memakai merek apabila merek tersebut sudah mempunyai reputasi, good will, pasar serta konsumen yang besar.
56
Merek menjadi demikian penting dalam periklanan dan perdagangan karena masyarakat dapat melihat melalui merek tersebut atas nama baik, kualitas serta reputasi dari
barang dan jasa tertentu. Nantinya pun suatu merek dapat menjadi kekayaan komersial yang luar biasa dan sangat berharga dan sering kali nama usahamerek suatu produk perusahaan
lebih berharga daripada aset perusahaan yang berwujud, misalnya tanah, bangunan, mesin- mesin dan perlengkapan kantor.
57
Pemilik merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum atas pelanggaran hak atas merek baik dalam wujud gugatan ganti rugi maupun berdasarkan tuntutan hukum pidana
melalui aparat penegak hukum. Pemilik merek terdaftar juga memiliki hak untuk mengajukan permohonan pembatalan pendaftaran merek terhadap merek yang memiliki kesamaan dengan
merek yang ia miliki yang didaftarkan orang lain secara tanpa hak. Perlindungan hukum yang represif ini diberikan apabila telah terjadi pelanggaran hak atas merek. Disini peran
lembaga peradilan dan aparat penegak hukum lainnya seperti kepolisian, Penyidik Pengawai Negeri Sipil PPNS dan Kejaksaan sangat diperlukan.
C. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Merek
Pada hakekatnya pelanggaran merek yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh sikap konsumtif masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan berorientasi
pada pemakaian produk-produk luar negeri label minded, apalagi kalau itu merek terkenal. Akan tetapi daya beli masyarakat Indonesia yang rendah menyebabkan mereka tidak cukup
mampu untuk membeli produk-produk luar negeri yang harganya sangat tinggi. Untuk itu timbullah pemikiran dari pelaku usaha atau produsen untuk membuat produk lokal dengan
56
Usman Rachmadi, Op.Cit, hal 60
57
Ibid, hal 62
Universitas Sumatera Utara
merek yang sudah terkenal.
58
Pada umumnya pelanggaran atas merek memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran itu adalah :
Produsen yang beritikad baik mungkin akan melakukan upaya pengalihan hak atas merek secara sah, akan tetapi produsen yang beritikad buruk pasti akan
melakukan pelanggaran-pelanggaran atas merek orang lain yang sudah terkenal demi untuk kepentingan pribadinya yang tentu akan merugikan pemegang hak atas merek yang asli.
59
1. Pendaftaran Merek Tanpa Hak
Pelanggaran ini dilakukan dengan cara mendaftarkan merek-merek yang sama baik pada pokoknya ataupun pada keseluruhannya dengan merek-merek dari luar negeri, khususnya
yang terkenal atas nama mereka sendiri kemudian diperdagangkan. Ketika pemilik merek terkenal asing tersebut masuk ke Indonesia dan hendak bekerjasama dengan pengusaha
Indonesia yang beritikad baik melalui perjanjian lisensi misalnya, perusahaan yang memegang hak atas merek tersebut akan mengalami kesulitan dari orang-orang yang
sudah terlebih dahulu mendaftarkan merek-merek terkenal tersebut secara tanpa hak. Pendaftar yang sebenarnya tidak berhak umumnya tidak pernah menggunakan merek
yang mereka daftarkan tersebut. Hal ini berakibat tidak adanya sumbangan dalam pembangunan ekonomi nasional bahkan pada kenyataannya dapat menghambat
pembangunan ekonomi karena menghalangi kegiatan investasi dan produksi yang dilakukan oleh orang atau pihak yang lebih berhak memakai merek. Mereka inilah yang
dinamakan Trademark Trafficker. Keberadaan para trademark trafficker ini hanya perlu menjual merek yang telah didaftarkannya tersebut kepada pihak yang kemudian hendak
mendaftarkan merek yang sama. Apabila pemilik merek asli bersikeras hendak mendaftarkan merek tersebut atas namanya, ia harus mengajukan gugatan pembatalan
58
Saleh, Islamil, 1990, Hukum dan Ekonomi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 78
59
Lindsey, B.A. Eddy damian, Simon, Butt, BA., Tomi Suryoutomo, 2002, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, hal 81
Universitas Sumatera Utara
terlebih dahulu setelah mengajukan permohonan pendaftaran merek dan pelanggaran ini sangat merugikan pemilik merek.
2. Pendaftaran Merek Tanpa Hak disertai Pemakaian.
Pada pelanggaran ini, si pelanggar tidak saja melanggar hak orang lain tetapi juga melakukan penyesatan dan pengelabuhan atas sumber dan kualitas dari barang yang
dibubuhi merek tersebut. Yang dirugikan tidak hanya pemegang hak atas merek karena telah terjadi perusakan citra atas merek milik mereka, tetapi juga masyarakat sebagai
konsumen. Di samping mendaftarkan merek yang bukan haknya, mereka juga memakai merek
terkenal yang bukan haknya untuk dicantumkan dalam produk yang mereka hasilkan. Barang-barang yang dihasilkan itu dibuat dengan kualitas dibawah kualifikasi dan mutu
pemilik merek dan produsen yang berhak atas merek terkenal yang asli. Disini benar- benar telah terjadi penyesatan atau pengelabuhan atas sumber dan kualitas barang yang
dibubuhi merek tersebut. Produk-produk yang dihasilkan oleh pelanggar merek ini juga dipakai untuk kelas barang yang berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh pemilik
merek dan produsen barang sehingga sangat menyesatkan konsumen.
3. Pemakaian Merek Tanpa Hak
Pelanggaran jenis ini sebetulnya sama dengan kedua bentuk pelanggaran yang tersebut di atas. Perbedaannya dalam pemakaian tanpa hak, produk yang dipalsukan benar-benar
diusahakan sama dengan yang aslinya. Dalam pelanggaran ini yang dirugikan adalah pemilik merek dan konsumen.
D. Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar