Peran Dprd Kota Medan Terhadap Pengawasan Kinerja Pemerintahan Kota Medan Dalam Bidang Pendidikan Tahun 2012

(1)

77

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Almond & Powell. 1966. Comparative Politics, A Developmental Approach. Little Brown: Boston, Hal: 21

Bungin, Burhap, 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo BN. Marbun, DPRD; Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya, Jakarta: Erlangga Danin, Sudarwan, 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif ; Ancangan Metodologi, Presentasi dan publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, Bandung : Pustaka Setia

Dede Mariana & Caroline Paskarina,2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi, Yogyakarta : Graha Ilmu

Devas, Nick, dkk. 1987. Keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia . Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Hal 12.

Dwipayana, Ari, 2000. Otonomi Versi Negara: Lappera Pustaka

Hadari Nawawi, 1987. Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Isbodroini, Dalam Syamsuddin Haris (Edt.). Desentralisasi. Demokratisasi dan Akuntanbilitas Pemerintah Daerah, 2011, Jakarta: Gramedia

Lexy J Moleong,1994.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosdakarya Mardiasmo, Otonomi Daerah dan Menejemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta: 2002

Masri Singarimbun & Sofian Effendi,1989. Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES

Rianto Adi,2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit Sitepu,P. Athonius,2012. Teori – Teori Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu Suryaningrat,Bayu,1992. Mengenal Ilmu Pemerintahan,Jakarta: Rineke Cipta


(2)

49 BAB III PEMBAHASAN

III. 1 Fungsi Pengawasan DPRD

Fungsi lembaga legislatif terhadap eksekutif sepenuhnya ditujukan untuk memastikan akuntabilitas eksekutif, salah satu peran dan ruang lingkup pengawasan yang penting dilakukan oleh legislatif adalah melakukan pengawasan terhadap peran dan kinerja Pemerintahan dalam implementasi kebijakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, posisi DPRD ditempatkan pada posisi yang sangat strategis dan menentukan dalam pelaksananaan otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Sebagaimana dengan yang tertulis di dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 mengenai kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 19 ayat 4 bab v mengenai fungsi, tugas dan wewenang DPRD yaitu fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan undang-Undang, Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan Kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. fungsi pengawasan pada DPRD dijelaskan pada pasal 20 ayat 1 bagian c yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan Kepala Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program


(3)

50

pembangunan daerah dan kerjasama internasional di Daerah. Peningkatan peran legislatif (DPRD) yang sebenarnya dimaksudkan agar terciptanya “check and balances”,

Fungsi pengawasan peraturan daerah sangatlah penting yang memberikan kesempatan kepada DPRD untuk lebih aktif dan kreatif menyikapi berbagai kendala terhadap pelaksanaan perda. Melalui pengawasan dewan, eksekutif sebagai pelaksana kebijakan akan terhindar dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan, dari hasil pengawasan dewan akan diambil tindakan penyempurnaan memperbaiki pelaksanaan kebijakan tersebut. Untuk menghindari berbagai kesalahan administratif dalam tata laksana birokrasi pemerintahan daerah tanpa mereka sadari dapat bermuara pada dugaan tindak pidana koropsi bagi pejabat publik yang menanggani urusan publik tersebut, dengan adanya pengawasan DPRD akan dapat memberikan perlindungan yang cukup efektif terhadap eksekutif dalam menjalankan tata laksana birokrasi pemerintahan secara optimal .

III.2. Mekanisme Pengawasan DPRD Kota Medan

Mekanisme pengawasan adalah proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana. Artinya pengawasan itu terdiri atas berbagai aktivitas agar segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang menjalankan rencana terselenggarakan. Mekanisme pengawasan DPRD Kota Medan diatur dalam Tatib Pasal 2 pada ayat (1) huruf C tentang bagaimana peran DPRD Kota Medan dalam mengawasi kegiatan pemerintah daerah.


(4)

51

Menurut wawancara yang dilakukan oleh anggota DPRD Kota Medan Bapak Juliandi Siregar, beliau mengatakan

“Ada aspek – aspek pokok yang bersifat fundamental yang harus diperhatikan bagi sebuah kegiatan pengawasan yang dilakukan DPRD dalam melakukan pengawasan, aspek – aspek tersebut merupakan prosedural

meliputi menerapkan strandar pengawasan, mengukur pelaksanan terhadap kinerja pemerintah, membadingkannya dan kemudian memberikan koreksi sesuai dengan reses yang telah dilakukan anggota DPRD.” 20

1. Menetapkan Standar Pengawasan

Menjabarkan dari penjelasan tersebut maka dapat dilihat bahwa, terdapat 4 mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh DPRD kota Medan dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang dilakuka oleh pemerintah kota. Adapun ke-empat mekanisme tersebut adalah:

Suatu standar atau tolak ukur yang merupakan patokan bagi pengawas dalam menilai apakah obyek atau pekerjaan yang diawasi berjalan dengan semestinya atau tidak.

Rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan, dan hubungan antara berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus dicapai dalam menjalankan fungsi pengawasan juga belum memiliki kejelasan, sehingga setiap individu DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan terkesan bergerak sendiri – sendiri. Dalam Pedoman Tata Tertib

20


(5)

52

DPRD, mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan pelaksanaan APBD tidak dijelaskan secara rinci, sehingga tidak ada kejelasan secara sistematis kegiatan apa-apa saja yang harus dilakukan dalam proses pengawasan.

2. Mengukur Pelaksanaan Pekerjaan Penilaian

Pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan perlu dilakukan oleh DPRD untuk melihat sejauh mana proses atau hasil yang telah didapat dalam menjalankan suatu kebijkan. Penilaian yang dilakukan oleh DPRD saat ini antara lain melalui :

a) Laporan kegiatan dari SKPD (lisan dan tertulis).

b) Inspeksi atau pengawasan langsung; Pertemuan/konferensi dengan petugas-petugas yang bersangkutan.

3. Membandingkan Standar Pengawasan dengan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan.

Prosedur kegiatan ini adalah melakukan pembandingan antara hasil pengukuran dengan standar. Maksudnya, untuk mengetahui apakah diantaranya terdapat perbedaan dan jika ada, maka seberapa besarnya perbedaan tersebut kemudian untuk menentukan tindakan agar perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak. Melalui prosedur ini akan ditemukan berbagai masalah yang menyebabkan terhambatnya


(6)

53

pencapaian tujuan. Prosedur kegiatan ini yang dilakukan oleh DPRD terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah masih belum begitu memuaskan. Saat ini masih belum jelasnya pencatatan hasil kerja pengawasan secara rinci, sehingga sulit untuk melakukan pembandingan antara standar pengawasan dengan hasil pelaksanaan pekerjaan, apalagi standar pengawasan juga belum memiliki mekanisme aturan yang jelas.

4. Tindakan Koreksi (Corrective Action).

Tindakan koreksi adalah mengusahakan dan melaksanakan tindakan perbaikan atau koreksi jika menemuka permasalahan. Aspek ini merupakan kegiatan yang paling lemah dilakukan oleh DPRD. DPRD mempunyai ketentuan aturan yang jelas dalam melakukan tindakan koreksi untuk memperbaiki permasalahan yang dilakukan oleh Kepala daerah dalam menjalankan pemerintahan daerah. Tindakan koreksi merupakan kewenangan yang paling menentukan dalam proses pengawasan agar kesalahan yang telah terjadi dapat dicari solusi dan tidak terjadi lagi atau tidak berulang lagi sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. DPRD harus dapat melaksanakan tindakan koreksi dalam menjalankan fungsi pengawasannya. Masih banyaknya keluhan dan pengaduan masyarakat tentang ketidakberesan pelaksanaan pembangunan oleh


(7)

54

pemerintahdaerah merupakan indikasi dari masih lemahnya tindakan koreksi DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan.

III.3 Program dan Kegiatan Pemerintah dalam Bidang Pendidikan tahun 2012 Sebagai bagian dari tugas desentralisasi yang dilaksanakan,maka urusan

pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Medan selama tahun 2012. Penyelenggaran urusan pendidikan ini dimaksudkan untuk mendukung pembangunan kota yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, terutama dari aspek pendidikan. Adapun program dan kegiatan pokok urusan pendidikan wajib belajar sembilan tahun selama tahun 2012 oleh pemerintah kota Medan adalah:

1. Program Pendidikan anak Usia Dini

Program Pendidikan anak usia dini dijabarkan secara operasional ke dalam beberapa kegiatan pokok sebagai berikut:

1.1 Pelatihan kompetensi tenaga pendidik 1.2 Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini

1.3 Pengmbangan Kurikulum, bahan ajar dan model pembelajaran pendidikan anak usia dini

1.4 Hari Anak Nasional (HAN)

2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Semibilan Tahun 2.1 Penambahan ruang kelas sekolah


(8)

55 2.3 Pengadaan mabeuler sekolah

2.4 Penyelenggaraan akreditasi sekolah dasar

2.5 Biaya Operasional manajemen bantuan operasional sekolah (BOS/BOS BUKU)

2.6 Beasiswa siswa miskin

3. Progam Pendidkan Menengah 3.1 Pembangunan gedung sekolah 3.2 Pengadaan pakaian seragam sekolah 3.3 Penyediaan mabeleur sekolah

3.4 Penyediaan biaya opersasional sekolah dan SKB negeri 3.5 Penyelenggaraan Paket C setara SMU

III.4. Realisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan

Dalam rangka mendukung implementasi pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2012, maka melalui APBD/P.APBD TA.2012 ditetapkan alokasi belanja daerah sebesar Rp. 1.158.075.430.144,- yang terdiri dari: Belanja Tidak Langsung (BTL) sebesar Rp. 887.528.787.144,- dan Belanja Langsung (BL) sebesar Rp. 270.546.643.000,- dimana sampai akhir tahun anggaran implementasi program dan kegiatan realisasi anggaran belanja daerah per 31 Desember 2012 mencapai Rp. 971.117.805.358,- atau 83,86% dari total anggaran. Penyelenggaraan tugas dan pokok dan fungsi urusan pendidikan menghasilkan keluaran utama sebagai berikut:


(9)

56

1.1 Terselenggaranya pelatihan kompetensi bagi tenaga pendidik (tutor) untuk anak usia dini sebanyak 120 orang. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada pendidikan anak usia dini. 1.2 Terselenggaranya pendidikan anak usia dini (PAUD) yang tersebar pada 21 kecamatan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Medan yang tersebar di 21 Kecamatan. 1.3 Terselenggaranya kegiatan pelatihan kurikulum, bahan ajar dan model pembelajaran pendidikan anak usia dini dengan peserta sebanyak 110 orang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas guru pengelola PAUD.

1.4 Terselenggaranya kegiatan hari anak nasional (HAN). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar anak.

2. Program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun

2.1 Terealisasinya kegiatan penambahan ruang kelas baru di SD sebanyak 1 (satu sekolah) pada SD Negeri 064964, Jalan Seruai Kecamatan Medan Labuhan. Kegiatan ini bertujuan untuk penambahan daya tampung dan perluasan akses pada pendidikan dasar.

2.2 Tersedianya pakaian seragam dan sepatu sekolah untuk siswa miskin sebanyak 18.100 stel dengan rincian tingkat SD sebanyak 11.000 stel dan tingkat SMP sebanyak 7.100 stel. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meringankan beban orang tua siswa yang kurang


(10)

57

mampu sehingga terhindar dari putus sekolah untuk siswa tingkat SD dan SMP.

2.3 Tersedianya sarana dan prasarana sekolah berupa mabeleur sekolah sebanyak 372 set, yang tesebar di 140 SD (214 set) dan 45 SMP (158 set). Tiap set berupa kursi siswa 40 unit, meja siswa 20 unit, kursi guru 1 unit, meja guru 1 unit, lemari 1 unit dan papan tulis 1 unit. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana belajar nyaman dan berkualitas.

2.4 Terakreditasinya sekolah dasar sebanyak 100 sekolah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kinerja sekolah pada Sekolah Dasar.

2.5 Terselanggarakannya operasional pengelolaan manajemen bantuan operasional sekolah (BOS/BOS BUKU). Kegiatan ini dimaksudkan dalam rangka penyaluran pengelolaan dana BOS.

2.6 Tersalurkannya beasiswa siswa miskin sebanyak 1.965 siswa dengan rincian siswa SD/MI sebanyak 937 orang, siswa SMP/MTs sebanyak 443 orang dan siswa SMA/SMK sebanyak 211 orang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan biaya pendidikan bagi siswa miskin.


(11)

58 3. Program Pendidikan Menengah

3.1 Terealisasinya pembangunan ruang kelas baru sebanyak 6 (enam) ruang kelas pada SMK Negeri 13 Medan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tampung siswa SMK negeri.

3.2 Tersedianya pakaian seragam sekolah bagi siswa miskin sebanyak 6.200 stel. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu siswa miskin pada pendidikan menengah (SMA dan SMK) guna mewujudkan pemerataan dan perluasan akses di bidang pendidikan menengah.

3.3 Terealisasinya pengadaan mabeleur sekolah yang dipergunakan untuk pengadaan 247 set mabeleur dan disalurkan kepada 21 sekolah SMA dan 13 SMK. Tiap set berupa kursi siswa 40 unit, meja siswa 20 unit, kursi guru 1 unit, meja guru 1 unit, lemari 1 unit dan papan tulis 1 unit. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasan belajar yang nyaman dan berkualitas.

3.4 Terselenggaranya operasional sekolah dan SKB Negeri pada 21 SMA Negeri, 13 SMK Negeri dan 1 SKB Negeri. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendukung operasional guna peningkatan mutu pendidikan.

3.5 Terselenggaranya ujian nasional Paket C sebanyak 1.568 siswa. Kegiatan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelulusan siswa Paket C.


(12)

59

III.5. Pelaksanaan Pengawasan pendidikan DPRD Kota Medan tahun 2012

Pelaksanan pengawasan DPRD kota Medan telah diatur dalam Tatib Pasal 2 pada ayat (1) huruf C tentang bagaimana peran DPRD Kota Medan dalam mengawasi kegiatan pemerintah daerah. Pengawasan telah diatur kedalam- tiap- tiap komisi DPRD. Menurut wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Porman Naibaho,SH (Anggota Komisi A DPRD Kota Medan) mengenai bagaimana pengawasan yang dilakukan DPRD Kota Medan, khususnya tentang dinas pendidikan. Beliau mengatakan:

“Masih ditemukan beberapa masalah terkait dengan penerapan pendidikan di Kota Medan. Masalah tersebeut meliputi pada perluasan akses dan pemerataan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dan efisiensi peningkatan manajemen pendidikan. Dalam pemerataan pendidikan, relatif masih rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan terutama kondisi gedung dan ruang kelas. Kemudian masih lemahnya manajemen kuriukulum yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan ”21

Maka dapat dilihat bahwa ada 3 masalah terkait terhadap penerapan pendidikan tahun 2012 di Kota Medan. Masalah tersebut dapat berasal dari lingkungam eksternal mapupun lingkungan internal. Adapun 3 permasalahan yang dihadapi itu adalah:

21


(13)

60 1. Perluasan Akses dan Pemerataan Pendidikan

- Relatif masih belum terpenuhinnya daya tampung sekolah pada tingkat SMK, guna memenuhi akan tingginya minat masyrakat untuk memperoleh pendidikan pada tingkat SMK negeri

- Relatif masih tingginya Angka Putus Sekolah pada tingkat SMP dan Sekolah Menengah

- Relatif masih rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan terutama kondisi gedung dan ruang kelas, sehinggga kurangnya tingkat kenyamanan siswa.

2. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan

- Masih rendahnya kualitas lulusan, sehingga tidak mampu sepenuhnya berkompetensi dalam memnuhi kebutuhan pasa

- Masih tidak meratanya porfesionalisme guru

- Masih belum optimalnya implementasi program satuan pendidikan dalam mendukung program rintisan pendidikan sekolah bertaraf internasional

- Masih Lemahnya pengelolaan manajemen kurikulum

3. Efisiensi Penigkatan Manajemen Pendidikan


(14)

61

- Masih belum mampunya sistem evaluasi diterapkan untuk mengukur sepenuhya kinerja satuan pendidikan

Untuk itu kemudian DPRD melakukan paripurna untuk membahas tentang masalah pendidikan dan memberikan solusi atas permasalah di bidang pendidikan pada tahun 2012 tersebut. Maka dalam bidang pendidikan terdapat 3 poin penting yang diutamakan oleh DPRD guna meningktkan mutu pendidikan di Kota Medan, yaitu:

1. Keberhasilan di bidang pendidikan yang diinformasikan melalui Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) tidak didukung informasi lengkap mengenaijumlah sekolah, bangunan, rasio jumlah guru dan murid dan taya tampung ruang kelas. Untuk itu diminta kepada DInas Pendidikan Kota Medan agar mempersiapkan data base sesuai dengan yang dibutuhkan.

2. Diharapakan tidak ada lagi pengutipan biaya-biaya tambahan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap murid untuk kepentingan tertentu.

3. Kebijakan pemerintah Kota Medan terkait program wajib belajar 9 tahun, khususnya tentang penyaluran beasiswa untuk siswa miskin segera disosialisasikan dengan baik seacara transparan agar masyrakat mengetahuinya.


(15)

62

III.6. Indikator Pengukuran Kerja DPRD Kota Medan 6.1. Responsivitas (Responsiviness)

Responsivitas (responsiviness) merupakan kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas diukur dari seberapa jauh anggota DPRD Kota Medan dalam menangkap keinginan dan kebutuhan masyarakat yang tengah terjadi dan memberikan solusi yang tepat dalam menangani tuntutan Kota Medan. Kinerja DPRD yang diukur melalui indikator responsivitas berdasarkan temuan dan hasil pengamatan penulis yaitu seberapa jauh anggota DPRD Kota Medan dalam menangkap keinginan dan kebutuhan masyarakat yang tengah terjadi dan memberikan solusi yang tepat dalam menangani tuntutan masyarakat Kota Medan terbilang cukup baik. Hal ini dilihat dari banyaknya kegiatan kerja serta dengar pendapat yang dilakukan oleh DPRD Medan dengan pemerintah daerah maupun masyarakat.

DPRD sebagai badan legislasi memiliki fungsi yang paling penting adalah menentukan sebuah kebijakan dan membuat undang-undang. DPRD berfungsi didalam menentukan kebijakan ataupun peraturan daerah yang diusulkan oleh badan eksekutif. Rancangan Peraturan Daerah yang diusulkan oleh badan eksekutif disampaikan ke pimpinan DPRD melalui sekretariat DPRD, dan dibahas melalui rapat hingga menetapkan Rancangan peraturan daerah tersebut menjadi peraturan daerah (PERDA). DPRD memiliki hak dan kekuasaan didalam membentuk suatu peraturan daerah. Rancangan peraturan daerah yang berasal dari DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala daerah untuk ditindaklanjuti sehingga ditetapkan


(16)

63

menjadi sebuah peraturan daerah. DPRD Kota Medan sebagai badan legislatif yaitu yang berfungsi merancang ataupun mengesahkan sebuah peraturan daerah ataupun kebijakan belum sepenuhnya mempergunakan haknya didalam merancang sebuah peraturan daerah ataupun sebuah kebijakan guna menangani tuntutan kebutuhan dan kepentingan serta aspirasi-aspirasi masyarakat.

6.2. Responsibilitas (Responsibility)

Indikator pengukuran kinerja DPRD Kota Medan pada periode tahun 2012 yaitu Responsibilitas yang menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijaksanaan organisasi baik yang implisit maupun yang eksplisit. Kinerja DPRD dapat dinilai melalui indikator responsibilitas dengan melihat apakah fungsi-fungsi DPRD dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan-peraturan yang berlaku, maka dengan begitu kinerja DPRD akan dinilai semakin baik apabila fungsi-fungsi dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan-peraturan yang berlaku yaitu peraturan-peraturan-peraturan-peraturan yang mengatur DPRD disusun di dalam himpunan peraturan, dan keputusan DPRD. Berdasarkan hasil temuan dan pengamatan penulis mengenai kinerja DPRD Kota Medan pada periode tahun 2012 melalui indikator pengukuran kinerja yaitu responsibilitas masih terbilang masih rendah. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh anggota DPRD dalam menjalankan dan melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat, terlebih lagi dengan banyaknya anggota DPRD Kota Medan yang tersangkut kasus hukum.


(17)

64 6.3. Akuntabilitas (Accountability)

Melihat bagaimana kinerja DPRD Kota Medan pada periode tahun 2012 melalui indikator pengukuran kinerja yaitu Akuntabilitas (Accountability). Akuntabilitas akan diukur dari segi pertanggungjawabannya sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah yaitu mampu bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga masyarakat memilih anggota DPRD tersebut kembali pada periode berikutnya karena dinilai telah baik mengemban tugasnya sebagai wakilnya. Berdasarkan hasil temuan dan pengamatan penulis, kinerja DPRD yang diukur melalui indikator pengukuran kinerja yaitu akuntabilitas masih jauh dari yang diharapkan. Hal itu dapat dilihat dari kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap DPRD sebagai wakil mereka dalam memperjuangkan kebutuhan, kepentingan serta aspirasi-aspirasi masyarakat.

III.5Sanksi DPRD Kota Medan Atas Pelanggaran Pengawasan

Sebagai unsur penyelenggara pemerintah di daerah, DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Tugas dan wewenang pengawasan DPRD secara khusus tercantum dalam UU No 32 Tahun 2004 pasal 24 ayat 1C yang berbunyi : “ DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundangundangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah”. Mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh eksekutif. DPRD menggunakan hak dan


(18)

65

kewenangan seperti hak penyelidikan, hak meminta keterangan, hak bertanya, dan hak menyatakan pendapat, dengan keseluruhan mekanisme yang diatur oleh peraturan tata tertib dewan. Pengawasan bertujuan untuk mengembangkan kehidupan demokrasi, menjamin keterwakilan rakyat dan daerah dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, serta mengembangkan checks dan balances antara lembaga legislatif dan eksekutif demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Pengawasan yang dilakukan DPRD untuk mengawasi produk hukum yang sudah disahkan.

Bentuk pengawasan yang dilakukan DPRD dilakukan dengan cara melakukan dengan pendapat, kunjungan kerja, pembentukan panitia khusus dan pembentukan panitia kerja yang dibentuk sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD. DPRD dalam melaksanakan pengawasan terhadap peraturan daerah berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, atau waraga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah, pemerintah dan pembangunan. Pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat yang menolak permintaan untuk memberikan keterangan dapat dipanggil secara paksa, karena merendahkan martabat DPRD. Hal ini diatur dan dijelaskan pada UU No. 22 tahun 2003 Pasal 66 ayat (1), (2) dan (3) bahwa:

1. DPRD melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta pejabat negara, tingkat provinsi, dan DPRD Kota, pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum, atau warga masyarakat untu mmberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah, bangsa dan negara.


(19)

66

2. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, badan hukum atau warga masyarakat wajib memenuhi permintaan DPRD sebagaimana dimaksud ayat (1)

3. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, badan hukum atau warga yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan panggilan paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ditambah lagi, sesuai dengan Keputusan DPRD Kota Medan No: 171/8940/KEP-DPRD/2014, tanggal 14 Oktober 2014 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka DPRD berhak mengeluarkan Hak Angket kepada pejabat pemerintahan, badan hukum atau warga masyarakat sebagaimana diatur dalam pasal Pasal 14 ayat (1) untuk kemudian memanggil pejabat pemerintahan, badan hukum atau warga masyarakat tersebut dan kemudian diteruskan ke dalam Rapat Paripurna DPRD. Apabila ditemukan adanya kesalahan dalam proses tersebut dan sudah ditetapkan secara hukum , maka sesuai dengan pasal 18 ayat (3) presiden memberhentikan penuh dari jabatannya bagi gubernur dan/atau wakil gubernur, dan Menteri Dalam Negeri memberhentikan penuh dari jabatannya bagi bupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakil walikota.


(20)

67 BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN

Fungsi lembaga legislatif terhadap eksekutif sepenuhnya ditujukan untuk memastikan akuntabilitas eksekutif, salah satu peran dan ruang lingkup pengawasan yang penting dilakukan oleh legislatif adalah melakukan pengawasan terhadap peran dan kinerja Pemerintahan dalam implementasi kebijakan.

Fungsi pengawasan peraturan daerah sangatlah penting yang memberikan kesempatan kepada DPRD untuk lebih aktif dan kreatif menyikapi berbagai kendala terhadap pelaksanaan perda. Melalui pengawasan dewan, eksekutif sebagai pelaksana kebijakan akan terhindar dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan, dari hasil pengawasan dewan akan diambil tindakan penyempurnaan memperbaiki pelaksanaan kebijakan tersebut. Untuk menghindari berbagai kesalahan administratif dalam tata laksana birokrasi pemerintahan daerah tanpa mereka sadari dapat bermuara pada dugaan tindak pidana koropsi bagi pejabat publik yang menangani urusan publik tersebut, dengan adanya pengawasan DPRD akan dapat memberikan perlindungan yang cukup efektif terhadap eksekutif dalam menjalankan tata laksana birokrasi pemerintahan secara optimal .

Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembanguna suatu daerah dalam meningkatakan mutu sumber daya alam yang kemudia akan memajukan daerah tersbut dalam sektor ekonomi maupun sosial. Pendidikan menjadi sektor penting dalam memajukan penerepan kebijakan yang kemudian dapat di ikuti oleh sumber


(21)

68

daya manusia yang cerdas. Kemampuan daerah dalam meningkatan mutu pendidikannya akan menjadikan keuntungan yang sangat besar bagi daerah tersebut, ini dapat dilihat dari bagaimana kota-kota besar di barat mampu menjadikan kota mereka sangat maju dan mampu berkompetisi dalam iklim global yang akan dihadapi.


(22)

20 BAB II

DESKRIPSI DAN PROFIL DPRD KOTA MEDAN

II. 1 Sejarah DPRD Kota Medan

Keterwakilan masyarakat Kota Medan di parlemen pada saat Dewan Perwakilan rakyat Gotong Rorong (DPRGR) berjalan pada tahun 1968 sampai 1971. Pusat perkantoran Parlemen Kota Medan pada saat itu bertempat di belakang Balai Kota lama yang sekarang menjadi Hotel grand Aston jalan Balai Kota Medan. Kantor DPR GR pada saat itu berada di lantai dua berbagi dengan sekertariat yang berkantor di lantai satu.17

Setahun kemudian pada tahun 1976, gedung DPRD Medan berlantai tiga yang berhadapan dengan kantor Walikota Medan Sekarang diresmikan, peresmiannya langsung dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) pada saat itu Amir Mahmud. Prasasti peresmian gedung DPRD saat itu diletakan dilantai dua persis di ruang tamu yang kemudian dijadikan ruang pimpinan DPRD Medan. Dan secara Pada tahun 1971 ketika DPR GR diubah menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, pusat perkantoran masih dilangsungakn dibelakang Balai Kota Medan. Pada tahun1975, di masa pemerintahan orde baru, digagas pembangunan Gedung DPRD Medan di Jalan Kapten Maulana Lubis. Dengan restu Gubernur Sumatera Utarasaat itu Marah Halim, pembangunan gedung DPRD Medan dimulai dengan peletakan abut pertama tanggal 26 Juni 1975 yang dilakukan oleh Walikota Medan M. Saleh Arifin.

17


(23)

21

resmi pada tahun 1976, anggota DPRD Medan berkantor di Gedung baru tersebut setelah Sembilan tahun berkantor di belakang Balai Kota Medan. Setelah sebelas kali masa kepemimpinan di DPRD Medan, gedung yang dibangun pada masa pemerintahan orde baru diruntuhkan.

Pada periode 2004-2009 sejumlah anggota DPRD Medan menggagas renovasi gedung DPRD Medan. Namun rencana itu batal dilakukan dan berujung dengan opsi pembangunan gedung baru.Pada tahun 2012 di masa kepemimpinan ketua DPRD Medan Drs. Amiruddin, masa bhakti 2009-2014, gedung DPRD Kota Medan dibangun delapan lantai dengan anggaran mencapai 90 milliar lebih.

II. 2 Tugas, Pokok dan Fungsi DPRD Kota Medan

Sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPRD Kota Medan pasal 42 ayat (1) dijelaskan tugas-tugas Pimpinan Dewan sebagai berikut :18

1. Memimpin sidang DPRD dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;

2. Menyusun rencana kerja pimpinan dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan Wakil Ketua

3. Melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD.

4. Menjadi juru bicara DPRD

5. Melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD.

18


(24)

22

6. Mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga / instansi lainnya.

7. Mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan Pimpinan Lembaga/instansi vertikal lainnya sesuai dengan keputusan DPRD.

8. Mewakili DPRD di Pengadilan.

9. Melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 10.Menyusun rencana anggaran DPRD bersama sekretariat DPRD yang

pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna dan

11.Menyampaikan laporan kinerja pimpinan DPRD dalam rapat paripurna DPRD yang khusus diadakan untuk itu.

Disamping itu untuk memperlancar tugas dan fungsi DPRD Kota Medan priode 2009-2014 serta memudahkan Pimpinan DPRD untuk memonitor tugas komisi dan alat kelengkapan, maka pimpinan DPRD menetapkan komposisi kordinator pimpinan, yang di tandatangani oleh ketua DPRD Kota Medan (Drs. H. Amiruddin), berdasarkan hasil koordinasi pimpinan DPRD Kota Medan ditetapkanlah Koordinator I, Koordinator II dan Koordinator III yang masing-masing membawahi fraksi-fraksi dan berganti setiap tahunnya.

Dengan tugas-tugas sebagai berikut :19

1. Melakukan koordinasi untuk saling bekerjasama dalam melaksanakan tugas sebagai Pimpinan DPRD Kota Medan

19


(25)

23

2. Melaksanakan tugas Pimpinan DPRD Kota Medan sebagai koordinator komisi-komisi dan alat kelengkapan DPRD Kota Medan

3. Untuk setiap Panitia khusus yang dibentuk oleh DPRD Kota Medan, Pimpinan DPRD secara kolektif koledial menjadi kordinator

4. Merekomendasi tugas dan tanggung jawab Pimpinan DPRD Kota Medan dalam peklaksanaan tugas sebagai koordinator, yaitu:

• Mengkoordinir alat kelengkapan DPRD dalam menyusun program kerja dan menyampaikan dalam rapat Badan Musyawarah DPRD Kota Medan

• Melakukan koordinasi dalam upaya mensinergikan pelaksanaan agenda materi kegiatan alat kelengkapan Dewan.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah. DPRD terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum. Tugas dan wewenang DPRD disesuaikan dengan Undang-Undang maupun PP No.16 tahun 2010 tentang tata tertib yang kemudian ditindak lanjuti sampai ke DPRD. Sedangkan fungsi lembaga DPRD terdiri dari tiga fungsi yakni fungsi legislasi, fungsicontrolling, dan fungsibudgeting.

1. Anggaran

Fungi Angaran DPRD diwujudkan dalam membahas dan menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama kepala daerah.


(26)

24 2. Pengawasan

Fungsi Pengawasan diwujudkan dalam mengatasi pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.

3. Legislasi

Fungsi Legislasi diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.

Fungsi legislasi diantaranya adalah (1) fungsi untuk membentuk peraturan daerah (Perda) bersama kepala daerah (DPRD adalah policy maker, bukan policy implementator), (2) fungsi strategis yang menempatkan DPRD sebagai "lembaga terhormat" dalam mengemban amanah dan memperjuangkan aspirasi rakyat, (3) merupakan "fungsi perjuangan" untuk menentukan keberlangsungan serta masa depan daerah, (4) merupakan suatu proses untuk mengakomodasi berbagai kepentingan para pihak/stakeholders. Arti penting fungsi legislasi DPRD diantaranya bersama kepala daerah merupakan fungsi pembuat Perda. Yang mana Perda menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di daerah. Perda sebagai dasar perumusan kebijakan publik di daerah. Perda sebagai kontrak sosial di daerah. Perda sebagai pendukung pembentukan perangkat daerah dan susunan organisasi

II. 3 Susunan DPRD Kota Medan

Anggota DPRD Kota Medan berjumlah 50 orang dengan susunan yang dipilih terdiri dari 16 orang dari Partai Demokrat, 7 orang dari Partai Keadilan Sejahtera, 5 orang dari Partai Golkar, 5 orang dari Partai PDI Perjuangan, 4 orang dari Partai


(27)

25

Damai Sejahtera, 4 orang dari Partai Amanat Nasional, 4 orang dari Patriot Persatuan Pembangunan, dan 5 orang dari Medan Bersatu.

Tabel. 2.1 Susunan DPRD Kota Medan

No Nama Partai

1 Drs. H. AMIRUDDIN Partai Demokrat

2 Drs. HERI ZULKARNAIN, Msi 3 MARTUA OLOAN HARAHAP, SH 4 IRWAN SIHOMBING, SE

5 DAMAI YONA NAINGGOLAN 6 Dra. Hj. SRIJATI POHAN 7 PARLINDUNGAN, SH 8 A HIE, SH

9 H. Drs. SAMSUL BAHRI

10 H. DENI ILHAM PANGGABEAN, SH 11 BURHANUDDIN SITEPU, SH

12 KHAIRUDDIN SALIM, SIP

13 Dra. Hj. HALIMATUSSAKDIYAH 14 PARLINDUNGAN , SH, MH 15 H. Drs. SAMSUL BAHRI 16 Ir. H. M. FAISAL NASUTION


(28)

26

18 H. MUSLIM MAKSUM, Lc Sejahtera

19 H. SURIANDA LUBIS, S.Ag 20 H. SALMAN ALFARISI, Lc.,MA 21 ZULMORADO SLAWAT SIREGAR 22 JULIANDI SIREGAR, ST.,MSI 23 H. JUMADI, S.Pdi

24 FERDINAND L. TOBING, SE Partai Golkar

25 DRA. AINAL MARDIAH 26 ILHAMSYAH, SH

27 SABAR SYAMSURIA SITEPU 28 CP. NAINGGOLAN, SE, M.AP

29 AUGUS NAPITUPULU, SH Partai PDIP

30 PORMAN NAIBAHO, SH 31 HASYIM, SE

32 Drs. DANIEL PINEM

33 Drs. ROMA SIMARE-MARE

34 LANDEN MARBUN, SH Partai Damai

Sejahtera 35 Drs. PAULUS SINULINGGA

36 Ir. BUDIMAN PANJAITAN 37 JONI NADEAK

38 H. AHMAD ARIEF, SE, MM Partai Amanat

Nasional 39 HT. BACHRUMSYAH, SH


(29)

27 40 Drs. ARIFAY TAMBUNAN, MM 41 KUAT SURBAKTI, S.SOS

42 Ir.AHMAD PARLINDUNGAN, M.Si Partai Patriot

Persatuan Pembangunan 43 ABDUL RANI, SH

44 Drs. MUHAMMAD YUSUF, AG 45 BANGKIT SITEPU

46 Dra. LILY, MBA, MH Partai Medan

Bersatu 47 Drs.IRWANTO TAMPUBOLON, MPd

48 Ir. REMON SIMATUPANG 49 JAN LIE, SE, AK

50 Drs. GODFREID LUBIS

Sumber: Memori DPRD Kota Medan 2009-2014

DPRD Kota Medan dalam periode 2009-2014 melakukan beberapa kali Pengganti Antar Waktu, yaitu :

- Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 188.44/284/KPTS/TAHUN 2012. Tanggal 13 April 2012 tentang peresmian pemberhentian Hj. Halimatussakdiyah (Almarhumah) dan pengangkatan Pengganti Antar Waktu saudara Ir. Yahya Payungan Lubis sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan

- Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.188.44/392/KPTS/TAHUN 2012. Tanggal 11 Juni 2012 tentang peresmian pemberhentian saudara Ir. Remon Simatupang, M.Sc dan pengangkatan Saudara Ir. Juliaman Damanik


(30)

28

sebagai Pengganti Antar Waktu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan

II. 4 Mekanisme Kerja DPRD Kota Medan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai Badan Legislatif Daerah berkedudukaan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah, dengan Konstruksi seperti itu baik DPRD maupun Kepala Daerah mempunyai hubungan yang sangat erat, dan saling menunjang dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di Daerah, namun mempunyai fungsi yang berbeda, yaitu DPRD bertugas dibidang Legislatif dan kepala Daerah memimpin bidang Eksekutif.

Adanya fungsi yang berbeda ini bukan berarti menunjukkan dualisme dan sikap konfrontatif antara DPRD dengan Kepala Daerah, melainkan keduanya merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, sebagai wujud nyata pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab.

Wujud nyata hubungan kerjasama antara DPRD dan Kepala Daerah, juga telah diatur dalam peraturan Tata Tertib DPRD Kota Medan :

1. Dalam pembahasan setiap Rancangan peraturan Daerah dan penyusunan APBD, Rancangan Perubahan APBD senantiasa dapat diselenggarakan sesuai dengan jadwal waktu.

2. Adanya Komunikasi timbal balik antara DPRD dan Kepala Daerah. DPRD melalui Pimpinan Dewan senantiasa mengkomunikasikan masalah-masalah


(31)

29

yang terjadi di lapangan, baik yang didapat melalui kunjungan kerja atau peninjauan lapangan oleh alat kelengkapan Dewan maupun dengan adanya pengaduan aspirasi masyarakat yang disampaikan ke DPRD. Kepala Daerah senantiasa mengkomunikasikan langkah-langkah Kebijaksanaan yang ditetapkan dan dilaksanakan kepada Dewan.

3. Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap proyek-proyek pembangunan Kepala Daerah senantiasa menyetujui Kunjungan Kerja Dewan ke Kabupaten/Kota dengan didampingi instansi terkait, untuk memberikan kesempatan kepada DPRD agar dapat mengikuti dan mengawasi jalannya pemerintahan dan pembangunan di daerah sesuai dengan kebijaksanaan yang diambil dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertangung jawab.

4. 1 Jenis Rapat DPRD

Berdasarkan Keputusan DPRD Kota Medan Nomor : 171/7940/KEP-DPRD/2010 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerahu, ditetapkan Jenis Rapat DPRD sebagai berikut :

a. Rapat Paripurna

Rapat paripurna merupakan forum rapat tertinggi anggota DPRD dalam pengambilan keputusan yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD. Mekanisme Rapat Paripurna terdiri dari 2 (dua) tahapan pembicaraan yakni: Pembicaraan Tahap I meliputi

i. Dalam hal Ranperda berasal dari Kepala Daerah dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :


(32)

30

- Penjelasan Kepala Daerah dalam Rapat Paripurna DPRD mengenai Ranperda ;

- Pemandangan umum Fraksi terhadap Ranperda ; dan

- Tanggapan dan/atau jawaban Kepala Daerah terhadap pemandangan umum Fraksi;

ii. Dalam hal Ranperda berasal dari DPRD dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :

- Penjelasan Pimpinan Komisi, Pimpinan gabungan Komisi, Pimpinan Badan Legislasi Daerah, atau Pimpinan Panitia Khusus dalam Rapat Paripurna DPRD mengenai Ranperda ;

- Pendapat Walikota terhadap Ranperda ; dan

- Tanggapan dan/atau jawaban Fraksi terhadap pendapat Kepala Daerah. iii. Pembahasan dalam rapat Komisi, gabungan Komisi, atau Panitia Khusus

yang dilakukan bersama dengan Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya.

Pembicaraan Tahap II yang meliputi :

a. Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPRD yang didahului dengan:

1. Penyampaian laporan Pimpinan Komisi/pimpinan gabungan Komisi/Pimpinan Panitia Khusus yang berisi proses pembahasan, pendapat Fraksi dan hasil pembicaraan ;


(33)

31

3. Permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan Rapat Paripurna DPRD.

b. Rapat Paripurna Istimewa

Rapat Paripurna DPRD Istimewa merupakan rapat Anggota DPRD yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua untuk melaksanakan acara tertentu dan tidak mengambil keputusan ;

c. Rapat Pimpinan DPRD

Rapat Pimpinan DPRD merupakan rapat para Anggota Pimpinan DPRD yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil ketua DPRD ;

d. Rapat Fraksi

Rapat Fraksi adalah rapat anggota Fraksi yang dipimpin oleh pimpinan Fraksi; e. Rapat Konsultasi

Rapat konsultasi adalah rapat antara Pimpinan DPRD dengan Pimpinan Fraksi dan pimpinan Alat Kelengkapan DPRD yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD ; f. Rapat Badan Musyawarah

Rapat Badan Musyawarah merupakan rapat anggota Badan Musyawarah yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Badan Musyawarah;

g. Rapat Komisi

Rapat Komisi merupakan rapat anggota Komisi yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Komisi ;

h. Rapat Gabungan Komisi

Rapat gabungan Komisi merupakan rapat antar Komisi yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua DPRD ;


(34)

32 i. Rapat Badan Anggaran

Rapat Badan Anggaran merupakan rapat anggota Badan Anggaran yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Badan Anggaran ;

j. Rapat Badan Legislasi

Rapat Badan Legislasi Daerah merupakan rapat anggota Badan Legislasi Daerah yang dipimpin oleh Ketua atau Wwakil Ketua Badan Legislasi Daerah k. Rapat Badan Kehormatan

Rapat Badan Kehormatan merupakan rapat anggota Badan Kehormatan yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Badan Kehormatan ;

l. Rapat Panitia Khusus

Rapat Panitia Khusus merupakan rapat anggota Panitia Khusus yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Panitia Khusus ;

m. Rapat Kerja

Rapat kerja merupakan rapat antara DPRD dan Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atau antara Badan Anggaran, Komisi, gabungan Komisi, atau Panitia Khusus dan Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk;

n. Rapat Dengar Pendapat

Rapat dengar pendapat merupakan rapat antara DPRD dan Pemerintah Daerah ;

o. Rapat Dengar Pendapat Umum

Rapat dengar pendapat umum merupakan rapat antara DPRD dan masyarakat baik lembaga/organisasi kemasyarakatan maupun perorangan atau antara


(35)

33

Komisi, gabungan Komisi, atau panitia khusus dan masyarakat baik lembaga/organisasi kemasyarakatan maupun perorangan.

4. 2. Mekanisme Tahap Pembicaraan Dalam Rapat Paripurna

a. Peraturan Daerah

Mekanisme Rapat Paripurna dalam rangka pembahasan peraturan Daerah terdiri dari :

Pembicaraan tingkat I meliputi:

i. Dalam hal Ranperda berasal dari Kepala Daerah dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :

- Penjelasan Kepala Daerah dalam Rapat Paripurna DPRD mengenai Ranperda ;

- Pemandangan umum Fraksi terhadap Ranperda ; dan

- Tanggapan dan/atau jawaban Kepala Daerah terhadap pemandangan umum Fraksi;

ii. Dalam hal Ranperda berasal dari DPRD dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :

- Penjelasan Pimpinan Komisi, Pimpinan gabungan Komisi, Pimpinan Badan Legislasi Daerah, atau Pimpinan Panitia Khusus dalam Rapat Paripurna DPRD mengenai Ranperda ;

- Pendapat Kepala Daerah terhadap Ranperda ; dan


(36)

34

iii.Pembahasan dalam rapat Komisi, gabungan Komisi, atau Panitia Khusus yang dilakukan bersama dengan Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya.

Pembicaraan tingkat II meliputi:

i. Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPRD yang didahului dengan:

- Penyampaian laporan Pimpinan Komisi/pimpinan gabungan Komisi/Pimpinan Panitia Khusus yang berisi proses pembahasan, pendapat Fraksi dan hasil pembicaraan

- Pendapat Akhir Fraksi-fraksi; dan

- Permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan Rapat Paripurna DPRD.

ii. Sambutan Kepala Daerah.

Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak ;

Dalam hal Ranperda tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan Kepala Daerah, Ranperda tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPRD pada masa sidang yang sama.

b. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

Mekanisme Rapat Paripurna dalam rangka pembahasan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah adalah sebagai berikut :


(37)

35

- Penjelasan Kepala Daerah dalam Rapat Paripurna DPRD mengenai Rancangan APBD ;

- Pendapat Badan Anggaran

- Pemandangan Umum Fraksi terhadap Rancangan APBD; dan

- Tanggapan dan/atau jawaban Kepala Daerah terhadap Pemandangan Umum Fraksi.

ii. Pembicaraan tahap II meliputi :

Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPRD yang didahului dengan:

- Penyampaian laporan hasil pembahasan Badan Anggaran dengan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya - Pendapat Akhir Fraksi-fraksi

- Permintaan persetujuan dari Fraksi dan Anggota secara lisan oleh Pimpinan Rapat Paripurna DPRD.

- Sambutan Kepala Daerah.

4. 3. Mekanisme Kerja Menampung Aspirasi Rakyat

Dalam hal memperhatikan aspirasi dan memajukan tingkat kehidupan rakyat dengan berpegang pada program pembangunan pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan menampung aspirasi rakyat dengan mekanisme sebagai berikut :

(1) Pimpinan DPRD, Alat Kelengkapan DPRD, Anggota DPRD atau Fraksi di DPRD menerima, menampung, menyerap, dan menindaklanjuti pengaduan dan/atau aspirasi masyarakat yang disampaikan secara langsung atau tertulis


(38)

36

tentang suatu permasalahan, sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang DPRD ;

(2) Pengaduan dan/atau aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan proses administratif oleh Sekretariat DPRD dan diteruskan kepada Pimpinan DPRD, Alat Kelengkapan DPRD yang terkait, Anggota DPRD, atau Fraksi di DPRD ;

(3) Pimpinan DPRD, Alat Kelengkapan DPRD yang terkait, atau Fraksi di DPRD dapat menindaklanjuti pengaduan dan/atau aspirasi sesuai kewenangannya ; (4) Anggota DPRD dapat menindaklanjuti pengaduan dan/atau aspirasi kepada

Pimpinan DPRD, Alat Kelengkapan DPRD yang terkait, atau Fraksinya ;

(5) Dalam hal diperlukan, pengaduan dan/atau aspirasi masyarakat dapat ditindaklanjuti dengan :

a. Rapat dengar pendapat umum ; b. Rapat dengar pendapat;

c. Kunjungan kerja; atau

d. Rapat kerja Alat Kelengkapan DPRD dengan mitra kerjanya.

(6) Tata cara penerimaan dan tindak lanjut pengaduan dan/atau aspirasi masyarakat diatur oleh sekretaris DPRD dengan persetujuan Pimpinan DPRD Dalam hal penerimaan pengaduan aspirasi masyarakat atau unjuk rasa, Anggota DPRD berhak menolak untuk menerima unjuk rasa yang menyampaikan aspirasi masyarakat bila keamanan Anggota DPRD tidak terjamin dan ada indikasi rekayasa atau tidak memenuhi persyaratan Peraturan Perundang-undangan.


(39)

37

II. 5 Komposisi Alat Kelengkapan DPRD Kota Medan

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 160/4650.K/TAHUN 2009 Tentang Peresmian dan Pengangkatan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan Tanggal 9 Nopember 2009 maka dilakukan peresmian dan pengangkatan :

1. H. Denni Ilham Panggabean, SH sebagai Ketua DPRD; 2. Ikrimah Hamidy, ST sebagai Wakil Ketua DPRD;

3. Augus Napitupulu, SH sebagai Wakil Ketua DPRD; 4. H. Sabar Syamsurya Sitepu sebagai Wakil Ketua DPRD.

- Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 188.44/458/KPTS/TAHUN 2010, tanggal 21 Juli 2010 tentang Peresmian pemberhentian Saudara H. Denni Ilham Panggabean, SH dan pengangkatan Saudara Drs. H. Amiruddin sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/ janji.

5.1 Badan Musyawarah

Penyusunan Personalia Badan Musyawarah berdasarkan pertimbangan dari Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta memperhatikan surat Fraksi-fraksi DPRD Kota Medan.


(40)

38

Tabel 2.2Badan Musyawarah DPRD Periode 2013-2014

NO. N A M A JABATAN KETERANGAN

1 PARLINDUNGAN, SH, MH ANGGOTA SK No.171/2954/Kep-DPRD

2

H. DENNI ILHAM PANGGABEAN,

SH ANGGOTA /III/2014 Tentang Penetapan

3 KHAIRUDDIN SALIM ANGGOTA Personalia Komisi- Komisi 4 Drs. H. SYAMSUL BAHRI ANGGOTA Badan musyawarah, Badan 5 Dra. HJ. SRIJATI POHAN ANGGOTA Anggaran dan Badan

6 H. DIANTO, MS ANGGOTA Legislasi Dewan Perwakilan 7 MARTUA OLOAN HARAHAP, SH ANGGOTA Rakyat Daerah Kota Medan

8 H. JUMADI, S.Pd.I ANGGOTA Tahun 2013-2014

9 H. SURIANDA LUBIS, S.Ag ANGGOTA Tanggal 21 Maret 2014 10 ZUL MORADO SLAWAT SIREGAR ANGGOTA

11 PORMAN NAIBAHO, SH ANGGOTA

12 Drs. DANIEL PINEM ANGGOTA

13 ILHAMSYAH, SH ANGGOTA

14 Dra. AINAL MARDIAH ANGGOTA

15 Drs. ARIPAY TAMBUNAN, MM ANGGOTA

16 KUAT SURBAKTI, S.Sos ANGGOTA

17 JHONNY NADEAK, S.Pd ANGGOTA

18 Ir. BUDIMAN PANJAITAN ANGGOTA

19 ABDUL RANI, SH ANGGOTA


(41)

39

21 Drs. IRWANTO TAMPUBOLON ANGGOTA

22 JANLIE, SE, Ak ANGGOTA

Sumber:Memori DPRD Kota Medan 2009-2014

5.2 Badan Legislasi Daerah

Penyusunan Personalia Badan Legislasi Daerah berdasarkan pertimbangan dari Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta memperhatikan surat Fraksi-fraksi DPRD Kota Medan.

Tabel 2.3 Badan Legislasi Daerah Periode 2013- 2014

NO. N A M A JABATAN KETERANGAN

1 DAMAI YONA NAINGGOLAN ANGGOTA SK No.171/2954/Kep-DPRD 2 Drs. HERRI ZULKARNAIN, M.Si ANGGOTA /III/2014 Tentang Penetapan 3 KHAIRUDDIN SALIM ANGGOTA Personalia Komisi- Komisi

4 H. DIANTO MS ANGGOTA Badan musyawarah, Badan

5 H. SALMAN ALFARISI, S.Pd, M.Si ANGGOTA Anggaran dan Badan

6 JULIANDI SIREGAR, S.Pd, M.Si ANGGOTA Legislasi Dewan Perwakilan 7 PORMAN NAIBAHO, SH ANGGOTA Rakyat Daerah Kota Medan 8 Dra. AINAL MARDIAH ANGGOTA Tahun 2013-2014

9 Drs. ARIPAY TAMBUNAN, MM ANGGOTA Tanggal 21 Maret 2014 10 Ir. BUDIMAN PANJAITAN ANGGOTA

11

Ir. AHMAD PARLINDUNGAN,

M.Si ANGGOTA

12 Drs. IRWANTO TAMPUBOLON ANGGOTA Sumber:Memori DPRD Kota Medan 2009-2014


(42)

40 5.3 BADAN ANGGARAN

Penyusunan Personalia Badan Anggaran berdasarkan pertimbangan dari Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta memperhatikan surat Fraksi-fraksi DPRD Kota Medan.

Tabel 2.4Badan Anggaran Periode 2013- 2014

NO. N A M A JABATAN KETERANGAN

1 Drs. HERRI ZULKARNAIN, M.Si ANGGOTA SK No.171/2954/Kep-DPRD

2 A HIE, SH ANGGOTA /III/2014 Tentang Penetapan

3 BURHANUDDIN SITEPU, SH ANGGOTA Personalia Komisi- Komisi

4

Ir. MUHAMMAD FAISAL

NASUTION ANGGOTA Badan musyawarah, Badan

5

PARLAUNGAN SIMANGUNSONG,

ST ANGGOTA Anggaran dan Badan

6 IRWAN SIHOMBING, SE ANGGOTA Legislasi Dewan Perwakilan 7 Ir. YAHYA PAYUNGAN LUBIS ANGGOTA Rakyat Daerah Kota Medan 8 DAMAI YONA NAINGGOLAN ANGGOTA Tahun 2013-2014

9 JULIANDI SIREGAR, S.Pd,M.Si ANGGOTA Tanggal 21 Maret 2014 10 H. MUSLIM MAKSUM YUSUF, Lc ANGGOTA

11 H. SALMAN ALFARISI, Lc, MA ANGGOTA

12 HASYIM, SE ANGGOTA

13 Drs. ROMA P SIMARE-MARE ANGGOTA 14 FERDINAN L. TOBING, SE ANGGOTA 15 CP. NAINGGOLAN, SE, MAP ANGGOTA


(43)

41

16 H. AHMAD ARIF, SE, MM ANGGOTA

17 H.T BAHRUMSYAH, SH ANGGOTA

18 LANDEN MARBUN, SH ANGGOTA

19 Drs. PAULUS SINULINGGA ANGGOTA

20

Ir. H. AHMAD PARLINDUNGAN,

M.Si ANGGOTA

21 BANGKIT SITEPU ANGGOTA

22 Dra. LILY, MBA, MH ANGGOTA

23 Drs. GODFRIED EFFENDI LUBIS ANGGOTA

24 Ir. JULIAMAN DAMANIK ANGGOTA

Sumber:Memori DPRD Kota Medan 2009-2014

5.4 Badan Kehormatan

Penetapan Badan Kehormatan DPRD Kota Medan sebagai alat kelengkapan DPRD sesuai dengan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Tabel 2.5Badan Kehormatan Periode 2013- 2014

NO. N A M A JABATAN KETERANGAN

1 H. MUSLIM M. YUSUF, Lc KETUA

SK No.171/3756 Tentang Penetapan Komposisi

2

Ir. YAHYA PAYUNGAN LUBIS

WAKIL KETUA

Anggota Badan Kehormatan Dewan Perwakilan


(44)

42 3

Drs. ROMA P

SIMARE-MARE ANGGOTA Rakyat Daerah Kota Medan Tahun 2014 4 ILHAMSYAH, SH ANGGOTA Tanggal 28 April 2014

5 Ir. JULIAMAN DAMANIK ANGGOTA

Sumber:Memori DPRD Kota Medan 2009-2014

5.5 Komisi DPRD Kota Medan

Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRDD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD kota Medan BAB VII Pasal 50

Komisi-komisi dalam DPRD terdiri dari: I. Komisi A : Bidang Pemerintahan II. Komisi B : Bidang Kesejahteraa Rakyat

III. Komisi C : Bidang Keuangan dan Perekonomian IV. Komisi D : Bidang Pembangunan

Pembagian mitra kerja

I. Komisi A : Bidang Pemerintahan meliputi: Sekretariat Daerah Bagian admnistrasi Pemerintahan Umum, Humas, Hubungan antar Daerah, Bagian Hukum, Bagian Organisasi Tata Laksana, Sekretariat DPRD, Dinas Kependudukan dan catatan Sipil, Dinas Komunikasi dan Informatika, BAPPEDA, Badan Penelitian dan Pengembangan, Badan Kesbang Linmas, Badan Ketahanan Pangan, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Pelayanan


(45)

43

Perizinan Terpadu, Akntor Arsip, Kantor Pendidikan dan Pelatihan, Kantor Sandi Daerah, Kecamatan, Kelurahan, KPUD, Pertanahan, Kehakiman, Kejaksaan, TNI dan Kepeolisian, NANKAM, Maritim, Organisasi Masyarakat, Imigrasi atau Lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh Pimpinan DPRD.

Tabel 2.6 Daftar Nama Anggota DPRD Komisi A periode 2013-2014

NO. N A M A JABATAN FRAKSI KETERANGAN

1

BURHANUDDIN SITEPU,

SH ANGGOTA Demokrat

SK No.171/2502/Kep-DPRD

2 PARLINDUNGAN, SH ANGGOTA Demokrat

/III/2013 Tentang Penetapan

3

DAMAI YONA

NAINGGOLAN ANGGOTA Demokrat

Personalia Komisi- Komisi

4 KHAIRUDDIN SALIM ANGGOTA Demokrat

Badan musyawarah, Badan

5

JULIANDI SIREGAR,

S.Pd,M.Si ANGGOTA PKS Anggaran dan Badan

6 PORMAN NAIBAHO, SH ANGGOTA PDI-P

Legislasi Dewan Perwakilan

7 FERDINAND L. TOBING, SE ANGGOTA Golkar

Rakyat Daerah Kota Medan

8

Drs. ARIPAY TAMBUNAN,


(46)

44

9 JHONNY NADEAK, S.Pd ANGGOTA PDS Tanggal 21 Maret 2013

10 BANGKIT SITEPU ANGGOTA PPP

11 DRA. LILY, MBA, MH ANGGOTA FMB

Sumber: Memori DPRD Kota Medan 2009-2014

II. Komisi B : Bidang Kesejahteraa Rakyat, meliputi; Sekretariat Daerah Bagian Administrasi bagian Agama dan Pendidikan, Bagian administrasi Kemasyarakatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Pemuda dan Olah Raga, BAPPEDA, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, Dinas Kesehatan, RSU Pirngadi, Badan Narkotika Medan, Kantor Perpustakaan, Lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh Pimpinan DPRD.

Tabel 2.7 Daftar Nama Anggota DPRD Komisi B periode 2013-2014

NO. N A M A JABATAN FRAKSI KETERANGAN

1 Dra. Hj. SRIJATI POHAN ANGGOTA Demokrat

SK No.171/2502/Kep-DPRD

2 Drs. H. SYAMSUL BAHRI ANGGOTA Demokrat

/III/2013 Tentang Penetapan

3

Ir. YAHYA PAYUNGAN

LUBIS ANGGOTA Demokrat

Personalia Komisi- Komisi


(47)

45

Lc.MA Badan

5 H. SURIANDA LUBIS, S.Ag ANGGOTA PKS Anggaran dan Badan

6

Drs. ROMA P.

SIMARE-MARE ANGGOTA PDI-P

Legislasi Dewan Perwakilan

7 Dra. AINAL MARDIAH ANGGOTA Golkar

Rakyat Daerah Kota Medan

8 H.T BAHRUMSYAH, SH ANGGOTA PAN Tahun 2013-2014 9 Drs. PAULUS SINULINGGA ANGGOTA PDS Tanggal 21 Maret 2013

10

Drs. MUHAMMAD YUSUF,

S.PdI ANGGOTA PPP

11 Ir. JULIAMAN DAMANIK ANGGOTA FMB Sumber: Memori DPRD Kota Medan 2009-2014

III. Komisi C : Bidang Keuangan dan Perekonomian meliputi; Sekretariat Daerah Bagian administrasi perekonomian, Bagian Keuangan, Bagian kelengkapan dan Aset, Bagian Umum, Dinas Koperasi UMKM, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perindustru\ian dan Perdagangan, Dinas Pendapatan, Inspektorat Daerah, BAPPEDA, Badan Perizinan Pelayanan Terpadu, Kantor Penanaman Modal, Pelayanan Daerah, PLN, Pertamina, BULOG, Perbankan, Perusahaan Patungan, PMA, PMD, Dunia Usaha, BPK, BPKP, dan Lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh Pimpinan DPRD.


(48)

46

Tabel 2.8 Daftar Nama Anggota DPRD Komisi C periode 2013-2014

NO. N A M A JABATAN FRAKSI KETERANGAN

1 A HIE, SH ANGGOTA Demokrat

SK No.171/2502/Kep-DPRD

2 H. DIANTO MS ANGGOTA Demokrat

/III/2013 Tentang Penetapan

3

Drs. HERRI ZULKARNAIN,

M.Si ANGGOTA Demokrat

Personalia Komisi- Komisi

4

MARTUA OLOAN

HARAHAP ANGGOTA Demokrat

Badan musyawarah, Badan

5 ZUL MORADO SIREGAR ANGGOTA PKS Anggaran dan Badan

6 HASYIM, SE ANGGOTA PDI-P

Legislasi Dewan Perwakilan

7 ILHAMSYAH, SH ANGGOTA Golkar

Rakyat Daerah Kota Medan

8 KUAT SURBAKTI ANGGOTA PAN Tahun 2013-2014

9 Ir. BUDIMAN PANJAITAN ANGGOTA PDS Tanggal 21 Maret 2013

10 ABDUL RANI, SH ANGGOTA PPP

11

Drs. IRWANTO

TAMPUBOLON ANGGOTA FMB


(49)

47

IV. Komisi D : Bidang Pembangunan, meliputi; Sekretariat Daerah Bagian administrasi pembangunan, administrasi Sumber daya alam, Dinas Perhubungan, Dinas Bima Marga, Dinas Perumahan dan Pemukiman, Dinas Tata Ruang Tata Bangunan, Dinas Pertamanan, Dinas Kebersihan, Dinas Pemadam Kebakaran, Dinas Pertanian dan Kelautan, BAPPEDA, Badan Perizinan Pelayanan Terpadu, dan Lembaga lain yang dianggap mitra kerja oleh Pimpinan DPRD.

Tabel 2.9 Daftar Nama Anggota DPRD Komisi D periode 2013-2014

NO N A M A JABATAN FRAKSI KETERANGAN

1 CP. NAINGGOLAN, SE, MAP KETUA Golkar

SK

No.171/2508/Kep-DPRD

2 LANDEN MARBUN, SH WK. KETUA PDS

/III/2013 Tentang Penetapan

3 Drs. DANIEL PINEM SEKRETARIS PDI-P

Komposisi

Personalia Komisi-

4 PARLAUNGANMANGUNSONG,ST ANGGOTA Demokrat

Komisi, Badan musyawarah,

5 IRWAN SIHOMBING, SE ANGGOTA Demokrat

Badan Anggaran dan Badan

6 Ir. H. MUHAMMAD NASUTION ANGGOTA Demokrat

Legislasi Dewan Perwakilan


(50)

48

Kota Medan 8 H. MUSLIM MAKSUM YUSUF, Lc ANGGOTA PKS Tahun 2013-2014

9 H. JUMADI, S.Pd.I ANGGOTA PKS

Tanggal 21 Maret 2013

10 H. AHMAD ARIEF, SE, MM ANGGOTA PAN

11 Ir. H. AHMAD PARLINDUNG M.Si ANGGOTA PPP

12 JANLIE, SE, Ak ANGGOTA FMB

13 Drs. GODFRIED EFFENDI LUBIS ANGGOTA FMB Sumber: Memori DPRD Kota Medan 2009-2014


(51)

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menguraikan kedudukan legislatif daerah atau dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau disingkat DPRD dalam setiap UU atau peraturan yang berlaku selama ini merupakan panorama yang menarik. Dalam kurun waktu 46 tahun telah terjadi pergeseran kedudukan Pemerintah daerah dan DPRD yang cukup fundamental. Perubahan ketentuan kedudukan DPRD dari satu peraturan ke peraturan lainnya sangat signifikan dan selalu merupakan perubahan total, dan terkadang isi ketentuan tersebut kembali atau mendekati kembali kepada apa yang telah diatur sebelumnya tetapi digeser atau ditiadakan oleh peraturan penggantinya. Dalam setiap setiap perubahan UU yang mengatur tentang pemeritahan daerah, yang otomatis ikut mengatur tentang kedudukan DPRD, titik sentralnya ialah tentang peranan dan ruang lingkup tugas dan hak DPRD serta peranan ketua DPRD dikaitkan dengan peranan pemerintah daerah.1

Dalam setiap perubahan UU tersebut mengacu tentang upaya kemandirian tiap daerah untuk mampu berdiri sendiri dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tiap-tiap daerah. Kemudian ini menggeser tentang bagaimana konsep sentralisasi selama ini dengan membangun kekuatan tiap-tiap daerah untuk mampu bersaing dengan daerah lainnya. Seiring dengan reformasi politik dan

1


(52)

2

administrasi, terbitnya Undang-undang Pemerintahan Daerah Nomor 22/1999, memindahkan urusan dan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah menyebabkan perubahan sangat besar dalam tata hubungan pemerintah pusat-daerah. Titik berat desentralisasi pada level pemerintah kabupaten/kota meredusir pola kekuasaan berpangku pada pemerintah provinsi. Permasalahan demi permasalahan muncul seiring dengan merebaknya semangat,euphoria,suka cita pemerintah kabupaten/kota menikmati setiap sisi potensial kekayaan alamnya tanpa berpikir bahwa sumber daya alam akan habis suatu waktu, memperluas kewenangannya walaupun untuk itu harus bersinggungan dengan kewenangan daerah lain. Permasalahan tersebut tidaklah belum pelik bila kita telisik lebih jauh, bahwa titik permasalahan paling krusial adalah desentralisasi belum dapat menjamin kesejahteraan rakyat di daerah. Namun demikian, persoalan desentralisasi di masa kini tidaklah khas karena di masa lalu, tepatnya pada periode masa pemerintahan transisi dari Republik Indonesia Serikat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.2

Pemerintah lokal sebagai lembaga yang mengelola urusan – urusan yang berkenaan dengan pelayanan publik. Pelayanan itu dapat dijalankan dengan perumusan dan pelaksanaan pelayanan publik. Perumusan dilaksanakan oleh lembaga legislatif dan pelaksanaan oleh eksekutif. Sebuah kebijakan publik biasanya diawali dengan pengambilan keputusan yang esensinya mewakili kepentingan orang banyak. Hal ini dapat kita kita tinjau ketika perumusan tersebut didkukung oleh mayoritas.

2


(53)

3

Kebijakan publik adalah output yang paling nyata dan yang paling utama dari setiap sistem politik dan kebijakan publik.3

Dalam konsep sebuah negara, selain komponen fisik tentang batasan wilayah dan pengakuan kedaulatan dari negara lain, terdapat dua komponen lain yang menjadi prasyarat berdirinya satu negara. Kedua komponen tersebut adalah rakyat dan pemerintah. Pemerintah dalam arti paling dasar diterjemahkan sebagai sekumpulan orang yang memiliki mandat yang absah dari rakyat untuk menjalankan wewenangnya dalam urusan pemerintahan. Disini terdapat hubungan kontrak sosial antara rakyat sebagai pemberi mandat dan pemerintah sebagai pelaksana mandat.4

Pemerintah adalah institusi yang menyelenggarakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif untuk mengatur urusan negara di setiap tingkatan. Pemerintahan merupakan mekanisme yang kompleks, yang melibatkan proses dan institusi sebagai wahana warga dan kelompok masyarakat mengartikulasikan kepentingan, menjalankan hak dan kewajiban, dan memediasi perbedaan-perbedaan. Dalam perspektif ini pemerintah mencakup seluruh metode membagikan kekuasaan dan mengatur sumber daya dan masalah publik. Pemerintah yang baik akan akan mengalokasikan sumber daya dan masalah publik secara efisien, memperbaiki kegagalan pasar (market failure), menyusun peraturan yang efektif dan menyediakan kebutuhan publik yang tidak disuplai oleh pasar.5

3

P. Athonius Sitepu, 2012. Teori – Teori Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 6

4

Bayu Suryaningrat,1992. Mengenal Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Rineke Cipta, hal 9

5

Dede Mariana & Caroline Paskarina,2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi, Yogyakarta : Graha Ilmu, hal 157

Pemerintahan berkenaan dengan sistem, fungsi, cara, perbuatan, kegiatan, urusan, atau tindakan memerintah yang


(54)

4

dilakukan atau diselenggarakan atau dilaksanakan oleh pemerintah. Eksekutif adalah cabang kekuasaan dalam negara yang melaksanakan kebijakan publik (kenegaraan dan atau pemerintahan) melalui peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif maupun atas inisiatif sendiri.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah salah satu lembaga yang mewakili seluruh lapisan masyarakat dalam pemerintahan. Namun dalam realitanya selama ini, dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai wakil rakyat belum bisa memberikan sumbangsih yang begitu maksimal terhadap kepentingan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kenyataan bahwa seringnya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan atau diputuskan oleh pemerintah bersama DPRD sama sekali tidak memihak terhadap kepentingan masyarakat ataupun tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Fungsi pengawasan merupakan fungsi manejemen yang penting yaitu untuk menunjang kelancaran pelaksanaan program pembangunan nasional, sehingga diharapkan dengan pelaksanaan pengawasan yang efektif akan terwujud tujuan yang dikehendaki. Peranan pengawasan di dalam pelaksanaan pembangunan adalah untuk mendeteksi secara dini terhadap berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. Berawal dari ungkapan tersebut di atas maka fungsi pengawasan patut mendapatkan perhatian demi terselenggaranya pemerintahan yang baik dan bersih.

Pengawasan merupakan bagian penting dari proses penyelenggaraan pemerintahan. Tanpa adanya fungsi kontrol, kekuasaan dalam sebuah Negara akan berjalan sesuai kehendak dan interpretasi pemegang kekuasaan (power maker). Dalam kondisi demikian, aspirasi masyarakat sebagai pemegang kedaulatan relatif


(55)

5

terabaikan. Dalam hal ini, masyarakat dapat melakukan proses litigasi (penyelesaian sengketa tata pemerintahan) yang diselesaikan melalui proses pengadilan. Di sisi lain adanya freies ermessen atau descreationarie (wewenang yang diberikan kepada pemerintah untuk mengambil tindakan guna menyelesaikan suatu masalah penting yang mendesak, tiba-tiba dan belum ada peraturannya) banyak menimbulkan sengketa antara pemerintah dengan masyarakat, utamanya dalam dikeluarkannya suatu keputusan. Untuk meminimalisasasi penyimpangan yang dilakukan pemerintah (eksekutif), maka dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah perlu diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Bentuk pengawasan yang dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah pengawasan politik yaitu pengawasan yang dilakukan oleh lembaga legistalif (DPRD) terhadap lembaga eksekutif (kepala daerah, wakil kepala daerah, beserta perangkat daerah) yang lebih bersifat kebijakan strategis dan bukan pengawasan teknis maupun administrasi, sebab Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga politik. Berdasarkan fungsi, tugas, wewenang dan hak yang dimiliki Dewan Perwakilan Daerah (DPRD), diharapkan DPRD mampu memainkan perannya secara optimal mengemban fungsi kontrol terhadap pelaksanaan peraturan daerah. Tujuannya adalah terwujudnya pemerintahan daerah yang efisien, bersih, berwibawa dan terbebas dari berbagai praktek yang berdedikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).6

Berdasarkan undang – undang nomor 27 tahun 2009 pasal 341, DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur

6


(56)

6

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Fungsinya adalah antara lain membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah yang disebut fungsi legislasi, menyusun dan menetapkan APBD bersama pemerintah daerah yang didalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan, fungsi, tugas, dan wewenang DPRD yang disebut dengan fungsi anggaran, dan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, Peraturan Daerah, keputusan kepala daerah,atau kebijakan yang ditetapkan pemerintah daerah yang dikenal sebagai fungsi pengawasan. Fungsi pengawasa ini dilaksanakan oleh DPRD melalui rapat kerja maupun rapat dengar pendapat. Apabila dipandang perlu DPRD membentuk panitia khusus untuk membahas secara mendalam terhadap suatu permasalahan.

Dalam kenyataan sehari-hari fungsi lembaga DPRD itu biasa disebut sebagai lembaga legislatif. Namun Fungsi utama DPRD adalah untuk mengontrol jalannya pemerintahan di Daerah. Sedangkan fungsi legislatif, posisi DPRD bukanlah aktor yang dominan. Pemegang kekuasaan yang dominan dibidang itu tetap kepala daerah. Bahkan dalam UU.22/1999 kepala daerah diwajibkan mengajukan rancangan peraturan daerah dan menetapkannya menjadi peraturan daerah dengan perseujuan DPRD. Artinya DPRD itu bertindak sebagai lembaga pengendali atau pengontrol yang dapat menyetujui atau menolak atau menyetujui dengan perubahan-perubahan tertentu, dan sekali-sekali dapat mengajukan usul inisiatif sendiri mengajukan rancangan peraturan daerah.

Melihat bahwa DPRD memiliki fungsi sebagai lembaga pengontrol atau pengawas terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah, serta pendidikan merupakan hal penting sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik


(57)

7

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa “Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Maka DPRD mempunyai fungsi dan wewenang untuk melihat bagaiamana penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara kontinyu dan berkala dengan mengembangkan setiap aspek-aspek yang menunjang penerapan pendidikan berjalan optimal di daerah.

Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa lembaga parlemen itu adalah lembaga politik. Sifat lembaga politik itu tercermin dalam fungsinya untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Sesuai fungsinya sebagai lembaga pengawasan politik yang kedudukannya sederajat dengan pemerintah daerah, maka DPRD juga diberi hak untuk melakukan amandemen dan penolakan terhadap rancangan perda yang diajukan pemerintah apabila perlu. Bahkan DPRD juga diberi hak untuk mengambl inisiatif sendiri guna merancang dan mengajukan rancangan sendiri kepada pemerintah.7

Dengan demikian sudah seharusnya semua anggota DPRD untuk meningkatkan perannya sebagai wakil rakyat yang secara aktif mengawasi jalannya pemerintahan daerah dengn sebaik-baiknya. Instrumen yang dapat digunakan untuk itu adalah segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan rencana angaran yang ditetapkan dan disepakati bersama. Yang mana sudah tentu untuk melaksanakan

7

Isbodroini, Dalam Syamsuddin Haris (Edt.). Desentralisasi. Demokratisasi dan Akuntanbilitas Pemerintah Daerah, 2011, Jakarta: Gramedia Hal.34


(58)

8

tupoksi DPRD. Termasuk fungsi legislasi dan anggaran. Setiap anggota DPR juga dapat mengangkat seseorang atau beberapa tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugasnya.

Terkait peran DPRD kota Medan sebagai badan pengawas penyelenggara pemerintahan harus dilakukan secara bertanggung jawab. Artinya pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dituntut secara profesional. Dalam menjalankan tugasnya, pengawas pemerintahan harus sadar untuk tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga pada kebenaran dan kewajaran dalam proses pencapaiannya. Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bertanggung jawab dan transparan akan menumbuhkan rasa percaya masyarakat pada pemerintah daerah.

Dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik di suatu daerah, penyelenggara pemerintahan dituntut harus mengelola sumber daya seefektif dan seefisien mungkin. Efektif berarti setiap upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan. Efisien artinya pemerintah daerah harus bersikap rasional dengan mempertimbangkan dari setiap sumber daya yang dipakai. Dengan praktek yang baik dari konsep efekti dan efisien tersebut, pemerintah daerah dapat berharap banyak akan sebuah tata kepemerintahan yang baik di daerahnya.

Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia, baik secara luas wilayah, komposisi penduduk, kondisi ekonomi dan faktor lainnya. Tentunya sebagai sebuah wilayah yang cukup luas, pemerintah DPRD kota Medan memiliki tugas dan tanggung jawab yang cukup besar dalam mengelola sistem pemerintahan di daerah. Kota Medan memiliki hampir segala potensi yang dibutuhkan untuk menjadi


(59)

9

kotamadya yang maju dan sejahtera. Oleh karena itu dibutuhkan pemerintahan yang dapat memaksimalkan potensi tersebut. Hal yang tidak dapat dikesampingkan adalah adanya peran DPRD kota Medan dalam memahami pemerintahan di kota Medan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti dan mengangkat judul “Politik Lokal: Peran DPRD Kota Medan terhadap kinerja Pemerintah Kota Medan Dalam Bidang Pendidikan Tahun 2012 “.

I. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : “Bagaimana peran DPRD Kota Medan terhadap pengawasan kinerja Pemerintah Kota Medan dalam bidang pendidikan tahun 2012?”.

I. 3. Pembatasan Masalah

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan adanya pembatasan masalah terhadap masalah yang akan diteliti. Penulis perlu membuat pembatasan masalah juga agar hasil penelitian yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai menjadi karya tulis yang sistematis. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini terbatas pada pengkajian peran DPRD kota medan sebagai lembaga legislatif dalam mewujudkan pendidikan yang baik di Kota Medan berdasarkan peran pengawasan terhadap kinerja pemerintah kota medan.


(60)

10 I. 4 . Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :.

1. Melihat bagaimana mekanisme DPRD Kota Medan dalam mengawasi kinerja pemerintah Kota Medan dalam bidang pendidikan tahun 2012. 2. Menjelaskan hambatan dan solusi terhadap penerapan kinerja

pemerintah Kota Medan tahun 2012

I. 5 . Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu penegetahuan. Adapaun yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman tentang peran pengawasan.

2. Secara kelembagaan, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada Penyelenggara pemerintahan (DPRD kota Medan) dalam mewujudkan pemerintahan yang tranparansi, efektif dan efisien.

3. Bagi penulis sendiri, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam menulis sebuah karya ilmiah.


(61)

11 I. 6 . Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan kerangka teori sebagai landasan atau pedoman berpikir. Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi defenisi dan proposis untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. Ringkasnya, teori adalah hubungan suatu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan fenomena tertentu.8 Konsep merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Atau konsep adalah suatu kata atau lambangyang menggambarkan kesamaan-kesamaan dalam berbagai gejala walaupun berbeda.9

Dalam menyoroti politik lokal perlu dipakai kerangka konseptual tentang sistem politik. Sistem politik itu sendiri merupakan pendekatan baru yang dipakai oleh para ahli ilmu sosial dalam meneliti fenomena sosial, khususnya fenomena politik. Dikatakan baru karena sebelumnya para ahli menggunakan terminologi seperti negara dan bangsa dalam mengadakan penelitian tentang gejala-gejala politik. Almond and Powel dalam bukunya mengatakan bahwa “One of the basic units of political system, then is the political role. We refer to particular sets of roles which are related to one another as structures”

.

I. 6. 1. Teori Politik Lokal

10

8

Masri Singarimbun & Sofian Effendi,1989. Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES, hal 37

9

Rianto Adi,2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit, hal 27

10

Almond & Powell. 1966. Comparative Politics, A Developmental Approach. Little Brown: Boston, Hal: 21


(62)

12

peran-peran yang berinteraksi dan berkaitan. Himpunan dari peran-peran itu membentuk struktur di dalam suatu sistem politik. Dalam melakukan atau memainkan suatu peran terjadilah aktivitas-aktivitas yang dapat dilihat dan dianalisa sebagai sebuah struktur.

Peranan dari DPRD dalam politik lokal dapat dilihat dari fungsinya yaitu: legislasi, budgeting, pengawasan dan fungsi-fungsi lainnya. Melalui fungsi-fungsi legislatif yang dimiliki DPRD dapat diarahkan untuk mempengaruhi proses penyusunan rencana pembangunan dan anggaran sehingga dapat membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat, kinerja pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi.

Meskipun secara teoritis dan konstitusional DPRD memiliki peranan sendiri yang berbeda dengan peranan yang dimainkan oleh pemerintah daerah, namun secara politik baik pemerintah daerah maupun DPRD memiliki tanggung jawab yang sama. Keduanya adalah representasi kekuatan masyarakat, memiliki kedaulatan yang didapat melalui prosedur demokrasi yang pada gilirannya harus dipertanggung jawabkan melalui mekanisme pemilu. Dalam era demokrasi yang mendorong kompetisi, keberhasilan daerah tidak lain adalah keberhasilan kolektif suatu daerah atau masyarakat lokal yang diperbandingan dengan masyrakat derah lainnya. Pada satu tahap, demokrasi lokal merupakan persaingan kekuatan sosial politik atau elit politik lokal dalam memanfaatkan peluang politik yang tersedia, namun pada tahap kedua demokratisi lokal merupakan keberhasilan kolektif semua elemen politik suatu daerah semua elemen politik suatu daerah dihadapkan pada system politik di daerah lainnya.


(63)

13 1.6.2. Konsep Pengawasan

Berbagai fungsi manajemen politik dilaksanakan oleh para pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling) menurut Griffin. Keempat fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer secara berkesinambungan, sehingga dapat merealisasikan tujuan organisasi. Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Konsep pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Pengawasan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. Defenisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem,dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. 11

Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan– penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut

11

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah di Indonesia, 2002, Raja Grafindo Persada : Jakarta. Hal 12.


(64)

14

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi. Sedangkan menurut Maringan pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.

Selain itu menurut Dessler menyatakan bahwa pengawasan (Controlling) merupakan penyusunan standard seperti kuota penjualan, standar kualitas, atau level produksi; pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja aktual dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; mengadakan tindakan korektif yang diperlukan Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan- kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas- tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target dalam pemerintahan tercapai.12

12

Devas, Nick, dkk. 1987. Keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia . Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Hal 12.


(1)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT POLITICS

DODY DESMOND (090906040)

Parliament’s Role on The Medan Goverment Performance Monitoring in The Field of Education in 2012

Details of the contents thesis, 76 pages, 16 books, 2 journals, 7 internet sites. (The range of books from the year 1966 to 2012)

ABSTRACT

This study tried to describe and analyze the facts about the role of the DPRD Medan Against Performance Monitoring Medan City Government in the Field of Education 2012. The purpose of the study is to describe how the mechanism DPRD Medan in Medan city government oversight in the field of education in 2012. As well as describes the barriers and solutions to the implementation of the government's performance in Medan in 2012. The data used in this study comes from interviews, books, documents and internet DPRD Medan City. The analytical method used in this research is descriptive qualitative

These results indicate that the oversight function of Parliament is very important in the process of local government performance, especially in the city of Medan. Through supervisory board, the executive as the executor of the policy will be spared from a variety of irregularities and fraud, the results of supervisory board will take action refinement improve the implementation of the policy. supervision of Parliament will be able to provide the most effective protection against the executive in the administration of government bureaucracy run optimally.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa karena penulis diberikan waktu, pikiran, kesehatan, dan kekuatan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan judul skripsi “Peran Dprd Kota Medan Terhadap Pengawasan Kinerja Pemerintahan Kota Medan Dalam Bidang Pendidikan Tahun 2012’’. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ilmu Politik pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman menulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini,dengan secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Badaruddin,M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Antonius Sitepu , selaku sekretaris Departemen ilmu Politik FISIP USU.

4. Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, Msi. , selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga membimbing penulis serta member dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh staf pegawai Departemen Ilmu Politik FISIP USU yang telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi.


(3)

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

7. Terimakasih saya kepada kedua orang tua saya Bapak Paimar Siboro dan Ibu Rosmani Manik untuk segala perjuangannya dan pengorbananya untuk dapat menyelesaikan perkuliahan saya.

8. Terimakasih saya kepada saudara saya Bapak Qino Siboro, Bapak Ir. Jhon Manik, Ibu Else Manik dan seluruh anggota keluarga lain yang telah senantiasa membantu saya selama masa perkuliahan di Kota Medan ini.

9. Terimakasih kepada sahabat saya Leonard Varera Tampubolon, Albert Simamora, Abdul Halim Sembiring, Andi Samosir, Samran Simbolon, Julwandri Munthe, Hebron Sitanggang, Ian Pasaribu, Fredy Purba, Ben Rumapea dan seluruh sahabat saya yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan morilnya dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahannya.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Medan, 06 Januari 2016


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 10

I.3 Pembatasan Masalah ... 10

I.4 Tujuan Penelitian ... 11

I.5 Manfaat Penelitian ... 11

I.6 Kerangka Teori ... 12

6.1 Teori Politik Lokal ... 12

6.2 Konsep Pengawasan ... 14

6.2.1 Jenis Pengawasan ... 17

I.7 Metodologi Penelitian ... 18

7.1 Metode Penelitian ... 18

7.2. Jenis Penelitian ... 19

7.3. Teknik Pengumpulan Data ... 19

7.4. Teknik Analisis Data ... 20

I.8. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL DPRD MEDAN II.1 Sejarah DPRD Kota Medan ... 23


(5)

II.3 Susunan DPRD Kota Medan ... 28

II.4 Mekanisme Kerja DPRD kota Medan ... 32

4.1 Jenis Rapat DPRD ... 33

4.2 Mekanisme Tahap Pembicaraan Dalam Rapat Paripurna .... 38

4.3 Mekanisme Kerja Menampung Aspirasi Rakyat ... 41

II.5 Komposisi Alat Kelengkapan DPRD Kota Medan ... 43

5.1 Badan Musyawarah ... 44

5.2 Badan Legislasi Daerah ... 46

5.3 Badan Anggaran ... 47

5.4 Badan Kehormatan ... 48

5.5 Komisi DPRD Kota Medan ... 49

BAB III PEMBAHASAN III.1Fungsi Pengawasan DPRD ... 55

III.2 Mekanisme Pengawasan DPRD Kota Medan ... 56

III.3 Program dan Kegiatan Pemerintah dalam Bidang Pendidikan tahun 2012 ... 60

III.4 Realisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan ... 62

III.5 Pelaksanaan Pengawasan pendidikan DPRD Kota Medan tahun 2012 ... 65

III.6 Indikator Pengukuran Kerja DPRD Kota Medan ... 68

6.1 Responsivitas (Responsiviness) ... 68

6.2 Responsibilitas (Responsibility) ... 70

6.3 Akuntabilitas (Accountability) ... 71

III.7 Sanksi DPRD Kota Medan Atas Pelanggaran Pengawasan ... 71

BAB IV PENUTUP VI.1 Kesimpulan ... 75


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Susunan DPRD Kota Medan ... 28

Tabel 2.2 Badan Musyawarah DPRD Periode 2013-2014 ... 44

Tabel 2.3 Badan Legislasi Daerah Periode 2013- 2014 ... 46

Tabel 2.4 Badan Anggaran Periode 2013- 2014 ... 47

Tabel 2.5 Badan Kehormatan ... 49

Tabel 2.6 Daftar Nama Anggota DPRD Komisi A periode 2013-2014…. ... 50

Tabel 2.7 Daftar Nama Anggota DPRD Komisi B periode 2013-2014…. 51

Tabel 2.8 Daftar Nama Anggota DPRD Komisi C periode 2013-2014…. 53