Responsibilitas Responsibility Akuntabilitas Accountability

63 menjadi sebuah peraturan daerah. DPRD Kota Medan sebagai badan legislatif yaitu yang berfungsi merancang ataupun mengesahkan sebuah peraturan daerah ataupun kebijakan belum sepenuhnya mempergunakan haknya didalam merancang sebuah peraturan daerah ataupun sebuah kebijakan guna menangani tuntutan kebutuhan dan kepentingan serta aspirasi-aspirasi masyarakat.

6.2. Responsibilitas Responsibility

Indikator pengukuran kinerja DPRD Kota Medan pada periode tahun 2012 yaitu Responsibilitas yang menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijaksanaan organisasi baik yang implisit maupun yang eksplisit. Kinerja DPRD dapat dinilai melalui indikator responsibilitas dengan melihat apakah fungsi- fungsi DPRD dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan- peraturan yang berlaku, maka dengan begitu kinerja DPRD akan dinilai semakin baik apabila fungsi-fungsi dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan- peraturan yang berlaku yaitu peraturan-peraturan yang mengatur DPRD disusun di dalam himpunan peraturan, dan keputusan DPRD. Berdasarkan hasil temuan dan pengamatan penulis mengenai kinerja DPRD Kota Medan pada periode tahun 2012 melalui indikator pengukuran kinerja yaitu responsibilitas masih terbilang masih rendah. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh anggota DPRD dalam menjalankan dan melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat, terlebih lagi dengan banyaknya anggota DPRD Kota Medan yang tersangkut kasus hukum. 64

6.3. Akuntabilitas Accountability

Melihat bagaimana kinerja DPRD Kota Medan pada periode tahun 2012 melalui indikator pengukuran kinerja yaitu Akuntabilitas Accountability. Akuntabilitas akan diukur dari segi pertanggungjawabannya sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah yaitu mampu bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga masyarakat memilih anggota DPRD tersebut kembali pada periode berikutnya karena dinilai telah baik mengemban tugasnya sebagai wakilnya. Berdasarkan hasil temuan dan pengamatan penulis, kinerja DPRD yang diukur melalui indikator pengukuran kinerja yaitu akuntabilitas masih jauh dari yang diharapkan. Hal itu dapat dilihat dari kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap DPRD sebagai wakil mereka dalam memperjuangkan kebutuhan, kepentingan serta aspirasi-aspirasi masyarakat. III.5 Sanksi DPRD Kota Medan Atas Pelanggaran Pengawasan Sebagai unsur penyelenggara pemerintah di daerah, DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Tugas dan wewenang pengawasan DPRD secara khusus tercantum dalam UU No 32 Tahun 2004 pasal 24 ayat 1C yang berbunyi : “ DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundangundangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah”. Mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh eksekutif. DPRD menggunakan hak dan 65 kewenangan seperti hak penyelidikan, hak meminta keterangan, hak bertanya, dan hak menyatakan pendapat, dengan keseluruhan mekanisme yang diatur oleh peraturan tata tertib dewan. Pengawasan bertujuan untuk mengembangkan kehidupan demokrasi, menjamin keterwakilan rakyat dan daerah dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, serta mengembangkan checks dan balances antara lembaga legislatif dan eksekutif demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Pengawasan yang dilakukan DPRD untuk mengawasi produk hukum yang sudah disahkan. Bentuk pengawasan yang dilakukan DPRD dilakukan dengan cara melakukan dengan pendapat, kunjungan kerja, pembentukan panitia khusus dan pembentukan panitia kerja yang dibentuk sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD. DPRD dalam melaksanakan pengawasan terhadap peraturan daerah berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, atau waraga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah, pemerintah dan pembangunan. Pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat yang menolak permintaan untuk memberikan keterangan dapat dipanggil secara paksa, karena merendahkan martabat DPRD. Hal ini diatur dan dijelaskan pada UU No. 22 tahun 2003 Pasal 66 ayat 1, 2 dan 3 bahwa: 1. DPRD melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta pejabat negara, tingkat provinsi, dan DPRD Kota, pejabat pemerintah kabupatenkota, badan hukum, atau warga masyarakat untu mmberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah, bangsa dan negara. 66 2. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah provinsi dan kabupatenkota, badan hukum atau warga masyarakat wajib memenuhi permintaan DPRD sebagaimana dimaksud ayat 1 3. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah provinsi dan kabupatenkota, badan hukum atau warga yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dikenakan panggilan paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ditambah lagi, sesuai dengan Keputusan DPRD Kota Medan No: 1718940KEP-DPRD2014, tanggal 14 Oktober 2014 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka DPRD berhak mengeluarkan Hak Angket kepada pejabat pemerintahan, badan hukum atau warga masyarakat sebagaimana diatur dalam pasal Pasal 14 ayat 1 untuk kemudian memanggil pejabat pemerintahan, badan hukum atau warga masyarakat tersebut dan kemudian diteruskan ke dalam Rapat Paripurna DPRD. Apabila ditemukan adanya kesalahan dalam proses tersebut dan sudah ditetapkan secara hukum , maka sesuai dengan pasal 18 ayat 3 presiden memberhentikan penuh dari jabatannya bagi gubernur danatau wakil gubernur, dan Menteri Dalam Negeri memberhentikan penuh dari jabatannya bagi bupatiwalikota danatau wakil bupatiwakil walikota. 67

BAB IV PENUTUP