Faktor-Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan Perlindungan Hukum Hak Atas Merek

telah terjadi dan dibebankan kepadanya. Sebab berdasarkan keterangan dan bukti-bukti yang telah diterima oleh Hakim dari para pihak baik dari Pengugat, Tergugat maupun Turut Tergugat, maka Hakim mengabulkan gugatan Pengugat seluruhnya dan menyatakan Tergugat sebagai pihak yang kalah.

B. Faktor-Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan Perlindungan Hukum Hak Atas Merek

Setiap pemegang merek dagang, selain dibebani oleh kewajiban, juga mempunyai hak-hak yang dilindungi oleh hukum yang berlaku. Untuk mewujudkan adanya hak dan kewajiban secara nyata diperlukan penegakan hukum oleh para aparat hukum. Jadi penegakan hukum dapat dikatakan sebagai proses untuk mewujudkan hak yang seharusnya diterima sebagai timbal balik atas pemenuhan kewajiban yang telah dilaksanakan. Ada beberapa faktor yang dapat menghambat pelaksanan terhadap pemegang hak atas merek. Faktor-faktor tersebut adalah 65 1. Keterbatasan informasi kepada masyarakat konsumen atas adanya permohonan pendaftaran merek. : Selama ini Direktorat Jenderal Merek hanya mengumumkan permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek dan pada sarana khusus yang disediakan oleh Ditjen Merek yang tidak setiap orang dapat mengetahuinya meskipun telah diterbitkan secara berskala. Selain itu tenggang waktu pengumuman yang hanya berlangsung selama 3 tiga bulan belum dapat dimanfaatkan para pemegang hak atas merek terkenal untuk mengajukan keberatan atas pendaftaran merek tersebut oleh pihak lain secara tanpa hak. Kesulitan lainnya adalah menentukan sejak kapan tenggang waktu itu tersebut dihitung, sejak tanggal yang tercantum dalam Berita Resmi Merek atau sejak tanggal Berita Resmi Merek tersebut nyata-nyata terbit. Akibatnya para pemegang hak atas merek terkenal akan terkejut ketika 65 H. M. N Purwo Sutjipto, Op.Cit, hal 82 Universitas Sumatera Utara hendak mendaftarkan mereknya karena merek tersebut telah didaftarkan oleh pihak lain. Pada akhirnya pemegang hak atas merek dagang terkenal tersebut harus mengajukan gugatan untuk mendapatkan haknya sebagai sah atas merek tersebut. 2. Kesulitan dari pemegang hak atas merek terkenal untuk menemukan pelaku pelanggaran mereknya. Kebanyakan produk hasil pelanggaran merek terkenal diperdagangkan di pasaran tidak dengan mencantumkan identitas perusahaan atau identitas pembuatnya. Hal itu menyebabkan pemegang hak atas merek dagang terkenal sebagai pemilik yang sah kesulitan untuk menentukan kepada siapa gugatan tersebut akan diajukan. 3. Kendala masalah dana Birokrasi pendanaan dalam lembaga-lembaga peradilan sangat berpengaruh dalam proses pengajuan gugatan secara perdata. Karena dengan dilakukanya gugatan secara perdata hanya akan memperbesar biaya yang harus dikeluarkan oleh pemegang hak atas merek dagang terkenal untuk membuktikan bahwa dialah pemilik yang sah. Apalagi untuk mengajukan gugatan pembatalan pendaftaran merek, pemohon harus mengajukan permohonan pendaftaran terlebih dahulu, padahal biaya aplikasi proses pendaftaran merek cukup besar. Hal itu diperparah dengan lambatnya proses peradilan merek di Indonesia, karena permohonan pendaftaran merek terkenal baru diproses oleh Direktorat Jenderal setelah putusan pembatalan merek mempunyai kekuatan hukum tetap. 4. Belum efektif Komosi Banding Merek Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1995 mengatur tentang Komisi Banding Merek. Meskipun anggota Komosi Banding Merek yang diatur dalam peraturan pemerintah sudah diangkat, akan tetapi kerjanya belum optimal. Hal tersebut menimbulkan berbagai kasus banding yang menggantung di Direktorat Jenderal. Universitas Sumatera Utara 5. Kelemahan internal karena kemampuan dari aparat Direktorat Jenderal Merek yang terbatas baik secara sosio-ekonomis maupun intelektual sehingga merek-merek yang didaftar kemudian dengan merek yang telah didaftar dapat diterima pendaftarannya. Kemampuan Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual khususnya Direktorat Merek yanag bertugas juga masih belum memadai, baik dari infrastruktur, informasi maupun sumber daya manusianya. Hal ini ditunjukkan dengan keterbatasan kemampuan pemeriksa merek sehingga menyulitkan pemeriksaan pendaftaran merek. Meskipun Direktorat Merek telah memiliki kumpulan merek-merek terkenal, akan tetapi dalam prakteknya para pemeriksa merek masih mengalami kesulitan dalam menerjemahkan dari kumpulan merek-merek terkenal tersebut yang diperoleh dari internet online yang biasanya dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemeriksaan merek. 6. Ketentuan penolakan permohonan pendaftaran merek bagi barang danatau jasa yang tidak sejenis apabila nyata-nyata mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal milik pihak lain, yang dalam Undang-Undang Merek disebutkan akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, kenyataannya sampai saat ini Peraturan Pemerintah tersebut belum ada. 7. Pengetahuan dan pemahaman aparat penegak hukum terhadap perlindungan hukum bagi pemegang hak atas dagang terkenal masih kurang memadai. 8. Adanya gugatan dari pemegang merek dagang dalam beberapa hal akan memperburuk reputasi produk karena dianggap sebagai produk yang sedang bermasalah yang pada akhirnya akan menurunkan omzet penjualan dari produk tersebut. Perlindungan indikasi geografis, Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek menyatakan indikasi geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan Universitas Sumatera Utara kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa indikasi geografis adalah suatu indikasi atau identitas dari suatu barang yang berasal dari suatu tempat, daerah atau wilayah tertentu yang menunjukkan adanya kualitas, reputasi dan karakteristik termasuk faktor alam dan faktor manusia yang dijadikan sebagai atribut dari barang tersebut. Perlindungan hukum terhadap indikasi geografis hanya dapat diberikan setelah terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual atas dasar permohonan yang diajukan oleh: a. Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang bersangkutan, yang terdiri atas pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil alam atau kekayaan alam, produsen barang hasil pertanian, pembuat barang-barang kerajinan atau hasil industri, atau pedagang yang menjual barang tersebut; b. Lembaga yang diberikan kewenangan untuk itu, bisa merupakan lembaga pemerintah atau lembaga resmi lainnya seperti koperasi, asosiasi dan lain-lain; c. Kelompok konsumen barang tersebut. Ketentuan mengenai pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek berlaku secara mutatis mutandis bagi pengumuman permohonan pendaftaran indikasi geografis, sedangkan pada permohonan penolakan pendaftaran indikasi geografis dapat dimintakan banding kepada Komisi Banding Merek sebagaimana diatur dalam Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 dan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Perlindungan hukum terhadap indikasi geografis terdaftar ini berlangsung selama ciri danatau kualitas yang menjadi dasar bagi diberikannya perlindungan atas indikasi geografis tersebut masih ada. Apabila sebelum atau pada saat dimohonkan pendaftaran sebagai indikasi geografis, suatu tanda telah dipakai dengan itikad baik oleh pihak lain yang tidak berhak mendaftar, Universitas Sumatera Utara pihak yang beritikad baik tersebut tetap dapat menggunakan tanda tersebut untuk jangka waktu 2 dua tahun terhitung sejak tanda tersebut terdaftar sebagai indikasi geografis.

C. Perlindungan Hukum Bagi Perusahaan Atas Hak Merek Terdaftar Terhadap