levi’s sekitar tahun 1830, Coca Cola tahun 1886, dan lain sebagainya.
31
Pada zaman modern seperti saat ini merek bisa menjadi aset bagi pemiliknya, karena dapat mendatangkan keuntungan dan dijadikan sarana promosi bagi usahanya. Bagi sebagian
masyarakat merek adalah gaya hidup. Artinya merek dapat dijadikan sarana untuk menunjukkan bahwa seseorang tidak ketinggal jaman, dan selalu mengikuti mode yang
sedang trend. Pada perkembangannya merek juga menjadi citra. Orang-orang yang menggunakan merek-merek tertentu merasa lebih percaya diri. Misalnya rokok merek Dji
Sam Soe melambangkan sifat kejantanan. Mobil bermerek Lexus melambangkan kemapanan.
31
M. Yahya Harahap. 1996. Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Bandung: Citra Aditya Bakti, hal 29
Universitas Sumatera Utara
Atau seseorang yang menggunakan pulpen Mount Blanc melambangkan status eksekutif, dan lain-lain.
32
Di samping itu merek dapat mewakili sebuah obyek. Misalnya orang yang mau membeli deterjen menyebut ”mau membeli Rinso”, walau merek Attack yang dibelinya.
Penyebutan kata Rinso ditujukan kepada deterjen dan bukan merek itu sendiri. Honda dianggap mewakili sepeda motor; Sasa untuk penyedap makanan; Odorono untuk deodorant.
Dan, Aqua untuk air minum mineral.
33
Pada awalnya merek digunakan oleh manusia untuk dibutuhkan secara fisik kepada benda dengan maksud untuk menunjukkan asal usul atau pada kepemilikannya.
Perkembangan merek yang pertama kali adalah dipisahkannya merek menurut fungsinya yang spesifik. Fungsi merek sebagai tanda untuk menghubungkan produk tertentu dengan
sumbernya sekaligus dipakai karena bisa membedakan dari penghasil barang lainnya. Pada abad pertengahan sebelum revolusi industri, merek telah dikenal dalam berbagai
bentuk atau istilah sebagai tanda pengenal untuk membedakan milik seseorang dengan milik orang lain. Didahului oleh peranan para Gilda yang memberikan tanda pengenal atas hasil
kerajinan tangannya dalam rangka pengawasan barang hasil pekerjaan anggota Gilda sejawat, yang akhirnya menimbulkan temuan atau cara mudah memasarkan barang. Di Inggris, merek
mulai dikenal dari bentuk tanda resmi hallmark sebagai suatu sistem tanda resmi tukang emas, tukang perak dan alat-alat pemotong yang terus dipakai secara efektif bisa
membedakan dari penghasil barang sejenis lainnya.
34
Persoalan merek sebenarnya bukan hal baru bagi Indonesia. Dalam sejarah perundang-undangan merek, dapat diketahui bahwa pada masa kolonial Belanda berlaku
Reglemen Industriele Eigendom RIE yang dimuat dalam Staatblad 1912 Nomor 545 jo
32
Prasetyo Hadi Purwandoko, Merek Suatu Telaah Singkat. Makalah. Disampaikan dalam Pelatihan HaKI bagi Mahasiswa dan Dosen UNS yang memiliki Karya Inovatif tanggal 1-2 Juli 1999
33
Prasetyo Hadi Purwandoko, 1999, Merek dan Perlindungan Hukumnya. Harian Umum Pos Kita Solo 5 Oktober 1999
34
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Staatblad 1913 Nomor 214. Pada masa penjajahan Jepang, dikeluarkan peraturan merek, yang disebut Osamu Seire Nomor 30 tentang Pendaftaran cap dagang yang mulai berlaku tanggal 1
bulan 9 Syowa tahun Jepang 2603. Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, peraturan tersebut masih diberlakukan berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar
1945. Selanjutnya, sejak era kebijakan ekonomi terbuka pada Tahun 1961 diberlakukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan
yang menggantikan peraturan warisan kolonial Belanda yang sudah dianggap tidak memadai, meskipun Undang-Undang tersebut pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan dengan
produk hukum kolonial Belanda tersebut.
35
Perkembangan selanjutnya, Undang-Undang Merek telah mengalami perubahan, baik diganti maupun direvisi karena nilainya sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan
dan kebutuhan. Pada akhirnya, pada tahun 2001 diundangkanlah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Undang-Undang Merek ini merupakan hukum yang mengatur
perlindungan merek di Indonesia. Undang-Undang tersebut merupakan produk hukum terbaru di bidang merek sebagai respon untuk menyesuaikan perlindungan merek di Indonesia
dengan standar internasional yang termuat dalam Pasal 15 Perjanjian TRIPs sebagai pengganti UU sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 19 tahun 1992 tentang Merek. Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, dinyatakan
bahwa Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, ataupun kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Kebutuhan akan perlindungan hukum atas merek semakin berkembang dengan
pesatnya orang-orang yang melakukan peniruan, terlebih pula setelah dunia perdagangan
35
Gautama.Sudargo.1984.Hukum merek Indonesia, Alumni, Bandung, hal 33
Universitas Sumatera Utara
semakin maju serta alat transportasi yang semakin baik, juga dengan dilakukannya promosi maka wilayah pemasaran barang-barang menjadi luas. Keadaan seperti itu menambah
pentingnya merek sebagai alat untuk membedakan asal-usul barang kualitasnya, dan untuk menghindarkan peniruan. Pada gilirannya perluasan pasar seperti itu juga memerlukan
penyesuaian dalam sistem perlindungan hukum terhadap merek yang digunakan pada produk yang diperdagangkan.
36
Berkembangnya perdagangan barang antar negara akibat dari perluasan pasar menyebabkan pemasaran dari suatu produk melewati batas-batas negara. Keadaan ini
mengakibatkan adanya kebutuhan untuk perlindungan merek secara internasional. Tahun 1883 di Paris dibentuk suatu konvensi mengenai hak milik perindustrian yang kemudian
menjadi tonggak sejarah dimulainya perkembangan perlindungan merek secara internasional.
37
Pengaturan hukum merek di Indonesia pertama kali pada saat dikeluarkannya Undang-undang Hak Milik Perindustrian pada masa sebelum kemerdekaan yaitu dalam
“Reglement Industrieele Eigendom Kolonien”, Stb 545 Tahun 1912. Sistem yang dianut Reglement Industrieele Eigendom Kolonien adalah deklaratif. Sistem deklaratif tidak
menerbitkan hak, tetapi hanya memberikan sangkaan hukum rechtsvermoeden atau presemption iuris yaitu bahwa pihak yang mereknya terdaftar adalah pihak yang berhak atas
merek dan sebagai pemakai pertama dari merek yang didaftarkan. Pendaftaran merek hanya digunakan untuk memudahkan pembuktian bahwa pihak pendaftar diduga sebagai pemakai
pertama dari merek yang didaftarkan.
38
36
Djumhana, Muhammad, Djubaidillah, R, Hak Milik Intelektual, Sejarah Teori Dan Prakteknya Di Indonesia, Bandung, 1997, hal. 160
37
http:renaisans-unibo.blogspot.com200903aspek-perlindungan-hukum-terhadap-merek.html diakseskan tanggal 7 November 2010
38
Venantia Sri Hadiarianti. Konsep Dasar Pemberian Hak dan Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Gloria Yuris Vol 8, No. 2, 2008, hlm 6
Universitas Sumatera Utara
Sistem deklaratif masih digunakan dalam UU No. 21 Tahun 1961 tentang merek sebagai pengganti Reglement tersebut. Secara keseluruhan UUM No. 21 Tahun 1961
dianggap tidak dapat memberikan perlindungan hukum yang memadai kepada pemilik atau pemegang merek yang sah dan perlindungan hukum terhadap konsumen. Hal itu dimulai pada
awal tahun 70-an ketika kasus yang terkenal tentang merek TANCHO yang terjadi antara pengusaha lokal Cina dengan pengusaha asing Jepang Putusan perkara merek TANCHO
Reg. No. 677KSIP1972 tanggal 13 Desember 1972. Walaupun untuk menutupi kekurangan Undang-Undang merek itu telah ditetapkan Keputusan Menteri Kehakiman dan
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pada tahun 1992 UUM No. 21 Tahun 1961 diganti dengan UUM No. 19 Tahun 1992
tentang merek yang mulai berlaku efektif tanggal 1 April 1993. UUM No. 19 Tahun 1992 tidak lagi menggunakan sistem deklaratif tetapi sistem konstitutif. Sistim ini mendasarkan
pada sistem pendaftaran yaitu bahwa pendaftaran atas merek merupakan bukti adanya hak atas merek tersebut. Siapa yang pertama mendaftarkan dialah yang berhak atas merek dan
secara eksklusif dapat menggunakan merek tersebut. Walaupun UUM No. 19 dianggap telah cukup memberikan kepastian hukum bagi
perlindungan produsen dan konsumen, tetapi oleh pemerintah Indonesia direvisi lagi dengan ditetapkannya UUM No. 14 Tahun 1997 tentang perubahan UUM No. 19 Tahun1992 tentang
merek, yang kemudian diganti lagi dengan UUM No. 15 Tahun 2001 tentang merek. Penolakan permohonan diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya disertai
alasannya. Pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau tanggapan disertai alasannya paling lambat tiga puluh hari sejak tanggal penerimaan surat pemberitahuan
penolakan. Merek ditolak jika mempunyai persamaan dengan merek lain, mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal, mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis. Kecuali dengan
Universitas Sumatera Utara
izin nama orang terkenal, namasingkatan, namabenderalambangsimbol negara atau lembaga, serta tandacapstempel resmi pemerintah.
B. Jenis dan Fungsi Merek