EFEK POTENSIASI LARVASIDA KOMBINASI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum Linn) DAN BIJI JARAK (Ricinus communis Linn) TERHADAP Aedes aegypti
commit to user
i
KEMANGI (Ocimum sanctum Linn) DAN BIJI JARAK (Ricinus communis Linn) TERHADAP Aedes aegypti
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ELISA GUNAWAN
G00071
9
2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
ii
Skripsi dengan judul :Efek Potensiasi Larvasida Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn)dan Biji Jarak (Ricinus communis Linn)
terhadap Aedes aegypti
Elisa Gunawan, NIM : G 0007192, Tahun 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 13 Januari 2011
Pembimbing Utama
Nama : Darukutni, dr., Sp.ParK
NIP : 19470809 197603 1 001 (...)
Pembimbing Pendamping
Nama : Murkati, dr., Sp.ParK
NIP : 19501224 197603 2 001 (...)
Penguji Utama
Nama : Paramasari Dirgahayu, dr., Ph.D
NIP : 19660421 199702 2 001 (...)
Anggota Penguji
Nama : Suyatmi, dr., M.Biomed., Sc.
NIP : 19720105 200112 2 001 (...)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes. Prof.Dr.H. AA. Subijanto, dr., MS.
(3)
commit to user
iii
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 13 Januari 2011
Elisa Gunawan
(4)
commit to user
iv
Elisa Gunawan, G.0007192, 2011. Efek Potensiasi Larvasida Kombinasi Ekstrak
Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn) dan Biji Jarak (Ricinus communis Linn)
terhadap Aedes aegypti. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek potensiasi larvasida
kombinasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) dan biji jarak (Ricinus
communis Linn) terhadap Aedes aegypti.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik yang
menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled group design.
Subyek adalah larva Aedes aegypti instar IV. Penelitian ini memakai tiga macam
ekstrak yaitu ekstrak daun kemangi, ekstrak biji jarak, dan ekstrak kombinasi keduanya. Ada 3 kelompok perlakuan sesuai macam-macam ekstrak. Tiap kelompok perlakuan terdiri atas 6 konsentrasi yaitu : 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%;
2,2%; dan 2,6%. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Sampel yang
digunakan sebanyak 20 larva tiap konsentrasi dari masing-masing kelompok perlakuan. Efek potensiasi larvasida diukur dari jumlah larva yang mati karena perlakuan dari ketiga macam ekstrak. Data yang didapat dianalisis menggunakan
One Way ANOVA dengan level signifikansi = 0,05 dan uji LSD. Nilai Lethal
Concentration dianalisis dengan analisis Probit.
Hasil: Hasil analisis Probit adalah sebagai berikut: nilai LC50 ekstrak daun
kemangi didapatkan pada konsentrasi 0,927 %; LC50 ekstrak biji jarak didapatkan
pada konsentrasi 1,217 %; dan LC50 ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji
jarak dengan perbandingan sama (1 : 1) didapatkan pada konsentrasi 1,031%.
Simpulan: Kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak tidak memiliki efek potensiasi sebab efek kombinasi keduanya (dengan proporsi/perbandingan yang sama) tidak berbeda nyata dengan efek masing-masing komponennya secara terpisah/tunggal yaitu sedikit lebih rendah dibandingkan dengan daun kemangi
(LC50 0,927 %) dan sedikit lebih tinggi daripada biji jarak (LC50 1,217 %).
(5)
commit to user
v
Elisa Gunawan, G.0007192, 2011. Larvicidal Potentiation Activity of
Combination of Ocimum sanctum Linn Leaves and Ricinus communis Linn Seeds
Extracts Against Aedes aegypti. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University,
Surakarta.
Objectives: This research was conducted to know the larvicidal potentiation
effect of combination of Ocimum sanctum Linn leaves and Ricinus communis
Linn seeds extracts against Aedes aegypti.
Method: This research used laboratory experimental method with the post test
only group design. The subject were earlier 4th instar Aedes aegypti larvae. This
research used three kinds of extracts. They were Ocimum sanctum leaves extract,
Ricinus communis seeds extract, and the combination of two extracts. There were
three treatment groups according to the kinds of extracts. Each treatment group consisted of 6 concentrations : 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; and 2,6%. The samples taken with purposive sampling technique. The sum of the samples were 20 larvae each concentration of each treatment group. Larvicidal potentiation effect were measured from larvae death amount because of treatment. Data which is gained, is analized using One Way ANOVA on significance level = 0,05 and continued by LSD. Lethal Concentration value were analized by Probit.
Results: The result of analysis Probit of Ocimum sanctum leaves extract were
LC50 = 0,927 %; the result of analysis Probit of Ricinus communis seeds extract
were LC50 = 1,217 %; and the result of analysis Probit of combination of Ocimum
sanctum leaves and Ricinus communis extracts with the equal quantity (1:1) were
LC50 = 1,031%.
Conclusions: Combination of Ocimum sanctum leaves and Ricinus communis
extracts did not have potentiation effect because the lethal effect of the combination effect of the two extracts (with the equal quantity) were not differ
with the effect of each singular component and less than Ocimum sanctum leaves
(LC50 0,927 %) but higher than Ricinus communis seeds (LC50 1,217 %).
(6)
commit to user
vi
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayahNya, sehingga dengan ini
peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Efek Potensiasi
Larvasida Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn) dan Biji Jarak (Ricinus communis Linn) terhadap Aedes aegypti”ini dengan baik.
Selama penyusunan skripsi ini, tentunya peneliti tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kendala yang berarti, namun berkat bimbingan dan bantuan semua pihak, peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Untuk itu perkenankanlah dengan setulus hati peneliti haturkan rasa terima kasih dan penghormatan sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. H.A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Pimpinan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., DAFK, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Darukutni, dr., Sp.ParK., selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan koreksi dalam penelitian ini.
4. Murkati, dr., Sp.ParK., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan koreksi dalam penelitian ini.
5. Paramasari Dirgahayu, dr., Ph.D., selaku Penguji Utama yang telah
memberikan saran dan nasihat yang melengkapi kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
6. Suyatmi, dr., M.BioMed., Sci., selaku Anggota Penguji yang telah
memberikan saran dan nasehat yang melengkapi kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Segenap Staf Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas semua bantuan dalam penulisan skripsi ini.
9. Kepala Bidang Pelayanan B2P2VRP Salatiga beserta seluruh Staf BPVRP
Salatiga atas ijin dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.
10.Kepala B2P2TO2T dan seluruh staf yang membantu pembuatan ekstrak.
11.Kedua orangtua peneliti, Bp. Agus Gunawan dan Ibu Sri Wahyuni yang
senantiasa memberikan semangat, doa, dukungan moral dan materiil.
12.Saudara-saudara dan teman-teman, Marisa, Bindra, Merint, Billy, Switcha,
Om Ari, Tante Atun, Ajeng, Ardani, Mira, Fatna, Lita, Rani, dan Anggi atas motivasi dan bantuan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Surakarta, Januari 2011
(7)
commit to user
vii
Halaman
PRAKATA…………..……… vi
DAFTAR ISI………... vii
DAFTAR GAMBAR ………..………... ix
DAFTAR TABEL ………... x
DAFTAR LAMPIRAN………... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1
B. Perumusan Masalah………...4
C. Tujuan Penelitian………...5
D. Manfaat Penelitian………...5
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka………...6
B. Kerangka Berpikir……….26
C. Hipotesis………...27
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………...28
B. Lokasi Penelitian………...28
C. Obyek Penelitian………...28
D. Teknik Sampling………...28
E. Desain Penelitian………..29
(8)
commit to user
viii
H. Instrumen dan Bahan Penelitian……….39
I. Cara Kerja………...40
J. Teknik Analisis Data………..50
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian………...51
B. Analisis Data………...59
BAB V PEMBAHASAN……….….62 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan………....66
B. Saran………..66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
commit to user
ix
Gambar 1. Larva Aedes aegypti………. 6
Gambar 2. Siklus hidupAedes aegypti……….. 10
Gambar 3. Ocimum sanctum Linn………. 13
Gambar 4. Ricinus communis Linn……… 20
Gambar 5. Grafik jumlah kematian larva Aedes aegypti pada ketiga macam ekstrak perlakuan selama 24 jam... 58
(10)
commit to user
x
Tabel 1. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah dipapar dengan ekstrak daun kemangi dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam pada uji coba pendahuluan... 51
Tabel 2. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah dipapar dengan ekstrak biji jarak dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam
pada uji coba pendahuluan………... 52
Tabel 3. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah dipapar dengan ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam pada uji coba
pendahuluan... 53
Tabel 4. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan dengan ekstrak daun kemangi dengan berbagai konsentrasi
selama 24 jam... 53
Tabel 5. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan dengan ekstrak biji jarak dengan berbagai konsentrasi selama
24 jam……… 55
Tabel 6. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan dengan kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak
dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam... 56
(11)
commit to user
xi
Tabel 9. Hasil Uji Statistik One Way ANOVA………... 60
(12)
commit to user
xii
Lampiran 1. Hasil Analisis Probit Uji Pendahuluan Ekstrak Daun Kemangi
Lampiran 2. Hasil Analisis Probit Uji Pendahuluan Ekstrak Biji Jarak
Lampiran 3. Hasil Analisis Probit Uji Pendahuluan Ekstrak Kombinasi 1:1
Lampiran 4. Hasil Analisis Probit Uji Penelitian Ekstrak Daun Kemangi
Lampiran 5. Hasil Analisis Probit Uji Penelitian Ekstrak Biji Jarak
Lampiran 6. Hasil Analisis Probit Uji Penelitian Ekstrak Kombinasi 1:1
Lampiran 7. Hasil Uji One Way ANOVA Penelitian Ekstrak Kombinasi 1:1
Lampiran 8. Hasil Uji LSD Penelitian Ekstrak Kombinasi 1:1
Lampiran 9. Foto Hasil Penelitian
Lampiran 10. Surat Izin Pembuatan Ekstrak
(13)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena infeksi virus yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dunia dalam waktu yang sangat pendek (beberapa hari). Gejala klinik DBD berupa demam tinggi yang berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari dan manifestasi perdarahan yang biasanya didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa bintik-bintik merah
(petechie) pada bagian-bagian badan penderita. Jika gejala-gejala ringan tanpa disertai pendarahan, penyakitnya disebut Demam Dengue (DD) atau Dengue Fever (DF). Penderita dapat pula mengalami sindrom syok dan meninggal
(Agoes, 2009). Demam Berdarah Dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia (Suhendro dkk, 2006). Penyakit ini termasuk sepuluh penyebab perawatan di rumah sakit dan kematian pada anak-anak pada sedikitnya delapan Negara-negara tropis Asia (WHO, 1999).
Vektor utama demam dengue adalah Aedes aegypti (Sembel, 2009). Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia meliputi semua provinsi yang ada (Agoes, 2009). Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut (Mansjoer dkk,
(14)
2005). Virus demam dengue terdiri atas 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (Sembel, 2009). DBD terjadi bilamana pasien mengidap virus dengue sesudah terjadi infeksi sebelumnya oleh tipe virus dengue yang lain (Sembel, 2009). Vaksin dengue saat ini sangat dibutuhkan untuk menekan penyebaran penyakit dengue secara global. Namun demikian, sampai sekarang belum ada vaksin yang siap digunakan untuk menangkal infeksi keempat serotipe virus dengue (Garjito, 2007)
Pada area dengan kejenuhan populasi manusia yang tinggi, banyak orang yang mungkin terpajan dengan nyamuk Aedes aegypti, meskipun indeks rumah nyamuk rendah (WHO, 1999). Dilakukan berbagai cara pengendalian spesies nyamuk sebagai usaha mengeliminasi DBD. Pengendalian larva merupakan salah satu cara efektif di dalam pengendalian vektor DBD (WHO, 1999). Upaya membasmi nyamuk Aedes aegypti yang paling efektif dan perlu dilakukan, justru ketika nyamuk-nyamuk itu masih dalam bentuk jentik-jentik (Indrawan, 2001). Dikenal beberapa insektisida sintetik seperti DDT, abate/temefos, malathion, baygon, dieldrin, dan piretrum. Saat ini DDT sudah tidak diproduksi lagi dan dilarang penggunaannya diberbagai negara karena dampaknya yang sangat merusak lingkungan, yaitu mematikan makhluk hidup lainnya yang bukan targetnya. Bahan kimia anorganik yang terkandung dalam insektisida piretrum diketahui menimbulkan efek paralisis pada serangga namun mengiritasi bronkus dan menyebabkan sesak napas pada manusia (Agoes, 2009). Hal ini menyebabkan orang terus mencari insektisida dan larvasida yang aman bagi lingkungan, tidak
(15)
menimbulkan atau sedikit masalah resistensi. serta mudah memperolehnya (Boewono, 2004). Sifat-sifat insektisida yang baik adalah tidak berbahaya bagi manusia dan ternak, memiliki daya bunuh besar dan cepat, serta harga murah dan mudah didapat (Agoes, 2009).
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki flora yang sangat beragam dan mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida botani. Dewasa ini penelitian tentang famili tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida botani telah banyak dilaporkan (Sarjan, 2007). Dinata (2008) meneliti tentang ekstrak kulit jengkol (P. lobatum) yang bersifat toksik terhadap larva Aedes aegypti karena mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin. Menurut penelitian Rohmawati (1995), ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) bisa membunuh larva Aedes aegypti karena mengandung polifenol, flavonoid, saponin, minyak atsiri, dan alkaloid. Cara kerja senyawa-senyawa kimia seperti yang terkandung dalam tanaman-tanaman tersebut di atas adalah sebagai stomach poisoning atau racun perut yang dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan larva Aedes aegypti, sehingga larva tersebut gagal tumbuh dan akhirnya mati (Dinata, 2008).
Daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) mengandung beberapa senyawa di antaranya flavonoid, saponin, tanin, dan eugenol yang merupakan zat-zat yang bersifat toksik terhadap larva (Depkes RI, 2001; Dharmayanti, 2008; Sudarsono dkk, 2002). Flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat
(16)
bersifat menghambat nafsu makan serangga (Dinata, 2008). Saponin dapat menghambat kerja enzim proteolitik yang menyebabkan penurunan aktivitas enzim pencernaan dan penggunaan protein (Suparjo, 2008). Tanin dapat menurunkan kemampuan mencerna makanan pada serangga dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan (Dinata, 2008). Eugenol bertindak sebagai racun perut dan menghambat reseptor perasa pada mulut larva (Prasetya, 2006).
Biji jarak (Ricinus communis L.) mengandung ricin yaitu suatu protein enzim yang memiliki 2 rantai yaitu rantai A dan rantai B. Rantai A memiliki aktivitas toksik karena menghambat sintesis protein dengan menginaktivasi pabrik pembuatan protein yakni ribosom (Sinaga, 2005; Hadi, 2004).
Menarik untuk diteliti adakah efek potensiasi larvasida kombinasi kedua ekstrak tumbuhan ini, yakni campuran daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dan biji jarak (Ricinus communis L.) terhadap nyamuk Aedes aegypti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
Apakah kombinasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dan biji jarak (Ricinus communis L.) mempunyai efek potensiasi larvasida terhadap Aedes aegypti ?
(17)
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang efek potensiasi larvasida kombinasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) dan biji jarak (Ricinus communis L.) terhadap Aedes aegypti.
D. Manfaaat Penelitian
1.Teoritik :
a. Menambah pengetahuan dalam bidang fitofarmaka
b. Menambah data khusus tentang efek potensiasi larvasida kombinasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) dan biji jarak (Ricinus communis Linn) terhadap. larva Aedes aegypti, dengan adanya bukti-bukti empiris dalam penelitian.
2.Aplikatif
a. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat ilmiah pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya tentang manfaat kombinasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum)dan biji jarak (Ricinus communis). b. Membuka peluang kemungkinan pembuatan preparat larvasida dari
ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) dan biji jarak (Ricinus communis).
(18)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Nyamuk Aedes Aegypti
a. Klasifikasi
Menurut Gandahusada dkk (1998) nyamuk termasuk dalam: 1) Kingdom : Animalia
2). Filum : Arthropoda 3) Kelas : Insecta 4) Ordo : Diptera 5) Famili : Culicidae 6) Genus : Aedes
7) Spesies : Aedes aegypti
Gambar 1. Larva Aedes aegypti
(19)
b. Morfologi :
1) Telur : warna hitam, oval, tunggal, tanpa pelampung, (Hadi dan Koesharto, 2006). Telur aedes berupa elips mempunyai permukaan yang poligonal dan tidak menetas sebelum digenangi air (Brown, 1979). Terdapat garis-garis yang membentuk gambaran menyerupai anyaman kain kasa. Telur diletakkan di atas pemukaan air dalam keadaan menempel pada dinding sekitar 100 butir telur (Gandahusada dkk, 1998).
2) Larva : larva (jentik) memiliki sifon yang panjang atau pendek, membentuk sudut pada permukaan air, abdomen tanpa rambut palmat dan keping tergal, tubuh larva tertutup oleh rambut-rambut keras (Hadi dan Koesharto, 2006). Pada segmen terakhir abdomen terdapat gigi sisir dengan/tanpa duri samping (Ismid, 2000). Larva Aedes aegypti dapat tumbuh secara optimal pada air dengan pH 5,8-8,0 dan pada suhu antara 25-32° Celcius (Hidayat dkk, 1997). Larva mengalami 4 kali pergantian kulit (instar) dan segera berubah menjadi pupa (Hadi dan Koesharto, 2006).
3) Pupa : bentuk pupa yaitu fase tanpa makan dan sangat aktif jungkir-balik di air (Hadi dan Koesharto, 2006). Pupa nyamuk berbentuk oval dengan ujung abdomen seperti ekor. Memiliki tabung pernafasan yang pendek atau panjang dan ujungnya tidak meluas. Ruas-ruas abdomen 2-7, tidak memiliki spina (Hadi dan Koesharto, 2006). Bentuk tubuh seperti koma,
(20)
bersifat aktif dan sensitif terhadap gerakan dan cahaya (Wulandari, 2001). Pupa menjadi dewawa di atas permukaan air yang tenang. Stadium ini hanya berlangung dalam waktu 2-3 hari. (Hadi dan Koesharto, 2006). Pupa memperoleh oksigen yang diperlukan dengan menusuk saluran udara dari akar tanaman air tertentu dengan tabung pernafasannya (Cheng, 1964).
4) Dewasa : Baik nyamuk jantan atau betina dalam posisi istirahat paralel dengan permukaan tempat istirahat. Nyamuk dewasa berukuran panjang 3-6 mm, langsing, tungkainya panjang, sayapnya sempit dengan vena (Hadi dan Koesharto, 2006). Vena sayap pada umumnya lurus dan bersisik (Soedarto, 2002). Sisik sayap seringkali berwarna coklat atau kehitam-hitaman atau campuran antara pucat gelap tersebar pada vena sayap. Sisik sayapnya menyebar meliputi seluruh bagian sayap sampai ke ujung-ujungnya. Abdomen tertutup oleh sisik (Hadi dan Koesharto, 2006). Toraks mempunyai gambaran bulan sabit yang dibentuk oleh sisik-sisik putih keperakan (Soedarto, 2002). Panjang palpus nyamuk betina lebih pendek daripada proboscisnya sedangkan pada nyamuk jantan palpusnya melebihi panjang proboscisnya (Hadinegoro dan Satari, 1999). Proboscis panjang dan langsing. Antena yang betina pilose sedang yang jantan plumose (Soedarto, 2002).
(21)
c. Siklus Hidup
Nyamuk Aedes aegypti dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosa lengkap, sebagaimana serangga lain dalam ordo Diptera. Stadium yang dialami meliputi stadium telur, larva, pupa, dan dewasa (Wulandari, 2001). Nyamuk dewasa bertelur di air, hari pertama langsung menjadi jentik sampai hari ke-4, lalu menjadi pupa (kepompong), kemudian akan meninggalkan rumah pupanya menjadi nyamuk dewasa (Judarwanto, 1997). Larva terdiri atas 4 stadium perkembangan dan mengambil makanan dari tempat perindukannya. bentuk larva antar stadium disebut sub stadium atau instar. Pertumbuhan larva stadium 1 sampai dengan stadium IV berlangsung 6-8 hari.
1) Larva instar I, diidentifikasi dengan melihat penampakan pada bagian dorsal yang hitam dari pecahan telur (Hoedojo, 1998)
2) Larva instar II, diidentifikasi dengan melihat ukurannya yaitu 2,5-3,9 mm dan penampakan secara umum, yaitu kulitnya sudah mulai menutupi seluruh permukaan tubuh (Hoedojo, 1998).
3) Larva instar III, seluruh kulitnya menutupi bagian tubuh dan berubah jadi gelap dan keras. sifon gemuk, warna lebih gelap dibandingkan dengan warna abdomen dan thorax (Hoedojo, 1998). Larva berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman (Wibowo, 2007).
(22)
4) Larva instar IV, tingkat kegelapan pada terompet atau sifon mulai berkurang dan badannya yang semula pucat secara bertahap berubah menjadi kuning kemudian coklat. Larva instar IV berukuran kurang lebih 7 x 4 mm, memiliki pelana terbuka, bulu sifon 1 pasang dan gigi sisir yang berduri lateral (Hoedojo, 1998).
Gambar 2. Siklus hidupAedes aegypti
d. Perilaku
Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat peindukannya 1-2 cm di atas permukaan air. Tempat istirahat Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di halaman kebun.pekarangan rumah. Umur nyamuk dewasa betina di alam bebas kira-kira 10 hari, sedangkan di laboratorium mencapai dua bulan. Aedes aegypti mampu terbang sejauh dua kilometer, walaupun
(23)
umumnya jarak terbangnya adalah pendek yaitu kurang lebih 40 meter (Sutanto dkk, 2008). Aedes aegypti bersifat antropofilik dan hanya nyamuk betina yang menggigit. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang (Soedarmo, 1983). Nyamuk jantan adalah vegetarian, memakan sari tumbuh-tumbuhan (Cheng, 1964).
e. Tempat Perindukan
Nyamuk Aedes aegypti hanya bertelur di tempat genangan air jernih dan tidak bersarang di air got dan semacamnya. Siklus perkembangbiakan nyamuk berkisar antara 10-12 hari. Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat-tempat penampungan berair jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung sebagai tempat perindukannya (Hidayat, 1997). Di tempat perindukan Aedes aegypti, sering kali ditemukan jentik Aedes albopictus yang hidup bersama-sama. (Agoes, 2009). Aedes aegypti dan aedes albopictus dapat dibedakan dari pola sisik pada toraks. Aedes aegypti pola sisik-sisik putih keperakan pada toraknya berupa gambaran bulan sabit, sedangkan aedes albopictus berupa satu garis longitudinal (Soedarto, 2002).
f. Distribusi Geografis
Aedes aegypti tersebar luas di seluruh pelosok tanah air, meliputi semua propinsi yang ada di Indonesia kecuali wilayah yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Gandahusada dkk, 1998). Sampai saat ini penyebaran dengue masih terpusat di daerah tropis yaitu
(24)
Australia Utara bagian Timur, Asia Tenggara, India dan sekitarnya, Afrika, Amerika Latin, dan sebagian Amerka Serikat. Namun, dengan adanya pemanasan global, dengue diperkirakan akan meluas sampai ke daerah-daerah beriklkim dingin (Sembel, 2009). Dengue dapat terjadi di perkotaan maupun pedesaan. Di daerah perkotaan bertindak sebagai vektor utama adalah nyamuk Aedes aegypti sedang di daerah pedesaan nyamuk Aedes albopictus (Soedarto, 2003).
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan larva
1) pH air, pH di mana larva Aedes aegypti tumbuh dan berkembang yaitu antara 5,8-8,6, di luar kondisi tersebut akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan sehingga larva akan mati (Hidayat dkk, 1997). 2) Suhu air, suhu juga dapat mempengaruhi kematian larva Aedes
aegypti. Suhu optimal tumbuh kembang larva Aedes aegypti pada suhu 25-32°C (Hidayat dkk, 1997).
3) Makanan, makanan larva berpengaruh terhadap kematian larva Aedes aegypti, larva hampir memakan semua bakteri, tepung sari, makanan ikan dan obyek renik lain di sekitarnya (Nurachman, 2004)
4) Media, larva Aedes aegypti tumbuh baik pada media air jernih (WHO, 1999).
5) Musim, turunnya hujan dapat mempengaruhi pola makan dan reproduksi nyamuk sehingga dapat meningkatkan kepadatan populasi nyamuk vektor (WHO, 1999).
(25)
2. Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum Linn)
a. Taksonomi
Klasifikasi Kemangi adalah sebagai berikut : 1) Kingdom : Plantae
2) Divisi : Spermatophyta 3) Subdivisi : Angiospermae 4) Kelas : Dicotyledonae 5) Ordo : Tubiflorae 6) Famili : Labiatae 7) Genus : Ocimum
8) Species : Ocimum sanctum Linn (Depkes RI, 2001)
Gambar 3. Ocimum sanctum Linn
b. Nama daerah 1) Kemangi (Jawa) 2) Kemanghi (Madura)
(26)
(Hariana, 2005)
c. Habitat
Di Indonesia kemangi banyak terdapat di daerah Jawa dan Madura. Banyak ditemukan di sekitar pinggiran ladang, sawah kering, juga ditanam di taman dan di pinggir jalan, hutan terbuka, padang rumput, tumbuh liar di jalanan dan kadang-kadang juga dibudidayakan. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1100 di atas permukaan air laut. Tanaman ini biasanya ditanam antara pertengahan bulan Februari sampai bulan September (Sudarsono dkk, 2002).
d. Morfologi daun kemangi
Tumbuhan kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau harum, dan menyegarkan (Hariana, 2005). Daun tunggal, berhadapan, dan tersusun dari bawah ke atas. Panjang tangkai daun 0,25-3 cm dengan setiap helaian daun yang berbentuk bulat telur sampai elips, memanjang, dan ujung meruncing atau tumpul. Pangkal daun pasak sampai membulat, di kedua permukaan berambut halus. Tepi daun bergerigi lemah, bergelombang, atau rata (Sudarsono dkk, 2002).
Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga yang berbentuk menegak. Bunganya dari jenis hermafrodit, berwarna putih, dan berbau sedikit wangi. Bunga majemuk berkarang dan di ketiak daun ujung terdapat
(27)
daun pelindung berbentuk elips atau bulat telur dengan panjang 0,5-1 cm. Kelopak bunga berbentuk bibir, sisi luar berambut kelenjar, berwarna ungu atau hijau, dan ikut menyusun buah. mahkota bunga berwarna putih dengan benang sari tersisip di dasar mahkota dan kepala putik bercabang dua namun tidak sama (Sudarsono dkk, 2002).
Buah berbentuk kotak, berwarna coklat tua, tegak, dan tertekan dengan ujung membentuk kait melingkar, panjang kelopak buah 6-9 mm. Biji berukuran kecil, bertipe keras, coklat tua, dan waktu dibasahi segera membengak. Tiap buah terdiri dari empat biji. Akar tunggang dan berwarna putih kotor (Mangoting dkk, 2005 ; Sudarsono dkk, 2002).
e. Kandungan Kimia
Tumbuhan kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau harum, dan menyegarkan (Hariana, 2005). Beberapa bahan kimia yang terkandung pada seluruh bagian tanaman kemangi di antaranya 1,8 sineol, anethol, apigenin, stigmaasterol, triptofan, tannin, sterol, dan boron (Hariana, 2005 ; Dharmayanti, 2008). Tanaman ini juga mengandung asam askorbat, asam kafeat, iskuin, histidin, magnesium, dan betasitosterol. Semua senyawa berkhasiat ini diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan (Avianto, 2007). Selain itu, daun Ocimum sanctum mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan bijinya mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Depkes RI, 2001).
(28)
Daun kemangi mengandung minyak atsiri dengan eugenol sebagai komponen utama (Sudarsono dkk, 2002). Cara kerja senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai racun perut yang membunuh larva dengan masuk dalam tubuh larva, maka alat pencernaannya akan terganggu. Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor perasa pada mulut larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Akibatnya, larva mati kelaparan (Prasetya, 2006).
Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan spesies tanaman yang berbeda, terutama tanaman dikotil, dan berperan sebagai bagian dari sistem pertahanan tanaman dan termasuk ke dalam kelompok besar molekul pelindung tanaman. Saponin diketahui mempunyai efek anti serangga karena saponin yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan. Beberapa saponin juga bekerja sebagai efek anti jamur dan anti mikroba (Dinata, 2008; Suparjo, 2008).
Istilah saponin diturunkan dari bahasa Latin sapo yang berarti sabun, diambil dari kata saponaria vaccaria, suatu tanaman yang mengandung saponin digunakan sebagai sabun untuk mencuci. Saponin larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter (Suparjo, 2008). Saponin ternyata dapat mengikat sterol bebas dalam pencernaan makanan, di mana sterol berperan sebagai prekursor hormon edikson, sehingga dengan
(29)
menurunnya jumlah sterol bebas akan mengganggu proses pergantian kulit pada serangga (moulting) (Dinata, 2008).
Bahan sabun tanpa dicampur apapun dapat berfungsi sebagai larvasida. Pengaruh sabun terlihat pada gangguan fisik pada tubuh serangga bagian luar (kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga dan menyebabkan kematian karena serangga akan kehilangan banyak cairan tubuh. Saponin juga dapat masuk melalui organ pernapasan dan menyebabkan membran sel rusak atau proses metabolisme terganggu (Novizan, 2002). Saponin juga mengandung steroid yang dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus larva menjadi korosif (Shashi et al., 1991).
Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun/aleopati, merupakan persenyawaan glukosida yang terdiri dari gula yang terikat dengan flavon. Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae (Dinata, 2009). Hasil yang ditunjukkan oleh Smith bahwa flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat nafsu makan serangga (antifeedant) dan juga bersifat toksik (Dinata, 2008).
(30)
Tannin merupakan senyawa polifenol yang menyebabkan rasa sepat pada buah atau bagian tanaman lain disebabkan karena tannin dapat mengendapkan protein, sehingga jika tannin kontak dengan lidah maka reaksi pengendapan protein ditandai dengan rasa sepat atau astringen. Tannin sebagai senyawa polifenol memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Wiryowidagdo, 2009). Tannin dapat menurunkan kemampuan mencerna makanan pada serangga dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan (protease dan amilase). Tanin juga mampu mengganggu aktivitas penyerapan protein pada dinding usus. Respon jentik terhadap senyawa ini adalah menurunnya laju pertumbuhan dan gangguan nutrisi (Dinata, 2008).
Sebuah penelitian oleh Anees (2008) dalam mengevaluasi kandungan senyawa larvasida nabati dari ekstrak daun dan bunga Ocimum sanctum Linn terhadap Aedes aegypti yaitu aseton, kloroform, etil asetat, heksana, dan metanol masing-masing memperoleh nilai LC50 425,94; 150,40; 350,78; 575,26; dan 175,67 ppm.
f. Manfaat
Kemangi digunakan sebagai makanan fungsional yang lezat sekaligus berkhasiat obat. Secara turun-temurun, kemangi dimanfaatkan
(31)
untuk mengatasi perut kembung atau masuk angin. Sari daun kemangi berkhasiat menyembuhkan diare, nyeri payudara, batu ginjal, gangguan pada vagina, dan juga dapat mengatasi albuminuria, yaitu adanya konsentrasi albumin di dalam urin. Menurut tim peneliti dari Center for New Crops and Plant Products, Purdue University, AS, daun kemangi terbukti ampuh untuk menyembuhkan sakit kepala, pilek, diare, sembelit, cacingan, dan gangguan ginjal. Merekapun mengemukakan keampuhan pengobatan menggunakan daun kemangi, yaitu dapat mengatasi sakit maag, perut kembung, masuk angin, kejang-kejang, dan badan lesu. Selain itu, minyak kemangi berkhasiat mengatasi demam, batuk, selesma, pelancar ASI, gangguan pencernaan seperti salah cerna, muntah-muntah, infeksi usus, radang lambung, serta gas dalam usus. Aroma kemangi dapat menolak gigitan nyamuk (Dhamaryanti, 2003).
3. Tanaman Jarak (Ricinus communis Linn)
a. Taksonomi
Klasifikasi ilmiah tanaman jarak adalah sebagai berikut : 1) Kingdom : Plantae
2) Divisi : Spermatophyta 3) Subdivisi : Angiospermae 4) Kelas : Dicotyledonae
(32)
5) Ordo : Euphorbiales
6) Famili : Euphorbiaceae 7) Genus : Ricinus
8) Spesies : Ricinus communis Linn (Arisandi dan Andriani, 2006)
Gambar 4. Ricinus communis Linn
b. Nama lokal/daerah
Jarak, jarak jitun, kaliki (Sunda), jarak (Jawa), kaleke (Madura),; Gloah, lulang, dulang, jarak, kalikih alang, jarag (Sumatra); Malasai, kalalei, alale, tangang jara, peleng kaliki jera (Sulawesi); jarak (Bali), luluk (Roti), paku penuai (Timor), balacai (Ternate); balacai tamekot (Halmahera), tetanga (Bima), luluk (Roti); bi ma (China).
Nama dagang : Jarak (Arisandi dan Andriani, 2006) c. Habitat
Tumbuh liar di hutan, tanah kosong, sepanjang pantai, atau ditanam sebagai komoditi perkebunan. Tumuhan ini dapat tumbuh di areal yang
(33)
kurang subur sekali pun, asalkan pH tanahnya 6 - 7 dan drainase airnya baik, sebab akar jarak tidak tahan terhadap genangan air (Arisandi dan Andriani, 2006).
Jarak merupakan perdu tegak yang tumbuh pada ketinggian antara 0- 800 m di atas permukaan laut, tinggi 2 - 3 m, mudah dikembang-biakkan dengan biji-bijian yang telah tua (Arisandi dan Andriani, 2006).
d. Morfologi
Jarak adalah tumbuhan setahun (annual) dengan batang bulat licin, berongga, berbuku-buku jelas dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas, warna hijau bersemburat merah tengguli. Daun tunggal, tumbuh berseling, bangun daun bulat dengan diameter 10 - 40 cm, bercangap menjari 7 - 9, ujung daun runcing, tepi bergigi, warna daun di permukaan atas hijau tua permukaan bawah hijau muda (ada varietas yang berwarna merah). Tangkai daun panjang, berwarna merah tengguli, daun bertulang menjari. Bunga majemuk dan berwarna kuning oranye. Buahnya bulat berkumpul dalam tandan, berupa buah kendaga, dengan 3 ruangan, setiap ruang berisi satu biji. Buahnya mempunyai duri-duri yang lunak, berwarna hijau muda dengan rambut merah (Arisandi dan Andriani, 2006)
e. Kandungan Kimia
Biji mengandung 40–50% minyak jarak (oleum ricini, kastrooli) yang terdiri atas bermacam-macam trigliserida, asam palmitat, asam
(34)
risinoleat, asam isorisinoleat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam stearat, dan asam dihidroksistearat. Juga mengandung alkaloida risinin, beberapa macam toksalbumin yang dinamakan risin (risin D, risin asam, dan risin basa), dan beberapa macam enzim di antaranya lipase. Daunnya mengandung saponin, senyawa-senyawa flavonoida antara lain kaempferol, kaempferol-3-rutinosida, nikotiflorin, kuersetin, dan isokuersetin (Sinaga, 2005).
Risin merupakan suatu protein globular yang tersusun atas 2 buah rantai glikoprotein. Risin merupakan produk samping dari pemanfaatan biji tumbuhan untuk produksi minyak kastrol. Sifat risin yang tidak larut dalam minyak membuat risin tidak tercampur dalam produk minyak yang dihasilkan dan terbuang sebagai residu (Hadi, 2004).
Keracunan risin dapat melalui pernapasan, pencernaan, dan injeksi. Risin merupakan suatu protein enzim yang memiliki 2 rantai. Rantai A memiliki aktivitas toksik karena menghambat sintesis protein. Sedangkan rantai B risin akan menempel pada molekul glikoprotein dan glikolipid yang merupakan senyawa penyusun membran sel. Selanjutnya, risin akan memasuki bagian dalam sel melalui mekanisme endositosis. Di dalam sel, rantai A dan rantai B molekul risin akan terpisah. Rantai A yang bersifat toksik akan menginaktivasi pabrik pembuatan protein yaitu ribosom. Apabila ribosom sudah inaktif maka sudah tidak memiliki fungsi yang vital sebagai pabrik pembuat protein. Tanpa adanya ribosom atau ribosom tidak
(35)
aktif bekerja, maka ribuan protein yang dibutuhkan untuk kehidupan sel akan berhenti diproduksi untuk sel pun akan mati (Hadi, 2004).
f. Manfaat
Biji dan minyak jarak digunakan untuk mengatasi kesulitan buang air besar (konstipasi), dan kesulitan melahirkan. Selain itu minyaknya sering digunakan sebagai penyubur rambut. Hasil penelitian pada hewan percobaan membuktikan efek anti radang, pencahar, dan efek antineoplastik dari minyak jarak. Secara tradisional minyak jarak dipakai untuk mengobati kanker mulut rahim dan kanker kulit, TBC kelenjar, bisul, koreng, kudis dan infeksi jamur.
Daun jarak digunakan untuk mengobati rematik, hernia, batuk sesak, koreng, eksim, gatal-gatal (pruritus), bengkak, luka dan melepuh. Kadang-kadang juga digunakan untuk memperlancar pengeluaran ASI. Akar dipergunakan untuk mengobati rematik sendi, tetanus, luka memar, epilepsi, bronchitis, dan TBC kelenjar (Sinaga, 2005).
Menurut hasil penelitian oleh Aminah dan Hermawanto dalam Suwasono (1997), daya bunuh ekstrak biji Jarak (Ricinus communis) terhadap larva Aedes aegypti di laboratorium menunjukkan bahwa dosis-dosis 500 ppm; 750 ppm; 1.000 ppm; 1.250 ppm dan 1.500 ppm
(36)
menyebabkan kematian larva Aedes aegypti instar III berturut-turut sebesar 16%; 65%; 71%; 86% dan 77%.
4. Efek dan Mekanisme Kerja Larvasida
Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga Sedangkan larvasida merupakan salah satu insektisida yang berfungsi untuk membunuh serangga dalam stadium larva/nimfa. Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, insektisida dibagi dalam :
a. Racun kontak (contacts poisons)
Insektisida masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan perantaraan tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk memberantas serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap
(Gandahusada dkk, 1998).
b. Racun perut/lambung (stomach poisons)
Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, kemudian masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan (misalnya ke susunan saraf serangga). Biasanya serangga yang diberantas dengan meggunakan
(37)
commit to user
Daun Kemangi Biji Jarak
insektisida ini mempunyai bentuk mulut untuk menggigit, lekat isap, kerat isap, dan bentuk mengisap (Djojosumarto, 2008; Gandahusada dkk, 1998). Salah satu tanaman yang memiliki efek racun perut adalah kemangi sebab daunnya mengandung saponin yang diketahui mempunyai efek anti serangga yang dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan (Dinata, 2008).
c. Racun pernapasan (fumigants)
Insektisida masuk melalui saluran pernapasan (spirakel) dan juga melalui permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat juga digunakan untuk memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan bentuk mulutnya. Serangga hama akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau menghasilkan gas dan diaplikasikan sebagai fumigansia (Djojosumarto, 2008;
Gandahusada dkk, 1998). Salah satu tanaman yang memiliki efek racun pernafasan yaitu jarak sebab keracunan jarak dapat melalui pernapasan, pencernaan, dan injeksi (Hadi, 2004).
B. Kerangka Pemikiran
Mengandung
Saponin,Tanin,Flavonoid,Eugenol
(38)
C. Hipotesis
Mengandung Ricin
Variabel tak terkendali: Kesehatan larva
Kematian Aedes aegypti
meningkat Larva mati
(39)
Mengacu pada landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :
Kombinasi ekstrak daun kemangi dengan biji jarak memberikan efek potensiasi larvasida terhadap Aedes aegypti.
BAB III
(40)
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik yang menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled group design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Insektarium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah nyamuk stadium larva instar IV. Subyek ini diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai teknik purposive sampling, yaitu metode pemilihan subyek berdasar atas ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Arief, 2003). Dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah larva Aedes aegypti instar IV.
E. Desain Penelitian
(41)
commit to user Kelompok I Aquades 100 ml (kontrol)
Observasi jumlah kematian larva setelah 24 jam 20 ekor larva Kelompok II Ekstrak daun kemangi 0,1 % Kelompok IV Ekstrak daun kemangi 2,1 % Kelompok V Ekstrak daun kemangi 3,1 % Kelompok VI Ekstrak daun kemangi 4,1 % Kelompok III Ekstrak daun kemangi 1,1 % 20 ekor larva 20 ekor larva 20 ekor larva 20 ekor larva 20 ekor larva Setiap wadah ditambah air sampai 100 ml
Uji analisis probit untuk menentukan LC dari ekstrak daun kemangi
Kelompok I Aquades 100 ml Kelompok II Ekstrak biji jarak Kelompok IV Ekstrak biji jarak Kelompok V Ekstrak biji jarak Kelompok VI Ekstrak biji jarak Kelompok III Ekstrak biji jarak
1. Uji Pendahuluan
(42)
commit to user
Observasi jumlah kematian larva setelah 24 jam 20 ekor larva 20 ekor larva 20 ekor larva 20 ekor larva 20 ekor larva 20 ekor larva Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml
Uji analisis probit untuk menentukan LC dari ekstrak biji jarak
Kelompok I Aquades 100 ml Kelompok II Ekstrak kombinasi Kelompok III Ekstrak kombinasi Kelompok IV Ekstrak kombinasi Kelompok V Ekstrak kombinasi Kelompok VI Ekstrak kombinasi Kelompok VI Ekstrak kombinasi
(43)
Observasi jumlah kematian larva setelah 24 jam 20 ekor
larva
20 ekor larva
20 ekor larva
20 ekor larva
20 ekor larva
20 ekor larva Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml
Uji analisis probit untuk menentukan nilai LC dari ekstrak kombinasi
20 ekor larva
Diagram Uji Pendahuluan Ekstrak Kombinasi
(44)
commit to user Aquades
100 ml sebagai kontrol
Observasi jumlah larva yang mati setelah 24 jam
UJI STATISTIK : ONE WAY ANOVA 20 ekor larva Ekstrak 1,0 % Ekstrak 1,8 % Ekstrak 2,2 % Ekstrak 2,6 % Ekstrak 1,4 % 20 larva 20 larva 20 larva 20 larva 20 larva
Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml
UJI ANALISIS PROBIT
UJI LSD Aquades 100 ml sebagai Ekstrak 1,0 % Ekstrak 1,8 % Ekstrak 2,2 % Ekstrak 2,6 % Ekstrak 1,4 %
(45)
commit to user
Observasi jumlah larva yang mati setelah 24 jam
UJI STATISTIK : ONE WAY ANOVA 20 ekor larva 20 larva 20 larva 20 larva 20 larva 20 larva
Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml
UJI ANALISIS PROBIT
UJI LSD Aquades 100 ml sebagai Ekstrak 1,0 % Ekstrak 1,8 % Ekstrak 2,2 % Ekstrak 2,6 % Ekstrak 1,4 %
(46)
Observasi jumlah larva yang mati setelah 24 jam
UJI STATISTIK : ONE WAY ANOVA
20 ekor larva
20 larva
20 larva
20 larva
20 larva 20
larva
Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml
UJI ANALISIS PROBIT
UJI POST HOC LSD
Diagram Alur Penelitian Ekstrak Kombinasi Daun Kemangi dan Biji Jarak dengan Perbandingan Konsentrasi 1 : 1
(47)
1. Variabel bebas
a. Konsentrasi daun kemangi b. Konsentrasi ekstrak biji jarak
c. Konsentrasi kombinasi kedua ekstrak 2. Variabel terikat
Jumlah kematian larva Aedes aegypti 3. Variabel Pengganggu Terkendali
a. Umur larva b. Jumlah larva c. Tempat hidup d. Volume air e. Kualitas air f. Suhu ruangan
4. Variabel luar yang tidak terkendali
Kesehatan larva, tidak bisa disamakan kesehatannya.
(48)
1. Variabel bebas
a. Konsentrasi ekstrak biji jarak
Pada penelitian ini, memakai ekstrak biji jarak yang diperoleh di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, yang didapat melalui proses ekstraksi dengan metode perkolasi. Berat bahan semula adalah 1000 gram biji jarak, kemudian setelah dilakukan ekstraksi didapatkan ekstrak kental biji jarak sebanyak 100 gram dengan konsentrasi 100%.
Digunakan konsentrasi 0 %; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6% berdasarkan hasil konsentrasi uji pendahuluan. Konsentrasi pada uji pendahuluan 0,1%; 1,1%; 2,1%, 3,1%; dan 4,1% ditentukan dengan mengacu pada hasil penelitian Aminah dan Hermawanto dalam Suwasono (1997) yang menunjukkan bahwa ekstrak biji jarak (Ricinus communis) pada kadar 750 ppm mempunyai daya bunuh terhadap larva Aedes aegypti di laboratorium dengan menyebabkan kematian larva Aedes aegypti instar III sebesar 65%. Skala variabel bebas adalah skala ordinal.
b. Konsentrasi ekstrak daun kemangi
Pada penelitian ini, memakai ekstrak daun kemangi yang diperoleh di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, yang didapat melalui proses ekstraksi dengan metode perkolasi. Berat bahan semula
(49)
adalah 1000 gram daun kemangi, kemudian setelah dilakukan ekstraksi didapatkan ekstrak kental daun kemangi sebanyak 100 gram dengan konsentrasi 100%.
Digunakan konsentrasi 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6% berdasarkan hasil konsentrasi uji pendahuluan. Konsentrasi pada uji pendahuluan 0,1%; 1,1%; 2,1%, 3,1%; dan 4,1% ditentukan dengan mengacu pada hasil penelitian Anees A.M (2008) yang menunjukkan bahwa ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) pada kadar 175,67 ppm mempunyai daya bunuh terhadap larva Aedes aegypti di laboratorium dengan menyebabkan kematian larva Aedes aegypti sebesar 50%. Skala variabel bebas adalah skala ordinal.
c. Konsentrasi ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak
Ekstrak kombinasi dibuat dengan cara mencampur ekstrak daun kemangi dan ekstrak biji jarak dengan jumlah yang sama (1:1) atau masng-masing setengah dosis untuk setiap konsentrasi kombinasi. Macam-macam konsentrasi ditentukan berdasar hasil konsentrasi tunggal masing-masing ekstrak dan konsentrasi kombinasi pada uji pendahuluan. Skala variabel bebas adalah skala ordinal.
Digunakan konsentrasi 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6% berdasarkan hasil konsentrasi uji pendahuluan kombinasi yang menghasilkan nilai LC50 sebesar 1,002% dan LC99 sebesar 2,670%.
(50)
Pada uji pendahuluan tunggal masing-masing ekstrak didapatkan LC99 untuk ekstrak daun kemangi sebesar 2,459% dan LC99 untuk ekstrak biji jarak sebesar 3,010%. Penentuan konsentrasi teratas untuk uji pendahuluan ekstrak kombinasi dipilih LC99 yang lebih tinggi yaitu LC99 ekstrak biji jarak. Selanjutnya konsentrasi yang lebih rendah ditentukan dan dihitung menurut deret hitung. Konsentrasi kombinasi pada uji pendahuluan 1,0%; 1,4%; 1,8%, 2,2%; 2,6% dan 3,0%.
2. Variabel terikat
Jumlah kematian larva Aedes aegypti adalah jumlah larva yang mati dalam waktu 24 jam setelah perlakuan. Larva dianggap mati bila larva tidak lagi bergerak meskipun sudah diberi rangkaian gerakan air dan disentuh dengan lidi. Skala variabel terikat adalah skala rasio.
Larva Aedes aegypti instar IV diperoleh di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.
3 . Variabel Luar Terkendali
a. Umur larva, dikendalikan dengan menyamakan umur larva yaitu larva instar IV.
(51)
b. Jumlah larva, dikendalikan dengan menyamakan jumlah larva per satuan volume air tiap kelompok uji dan tidak melampaui batas kepadatan larva maksimal untuk pertumbuhan larva Aedes aegypti yaitu 23 ekor larva tiap 100 ml air (Barodji, 2004).
c. Tempat hidup, dikendalikan dengan menyamakan wadah dalam eksperimen berupa mangkuk plastik.
d. Kualitas air, dikendalikan dengan menyamakan sumber dan waktu pengambilan air. Dalam penelitian ini digunakan aquades.
e. Volume air, dikendalikan dengan cara menyamakan volume aquades (100 ml).
f. Suhu udara ruangan, dikendalikan dengan termometer ruangan (27°C) 4. Variabel luar yang tidak terkendali
Kesehatan larva, tidak bisa disamakan kesehatannya.
H. Instrumen dan Bahan Penelitian
1. Ekstrak daun kemangi dan ekstrak biji jarak 2. Aquades
3. Larva instar IV
4. Alat penghitung (counter) 5. Neraca
6. Lidi
(52)
8. Stop watch
9. Termometer ruangan
I. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan ekstrak daun kemangi
1)Satu kilogram daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan saringan berdiameter lubang 1 mm.
2)Serbuk daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) ditimbang setelah dikeringkan sesuai dengan derajat kehalusan diameter 1 mm.
3)Serbuk tersebut dimasukkan dalam bejana kemudian dibasahi dengan pelarut ethanol 70% (10 bagian bahan dengan 2-5 bagian pelarut). 4)Serbuk diaduk sampai rata, ditutup dan dibiarkan di tempat yang
terlindung cahaya matahari selama 3 jam.
5)Alat perkolasi disiapkan lalu glass whole dimasukkan ke dalam perkolator dan dibasahi dengan pelarut ethanol.
6)Serbuk yang telah didiamkan tadi dimasukkan ke dalam perkolator sedikit demi sedikit lalu dimasukkan kertas saring.
7)Perkolator ditutup dengan aluminium foil yang tengahnya berlubang. 8)Corong pemisah dipasang di atas perkolator kemudian diisi dengan
(53)
9)Pelarut diteteskan pada perkolator dengan kecepatan 1 ml/menit kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu pelarut dan ekstrak diteteskan secara bersamaan.
10)Didapatkan ekstrak sebesar 10 kali berat bahan.
11)Ekstrak diuapkan dalam vacuum rotary evaporator, sehingga didapatkan ekstrak kental.
12)Ekstrak kental daun kemangi diuapkan di atas water bath untuk menghilangkan sisa pelarut lalu ditimbang hingga mendapatkan bobot konstan. Ekstrak kental yang dihasilkan setelah penguapan pelarut adalah 100 gram.
b. Pembuatan ekstrak biji jarak
1)Satu kilogram biji jarak (Ricinus communis Linn) diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan saringan berdiameter lubang 1 mm.
2)Serbuk biji jarak (Ricinus communis Linn) ditimbang setelah dikeringkan sesuai dengan derajat kehalusan diameter 1 mm.
3)Serbuk tersebut dimasukkan dalam bejana kemudian dibasahi dengan pelarut ethanol 70% (10 bagian bahan dengan 2-5 bagian pelarut). 4)Serbuk diaduk sampai rata, ditutup dan dibiarkan di tempat yang
terlindung cahaya matahari selama 3 jam.
5)Alat perkolasi disiapkan lalu glass whole dimasukkan ke dalam perkolator dan dibasahi dengan pelarut ethanol.
(54)
6)Serbuk yang telah didiamkan tadi dimasukkan ke dalam perkolator sedikit demi sedikit lalu dimasukkan kertas saring.
7)Perkolator ditutup dengan aluminium foil yang tengahnya berlubang. 8)Corong pemisah dipasang di atas perkolator kemudian diisi dengan
cairan pelarut.
9)Pelarut diteteskan pada perkolator dengan kecepatan 1 ml/menit kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu pelarut dan ekstrak diteteskan secara bersamaan.
10)Didapatkan ekstrak sebesar 10 kali berat bahan.
11)Ekstrak diuapkan dalam vacuum rotary evaporator, sehingga didapatkan ekstrak kental.
12)Ekstrak kental biji jarak diuapkan di atas water bath untuk menghilangkan sisa pelarut lalu ditimbang hingga mendapatkan bobot konstan. Ekstrak kental yang dihasilkan setelah penguapan pelarut adalah 100 gram.
c. Pembuatan ekstrak kombinasi
Ekstrak kombinasi dibuat dengan cara mencampur ekstrak daun kemangi dan ekstrak biji jarak dengan jumlah yang sama (1:1) atau masng-masing setengah dosis untuk setiap konsentrasi kombinasi.
2. Uji Pendahuluan
(55)
1) Disiapkan ekstrak daun kemangi, larva Aedes aegypti, dan aquades. 2) Disiapkan 6 buah gelas plastik ukuran 250 ml sebagai wadah media
(aquades) dalam penelitian ini.
3) Disiapkan 6 buah lidi yang digunakan untuk menyentuh larva agar diketahui ada respon gerakan atau tidak.
4) Disiapkan alat penghitung (counter) dan neraca
5) Uji pendahuluan untuk ekstrak daun kemangi dibagi ke dalam 5 konsentrasi yang berbeda dan 1 kontrol, dilakukan satu kali ulangan. 6) Uji pendahuluan untuk ekstrak daun kemangi dibagi ke dalam 5
konsentrasi yang berbeda dan 1 kontrol, dilakukan satu kali ulangan. 7) Konsentrasi ekstrak yang dipergunakan adalah 0,1%, 1,1%, 2,1%,
3,1% dan 4,1%.
8) Konsentrasi ekstrak 0,1% didapatkan dengan cara menimbang 0,1 gr ekstrak daun kemangi kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml. Cara ini dilakukan juga pada konsentrasi 1,1%, 2,1%, 3,1% dan 4,1%.
9) Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva Aedes aegypti instar IV termasuk kontrol.
10) Jumlah larva Aedes aegypti instar IV yang mati dihitung setelah 24 jam sejak diberi perlakuan.
11) Setelah hasil data uji pendahuluan didapatkan, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC.
(56)
b. Uji Pendahuluan dengan Ekstrak Biji Jarak
1) Disiapkan ekstrak biji jarak, larva Aedes aegypti, dan aquades. 2) Disiapkan 6 buah gelas plastik ukuran 250 ml sebagai wadah media
(aquades) dalam penelitian ini.
3) Disiapkan 6 buah lidi yang digunakan untuk menyentuh larva agar diketahui ada respon gerakan atau tidak.
4) Disiapkan alat penghitung (counter) dan neraca
5) Uji pendahuluan untuk ekstrak biji jarak dibagi ke dalam 5 konsentrasi yang berbeda dan 1 kontrol, dilakukan satu kali ulangan. 6) Ekstrak biji jarak ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquades. 7) Konsentrasi ekstrak yang dipergunakan adalah 0,1%, 1,1%, 2,1%,
3,1% dan 4,1%.
8) Konsentrasi ekstrak 0,1% didapatkan dengan cara menimbang 0,1 gr ekstrak biji jarak kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml. Cara ini dilakukan juga pada konsentrasi 1,1%, 2,1%, 3,1% dan 4,1%.
9) Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva Aedes aegypti instar IV termasuk kontrol.
10) Jumlah larva Aedes aegypti instar IV yang mati dihitung setelah 24 jam sejak diberi perlakuan.
11) Setelah hasil data uji pendahuluan didapatkan, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC.
(57)
c. Uji Pendahuluan dengan Ekstrak Kombinasi
1) Disiapkan ekstrak daun kemangi, ekstrak biji jarak, larva Aedes aegypti, dan aquades.
2) Disiapkan 7 buah gelas plastik ukuran 250 ml sebagai wadah media (aquades) dalam penelitian ini.
3) Disiapkan 7 buah lidi yang digunakan untuk menyentuh larva agar diketahui ada respon gerakan atau tidak.
4) Disiapkan alat penghitung (counter) dan neraca
5) Uji pendahuluan untuk ekstrak kombinasi dibagi ke dalam 6 konsentrasi yang berbeda dan 1 kontrol, dilakukan satu kali ulangan. 6) Ekstrak kombinasi dibuat dengan teknik mencampur ekstrak daun
kemangi dan biji jarak pada jumlah yang sama (1:1) masing-masing dengan dosis setengahnya.
7) Konsentrasi ekstrak yang dipergunakan adalah 1,0%; 1,4%; 1,8%, 2,2%; 2,6% dan 3,0%.
8) Konsentrasi ekstrak 1,0% didapatkan dengan cara menimbang 0,5 gr ekstrak daun kemangi dan 0,5 gr ekstrak biji jarak, kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.
9) Konsentrasi ekstrak 1,4% didapatkan dengan cara menimbang 0,7 gr ekstrak daun kemangi dan 0,7 gr ekstrak biji jarak, kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.
(58)
10)Konsentrasi ekstrak 1,8% didapatkan dengan cara menimbang 0,9 gr ekstrak daun kemangi dan 0,9 gr ekstrak biji jarak, kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.
11)Konsentrasi ekstrak 2,2% didapatkan dengan cara menimbang 1,1 gr ekstrak daun kemangi dan 1,1 gr ekstrak biji jarak, kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.
12)Konsentrasi ekstrak 2,6% didapatkan dengan cara menimbang 1,3 gr ekstrak daun kemangi dan 1,3 gr ekstrak biji jarak, kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.
13)Konsentrasi ekstrak 3,0% didapatkan dengan cara menimbang 1,5 gr ekstrak daun kemangi dan 1,5 gr ekstrak biji jarak, kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.
14)Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva Aedes aegypti instar IV termasuk kontrol.
15) Jumlah larva Aedes aegypti instar IV yang mati dihitung setelah 24 jam sejak diberi perlakuan.
16) Setelah hasil data uji pendahuluan didapatkan, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC. Lalu, nilai LC ini dipakai sebagai acuan konsentrasi penelitian.
3. Tahap Penelitian
(59)
1) Penelitian untuk ekstrak daun kemangi dibagi ke dalam 6 konsentrasi yang berbeda dan dilakukan pegulangan 5 kali.
2) Konsentrasi ekstrak daun kemangi ditentukan melalui analisis data pada uji pendahuluan yaitu 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%. 3) Ekstrak daun kemangi ditimbang kemudian dilarutkan dengan
aquades. Konsentrasi ekstrak 1% didapatkan dengan cara melarutkan 1 gr ekstrak daun kemangi dalam aquades sampai volume 100 ml. 4) Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva Aedes aegypti
instar IV termasuk kontrol.
5) Setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 5 kali.
Banyak pengulangan dalam eksperimen dihitung dengan Rumus Federer
Keterangan:
t : jumlah perlakuan r : jumlah pengulangan
Banyak pengulangan: (6-1) (r-1) ≥ 15 5 (r-1) ≥ 15 5r -5 ≥ 15 r ≥ 4 (t-1) (r-1) ≥ 15
(60)
b. Penelitian dengan Ekstrak Biji Jarak
1) Penelitian untuk ekstrak biji jarak dibagi ke dalam 6 konsentrasi yang berbeda dan dilakukan pengulangan 5 kali.
2) Konsentrasi ekstrak biji jarak ditentukan melalui analisis data pada uji pendahuluan yaitu 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%. 3) Ekstrak biji jarak ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquades.
Konsentrasi ekstrak 1% didapatkan dengan cara melarutkan 1 gr ekstrak biji jarak dalam aquades sampai volume 100 ml.
4) Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva Aedes aegypti instar IV termasuk kontrol.
5) Setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 5 kali.
Banyak pengulangan dalam eksperimen dihitung dengan Rumus Federer
Keterangan:
t : jumlah perlakuan r : jumlah pengulangan
Banyak pengulangan: (6-1) (r-1) ≥ 15 5 (r-1) ≥ 15 5r -5 ≥ 15
r ≥ 4
(61)
c. Penelitian untuk Ekstrak Kombinasi
1) Penelitian untuk ekstrak kombinasi dibagi ke dalam 6 konsentrasi yang berbeda dan dilakukan pengulangan 5 kali.
2) Konsentrasi ekstrak kombinasi ditentukan melalui analisis data pada uji pendahuluan yaitu 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%. 3) Ekstrak kombinasi dibuat dengan teknik mencampur ekstrak daun
kemangi dan biji jarak pada jumlah yang sama (1:1) masing-masing dengan dosis setengahnya.
4) Konsentrasi ekstrak 1,0% didapatkan dengan cara menimbang 0,5 gr ekstrak daun kemangi dan 0,5 gr ekstrak biji jarak, kemudian melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.
5) Cara kombinasi (1:1) seperti di atas juga dilakukan pada konsentrasi 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%.
6) Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva Aedes aegypti instar IV termasuk kontrol.
7) Setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 5 kali.
Banyak pengulangan dalam eksperimen dihitung dengan Rumus Federer
Keterangan:
t : jumlah perlakuan
(62)
r : jumlah pengulangan
Banyak pengulangan: (6-1) (r-1) ≥ 15 5 (r-1) ≥ 15 5r -5 ≥ 15
r ≥ 4
K. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik yaitu: 1. Uji Analisis varians (Analysis of Varians/ANOVA)
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah kematian larva Aedes aegypti antarkelompok uji (Dahlan, 2009).
2. Least Significance Difference (LSD)
Dilanjutkan dengan pengujian LSD untuk mengetahui pasangan nilai mean yang perbedaannya signifikan (Dahlan, 2009).
3. Analisis Probit
Untuk mengetahui efek potensiasi larvasida kombinasi ekstrak biji jarak (Ricinus communis Linn) dan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) terhadap larva Aedes aegypti yang dinyatakan dengan Lethal Concentration (LC).
(63)
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian 1. Uji Pendahuluan
Pada penelitian yang berlangsung pada tanggal 26-27 Agustus 2010 di Laboratorium Balai Besar Penelitian Vektor dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) didapatkan hasil :
Tabel 1: Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah dipapar dengan ekstrak daun kemangi selama 24 jam uji pendahuluan
Jumlah Kematian Larva setelah pemaparan pada Konsentrasi Ulangan
Kontrol 0,1 % 1,1 % 2,1 % 3,1 % 4,1 %
1 0 3 12 19 20 20
% 0 15 60 95 100 100
Data hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dalam tabel 1
di atas dianalisis Probit dan didapatkan hasil LC50 = 0,971% dan LC99 =
2,459%. Hasil ini yang mendasari penentuan konsentrasi ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak yang dipakai pada uji coba pendahuluan. Hasil uji Probit selengkapnya tercantum dalam lampiran 1.
(64)
commit to user
Jumlah Kematian Larva setelah pemaparan pada Konsentrasi Ulangan
Kontrol 0,1 % 1.1 % 2,1 % 3,1 % 4,1 %
1 0 1 9 16 20 20
% 0 5 45 80 100 100
Data hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dalam tabel 2
di atas dianalisis Probit dan didapatkan hasil LC50 = 1,342% dan LC99 =
3,010%. Hasil ini yang mendasari penentuan konsentrasi ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak yang dipakai pada uji coba pendahuluan. Hasil uji Probit selengkapnya tercantum dalam lampiran 2.
Selanjutnya batas konsentrasi maksimum yang dipakai adalah
berdasarkan LC99 yang tertinggi antara ekstrak daun kemangi dan biji jarak.
Konsentrasi yang lebih rendah ditentukan dan dihitung menurut deret
hitung. LC99 pada ekstrak biji jarak sebesar 3,010% sedangkan LC99 pada
ekstrak daun kemangi sebesar 2,459%. Uji pendahuluan kombinasi ekstrak memakai konsentrasi 3,0%; 2,6%; 2,2%; 1,8%; 1,4%; 1,0%; dan satu kelompok kontrol.
(65)
commit to user
Data hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dalam tabel 3
di atas dianalisis Probit dan didapatkan hasil LC50 = 1,002% dan LC99 =
2,670%. Hasil ini yang mendasari penentuan konsentrasi uji penelitian efek potensiasi kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak. Hasil uji Probit selengkapnya tercantum dalam lampiran 3.
2. Uji Penelitian dan Analisis Probit
Penelitian dilakukan dengan konsentrasi berdasarkan pada uji pendahuluan, didapatkan hasil-hasil sebagai berikut
Tabel 4: Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan dengan ekstrak daun kemangi selama 24 jam.
Ulangan Kelompok
Jumlah Awal
tiap
Wadah 1 2 3 4 5
Jumlah
total Rata-rata
I 20 0 0 0 0 0 0 0 (0%)
II 20 12 13 11 12 11 60 12 (60%)
III 20 17 17 16 15 15 80 16 (80%)
IV 20 18 18 19 18 19 92 18,4 (92%)
V 20 20 20 19 20 20 99 19,8 (99%)
VI 20 20 20 20 20 20 100 20 (100%)
Jumlah Kematian Larva setelah pemaparan Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi dan Biji Jarak pada Konsentrasi (dalam %) Ulangan
Kontrol 1,0 % 1,4 % 1,8 % 2,2 % 2,6 % 3,0 %
1 0 11 15 17 20 20 20
(66)
Kelompok II : Ekstrak daun kemangi 1,0%
Kelompok III : Ekstrak daun kemangi 1,4%
Kelompok IV : Ekstrak daun kemangi 1,8%
Kelompok V : Ekstrak daun kemangi 2,2%
Kelompok VI : Ekstrak daun kemangi 2,6%
Dari tabel 4 uji penelitian terlihat bahwa berbagai konsentrasi
ekstrak daun kemangi memiliki daya bunuh terhadap larva Aedes aegypti,
kematian dengan prosentrasi 100% didapatkan pada konsentrasi 2,6 %.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva Aedes
aegypti. Hal ini membuktikan bahwa kematian larva Aedes aegypti pada
kelompok perlakuan disebabkan oleh ekstrak daun kemangi bukan oleh aquades atau variabel pengganggu yang lain (pH, suhu, kesehatan larva).
Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis Probit dengan program
SPSS 17.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk
mendapatkan nilai LC50 dqan LC99. Dari hasil analisis Probit, didapatkan
estimasi besar konsentrasi yang mengakibatkan kematian larva Aedes
aegypti sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 0.927% dengan interval
antara 0.587% dan 1.112%. Sedangkan kematian larva sebesar 99% (LC99)
didapatkan pada konsentrasi 2.508% dengan interval antara 1.960% dan
(67)
commit to user
Ulangan Kelompok
Jumlah Awal
tiap
Wadah 1 2 3 4 5
Jumlah
total Rata-rata
I 20 0 0 0 0 0 0 0 (0%)
II 20 8 6 8 9 7 38 7,6 (38%)
III 20 12 12 10 11 11 56 11,2 (56%)
IV 20 15 14 14 15 16 74 15,8 (74%)
V 20 18 16 19 18 18 89 17,8 (89%)
VI 20 19 19 20 20 20 98 19,6 (98%)
Keterangan :
Kelompok I : 100 ml aquades (kelompok kontrol)
Kelompok II : Ekstrak biji jarak 1,0%
Kelompok III : Ekstrak biji jarak 1,4%
Kelompok IV : Ekstrak biji jarak 1,8%
Kelompok V : Ekstrak biji jarak 2,2%
Kelompok VI : Ekstrak biji jarak 2,6%
Dari tabel 5 uji penelitian terlihat bahwa berbagai konsentrasi
ekstrak biji jarak memiliki daya bunuh terhadap larva Aedes aegypti,
kematian dengan prosentrasi 98% didapatkan pada konsentrasi 2,6 %.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva Aedes
aegypti. Hal ini membuktikan bahwa kematian larva Aedes aegypti pada
kelompok perlakuan disebabkan oleh ekstrak biji jarak bukan oleh aquades atau variabel pengganggu yang lain (pH, suhu, kesehatan larva).
Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis Probit dengan program
(68)
commit to user
estimasi besar konsentrasi yang mengakibatkan kematian larva Aedes
aegypti sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 1.217% dengan interval
antara 0.960% dan 1.399%. Sedangkan kematian larva sebesar 99% (LC99)
didapatkan pada konsentrasi 3.552% dengan interval antara 2.701% dan
6.709%. Hasil analisis Probit selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
Tabel 6: Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan dengan kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak selama 24 jam.
Ulangan Kelompok
Jumlah Awal
tiap
Wadah 1 2 3 4 5
Jumlah
total Rata-rata
I 20 0 0 0 0 0 0 0 (0%)
II 20 11 9 10 10 11 51 10,2 (51%)
III 20 15 13 14 15 14 71 14,2 (71%)
IV 20 18 17 17 16 17 85 17 (85%)
V 20 20 19 18 18 19 94 18,8 (94%)
VI 20 20 20 20 20 20 100 20 (100%)
Keterangan :
Kelompok I : 100 ml aquades (kelompok kontrol)
Kelompok II : Ekstrak kombinasi 1,0%
Kelompok III : Ekstrak kombinasi 1,4%
Kelompok IV : Ekstrak kombinasi 1,8%
Kelompok V : Ekstrak kombinasi 2,2%
Kelompok VI : Ekstrak kombinasi 2,6%
Dari tabel 6 uji penelitian terlihat bahwa berbagai konsentrasi
ekstrak kombinasi memiliki daya bunuh terhadap larva Aedes aegypti,
(69)
aegypti. Hal ini membuktikan bahwa kematian larva Aedes aegypti pada kelompok perlakuan disebabkan oleh ekstrak kombinasi daun kemangi dan bji jarak, bukan oleh aquades atau variabel pengganggu yang lain (pH, suhu, kesehatan larva).
Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis Probit dengan program
SPSS 17.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk
mendapatkan nilai LC50 dqan LC99. Dari hasil analisis Probit, didapatkan
estimasi besar konsentrasi yang mengakibatkan kematian larva Aedes
aegypti sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 1.031% dengan interval
antara 0.712% dan 1.222%. Sedangkan kematian larva sebesar 99% (LC99)
didapatkan pada konsentrasi 3.111% dengan interval antara 2.362% dan
(70)
commit to user
macam perlakuan selama 24 jam adalah :
Gambar 5 : Grafik jumlah kematian larva Aedes aegypti pada ketiga macam perlakuan selama 24 jam.
konsentrasi perlakuan
k e m a t i a n l a r v a
(71)
Dari hasil percobaan pada tabel 6, yakni pada pengamatan jumlah
kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan dengan kombinasi ekstrak
daun kemangi dan biji jarak dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam,
dilakukan analisis data dengan Uji Analisis Varian (One Way ANOVA
Test) dengan memeriksa syarat ANOVA terlebih dahulu yaitu distribusi data
harus normal dan varians data harus sama (Dahlan, 2009). Setelah diuji
dengan Saphiro Wilk dan uji homogenitas varians dengan program SPSS
17.0 for Windows didapatkan hasil uji statistik sebagai berikut:
Tabel 7 : Hasil Uji Saphiro Wilk (Uji Normalitas Data). Shapiro-Wilk Kelompok
konsentrasi Statistik df Nilai p.
konsentrasi ekstrak 1.0 % 0,881 5 0,314
konsentrasi ekstrak 1.4 % 0,881 5 0,314
konsentrasi ekstrak 1.8 % 0,883 5 0,325
II III IV
V konsentrasi ekstrak 2.2 % 0,881 5 0,314
Penilaian distribusi data menggunakan Uji Saphiro Wilk karena
sampel yang digunakan masing-masing kelompok adalah 30 (sampel kurang dari 50) (Dahlan, 2009). Kelompok I (kontrol) bersifat konstan dan tidak dihitung karena jumlah larva adalah 0. Demikian pula dengan kelompok VI (kelompok konsentrasi ekstrak 2,6%) bersifat konstan dan tidak dihitung karena jumlah semua larva yang mati adalah sama yaitu 20 ekor larva. Nilai
(72)
commit to user
Maka, simpulannya adalah distribusi data normal.
Tabel 8 : Hasil Uji Homogenitas Varians(Varians Data Normal).
Statistik Levene df1 df2 Nilai p
3,415 5 24 0,018
Dari tabel di atas, pada uji varians, diperoleh nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa varians data adalah sama (Dahlan, 2009).
Berdasarkan hasil uji Saphiro Wilk dan uji homogenitas varians, maka uji
One Way ANOVA dapat dilaksanakan.
Tabel 9 : Hasil Uji Statistik One Way ANOVA Sum of
Squares df Mean Square F hitung Nilai p
Between Groups 1380,567 5 276,113 637,185 0,000
Within Groups 10,400 24 0,433
Total 1390,967 29
Dari hasil percobaan pada tabel 6 setelah dianalisis dengan uji
One Way ANOVA pada taraf kepercayaan (α) 0,05 didapatkan nilai
signifikansi p < 0,05 yaitu 0,000 yang berarti paling tidak terdapat perbedaan kematian larva yang bermakna pada kelompok-kelompok uji. Untuk mengetahui pasangan kelompok yang memiliki perbedaan yang signifikan maka dilakukan uji LSD.
Hasil uji One Way ANOVA selengkapnya tercantum dalam
(73)
Tabel 10 : Hasil Uji LSD
Perbedaan efek larvisida dengan pasangan kelompok lain Kelompok
Signifikan (p < 0,05) Tidak Signifikan (p > 0,05)
I II, III, IV, V, VI -
II I, III, IV, V, VI -
III I, II, IV, V, VI -
IV I, II, III, V, VI -
V I, II, III, IV, VI -
VI I, II, III, IV, V -
Hasil pengujian data dengan Least Significance Difference (LSD)
menggunakan SPSS 17.0 for Windows, didapatkan adanya perbedaan yang
signifikan antara masing-masing pasangan kelompok (P = 0,008; p = 0,000; p < 0,05). Hasil uji LSD selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.
(1)
commit to user
Tabel 10 : Hasil Uji LSD
Perbedaan efek larvisida dengan pasangan kelompok lain Kelompok
Signifikan (p < 0,05) Tidak Signifikan (p > 0,05)
I II, III, IV, V, VI -
II I, III, IV, V, VI -
III I, II, IV, V, VI -
IV I, II, III, V, VI -
V I, II, III, IV, VI -
VI I, II, III, IV, V -
Hasil pengujian data dengan Least Significance Difference (LSD) menggunakan SPSS 17.0 for Windows, didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara masing-masing pasangan kelompok (P = 0,008; p = 0,000; p < 0,05). Hasil uji LSD selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.
(2)
commit to user
BAB V PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan uji coba pendahuluan sebagai dasar penetapan konsentrasi ekstrak yang dipakai pada penelitian sesungguhnya karena belum ada literatur yang digunakan untuk menetapkan konsentrasi ekstrak kombinasi yang dipakai. Pada uji pendahuluan daun kemangi dan biji jarak seperti yang tertera dalam tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 3,1% dan 4,1% didapatkan jumlah kematian larva masing-masing 100% dari 20 ekor larva. Dari hasil uji pendahuluan, didapatkan hasil yang signifikan (p<0,05) bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak daun kemangi dan ekstrak biji jarak diikuti dengan kenaikan jumlah kematian larva Aedes aegypti. Konsentrasi ekstrak kombinasi yang dipakai didasarkan pada analisis probit uji pendahuluan masing-masing ekstrak tunggalnya yaitu dari LC99 yang tertinggi
pada ekstrak biji jarak yaitu 3,010%. Konsentrasi yang lebih rendah ditentukan dan dihitung menurut deret hitung. Pada tabel 3 uji coba pendahuluan ekstrak kombinasi dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 1,0%; 1,4%; 1,8%; didapatkan jumlah kematian masing-masing 11, 15, dan 17 dari 20 ekor larva. Sedangkan pada konsentrasi 2,2%; 2,6% dan 3,0% ekstrak kombinasi didapatkan jumlah kematian yang seragam yaitu 20 ekor larva.
(3)
commit to user
Dari hasil uji pendahuluan ekstrak kombinasi juga didapati hasil yang signifikan (p<0,05) bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak kombinasi diikuti dengan kenaikan jumlah kematian larva Aedes aegypti. Konsentrasi ekstrak yang dipakai dalam uji penelitian ekstrak tunggal dan kombinasi didasarkan pada analisis probit uji coba pendahuluan ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak yaitu LC50 = 1,002% dan LC99 = 2,670%. Dari hasil analisis tersebut
maka konsentrasi yang dipakai untuk ekstrak daun kemangi, ekstrak biji jarak, dan ekstrak kombinasinya yaitu 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2% dan 2,6%.
Berdasar dari hasil penelitian pada tabel 4, 5 dan 6, dapat diketahui bahwa ekstrak daun kemangi, biji jarak, dan kombinasinya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dapat dikatakan demikian karena dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji One Way ANOVA pada taraf kepercayaan (α) 0,05, didapatkan nilai signifikasi p = 0,000 (< 0.05). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek larvisida yang bermakna pada kelompok konsentrasi ekstrak daun kemangi, biji jarak, dan ekstrak kombinasi yang berbeda. Secara garis besar kenaikan konsentrasi daun kemangi, biji jarak, dan ekstrak kombinasi juga diikuti kenaikan jumlah kematian larva sampai tingkat konsentrasi tertentu seperti yang dapat dilihat pada gambar 5.
Setelah hasil penelitian dalam tabel 6 diuji dengan One Way ANOVA, dilanjutkan dengan menggunakan uji Least Significance Difference (LSD), didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara masing-masing pasangan kelompok (P = 0,008; p = 0,000; p < 0,05).
(4)
commit to user
Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan probit analysis pada tingkat kepercayaan 95%, didapatkan hasil estimasi besar LC50 pada konsentrasi ekstrak kombinasi 1.031% dengan interval antara 0.712% dan 1.222%. LC50 adalah estimasi besar konsentrasi ekstrak kombinasi yang dapat
membunuh 50% populasi sampel. Sedangkan kematian larva sebesar 99% (LC99) didapatkan pada konsentrasi 3.111% dengan interval antara 2.362%
dan 6.404%.
Semakin rendah nilai LC50 suatu zat berarti zat tersebut mempunyai
aktivitas yang lebih tinggi dalam membunuh hewan coba. Karena dengan zat tersebut perlu konsentrasi yang lebih rendah untuk mematikan hewan coba dalam waktu yang sama (Chang, 2004). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak (LC50 1,031 %) memiliki efek larvisida
yang lebih rendah dibandingkan dengan daun kemangi (LC50 0,927 %) dan
lebih tinggi daripada biji jarak (LC50 1,217 %). Hal ini menunjukkan bahwa
kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak tidak memberikan efek sinergis terhadap penjumlahan mortalitas larva Aedes aegypti.
Daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) mengandung beberapa senyawa di antaranya flavonoid, saponin, tanin, dan eugenol yang merupakan zat-zat yang bersifat toksik terhadap larva (Depkes RI, 2001; Dharmayanti, 2008; Sudarsono dkk, 2002). Bahan aktif di dalam daun kemangi ternyata setelah dikombinasikan dengan bahan aktif yang ada dalam biji jarak (risin) tidak menghasilkan efek sinergis (potensiasi) antara satu sama lain, sebab LC50 dari
(5)
commit to user
rendah daya bunuhnya dibandingkan dengan daun kemangi yakni dengan LC50
sebesar 0,927 %.
Penelitian sebelumnya mengenai daya larvisida menggunakan ekstrak biji jarak terhadap Aedes aegypti (Wibowo, 2010) mendapatkan nilai LC50
sebesar 0,01036%. Sedangkan pada penelitian kali ini juga menggunakan biji jarak terhadap Aedes aegypti didapatkan nilai LC50 sebesar 1,217 %. Perbedaan
LC ini dikarenakan perbedaan stadium/tingkat pertumbuhan larva yang dipakai. Peneliti sebelumnya menggunakan larva instar III (Wibowo, 2010) di mana larva masih berukuran lebih kecil dengan tingkat perkembangan yang belum lengkap, dibanding dengan larva stadium IV. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas, tubuh dibagi menjadi bagian kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen) (Wibowo, 2007).
(6)
commit to user
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak tidak memiliki efek potensiasi sebab efek kombinasi keduanya (dengan proporsi/perbandingan yang sama) tidak berbeda nyata dengan efek masing-masing komponennya secara terpisah/tunggal yaitu memiliki LC50 sebesar 1,031 % yang nilainya
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan daun kemangi (LC50 0,927 %) dan
sedikit lebih tinggi daripada biji jarak (LC50 1,217 %).
B. Saran
Tidak disarankan menggunakan larvisida kombinasi dari ekstrak kedua tanaman ini karena tidak ditemui efek potensiasi dari kombinasi ekstrak tersebut.