Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial Pada Pasien Hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kualitas Hidup berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial pada Pasien Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

Oleh : Irma Liana Harahap / 091101032

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Kualitas Hidup berdasarkan dimensi hubungan sosial pada Pasien Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan”

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa . Penelitian ini juga merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya harapkan jawaban yang Saudara berikan sesuai dengan pendapat Saudara tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat Saudara. Informasi yang Saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudara bebas memilih untuk ikut atau tidak dalam penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Jika Saudara bersedia menjadi partisipan penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani formulir ini.

Tanggal :

Kode Responden :


(2)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial Pada

Pasien Hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan

Kode Responden :

Tanggal :

Petunjuk Pengisian

Isilah pertanyaan di bawah inidengan cara menuliskan jawaban pada pertanyaan yang bertanda titik-titik atau memberikan tanda (√) pada kolom jawaban yang disediakan.

KUESIONER A Data Demografi

1. Umur : …. Tahun 2. Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

3. Pekerjaan

Petani Karyawan Swasta

Nelayan Wiraswata


(3)

4. Pendidikan Terakhir SD

SMP SMA PT

5. Lama Menjalani Hemodialisa : …… Bulan/Tahun 6. Penyakit Penyebab Gagal Ginjal Kronik

Penyakit Gula/Diabetes Hipertensi

Infeksi Keracunan Batu Ginjal Lain-lain


(4)

Lampiran 3

Kuisioner Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Sosial Pada

Pasien Hemodialisa

No Pernyataan Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju 1. Suami/istri memberi pujian terhadap usaha

penyembuhan saya

2. Suami/istri tetap mencintai dan menyayangi saya 3. Suami/istri tidak ada yang berusaha mengerti

kondisi saya

4. Saya dianggap sebagai beban keluarga

5. Keluarga selalu memberi dukungan mental sejak saya sakit

6. Suami/istri memperhatikan keadaan saya selama saya sakit

7. Keluarga sangat berperan dalam perawatan sakit saya

8. Keluarga bersedia membiayai biaya perawatan dan pengobatan saya

9. Keluarga berusaha mencarikan peralatan terapi yang saya perlukan

10. Keluarga meluangkan waktu untuk mengobrol dengan saya

11. Keluarga membiarkan saya pergi sendiri untuk berobat

12. Keluarga mengantarkan saya berobat 13. Keluarga mengingatkan saya untuk terapi 14. Keluarga menjaga pola makan saya

15. Keluarga mengingatkan saya untuk minum obat 16. Keluarga mengajak saya berkonsultasi secara

teratur

17. Keluarga memberitahu tentang hasil pemeriksaan dari dokter

18. Keluarga mengingatkan saya untuk control ke dokter

19. Keluarga memberikan penjelasan tentang penyakit saya


(5)

melakukan terapi

21. Keluarga mengingatkan saya tentang perilaku-perilaku yang memperburuk penyakit saya

22. Tetangga memaklumi bahwa sakit yang saya alami adalah suatu musibah

23. Keluarga mengajak saya untuk bersama-sama mengambil keputusan dalam masalah keluarga 24. Usulan yang saya berikan didengar oleh keluarga 25. Keluarga membawa saya bertemu dengan

teman-teman saya

26. Saya merasa terganggu dengan hubungan seksual saya setelah menjalani terapi

27. Saya merasa tidak ada masalah dengan aktifitas seksual saya

28. Suami/istri saya tidak keberatan dengan kondisi saya saat ini

29. Saya merasa kondisi emosi saya terganggu 30. Saya merasa tidak ada masalah dengan keadaan

emosi saya saat ini

31. Saya merasa hubungan personal saya terganggu 32. Kondisi saya mengganggu hubungan saya

dengan orang di sekitar saya

33. Saya merasa tidak ada hambatan dalam komunikasi saya dengan orang disekitar saya.


(6)

Lampiran 4

No Kegiatan Septemb

er

Oktober Novemb er

Desemb er

Januari’ 13

Februari ‘13

Maret ‘13

April ‘13

Mei’ 13 Juni’13 Juli’ 13

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Mengajukan judul dan Acc judul

proposal penelitian

2. Penyelesaian Proposal Penelitian 3. Mengajukan Sidang Proposal 4. Sidang Proposal 5. Revisi Proposal 6. Mengajukan izin pengumpulan data 7. Pengumpulan data penelitian 8. Analisa Data 9. Penyusunan laporan penelitian 10. Mengajukan jadwal sidang skripsi 11. Seminar hasil penelitian 12. Revisi dan pengumpulan laporan

penelitian


(7)

Lampiran 5

Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Pembuatan proposal

Izin survey awal Rp. 65.000 Biaya Print Rp. 50.000 Foto copy sumber-sumber tinjauan

pustaka

Rp. 50.000

Perbanyak proposal Rp. 30.000 Biaya internet Rp. 150.000 Pengumpulan

data

Izin penelitian Rp. 150.000 Transportasi Rp. 100.000 Penggandaan kuesioner Rp. 70.000

Pembelian Souvenir Rp. 200.000 Analisis data Biaya print (Kertas A4 2 rim) Rp. 70.000

Penjilidan Rp. 100.000

Penggandaan laporan penelitian Rp. 100.000


(8)

(9)

(10)

Lampiran 8 Uji Validitas


(11)

(12)

(13)

(14)

Lampiran 9

Uji Reliabilitas

Reliability Statistics Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.762 .746 33

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

p1 84.90 69.472 .346 .751

p2 p3 p4 p5 84.73 84.37 84.06 83.87 67.009 68.510 73.231 76.464 .418 .474 .399 -.046 .745 .743 .753 .764 p6 p7 84.83 84.00 67.223 72.690 .457 .373 .743 .753

p8 84.37 69.344 .414 .747

p9 84.00 73.655 .265 .756

p10 84.30 71.459 .327 .752

p11 p12 83.91 84.57 76.367 69.702 .143 .347 .762 .751

p13 84.37 68.516 .472 .743

p14 84.47 70.189 .341 .751

p15 84.50 66.328 .583 .735

p16 84.83 65.109 .648 .730

p17 83.90 76.369 -.024 .765

p18 84.67 66.644 .500 .740

p19 84.73 65.306 .625 .731

p20 85.00 68.552 .418 .746

p21 84.17 72.351 .266 .756

p22 85.63 76.240 -.025 .767

p23 84.37 70.930 .323 .752


(15)

p25 85.43 73.702 .142 .762 p26 p27 p28 85.23 84.63 85.00 68.562 84.930 70.897 .420 -.521 .301 .739 .803 .754 p29 p30 84.19 84.70 72.353 70.286 .268 .261 .757 .757

p31 85.30 78.079 -.160 .780

p32 p33 85.63 84.30 76.430 74.355 .265 .085 .758 .766


(16)

Lampiran 10

Analisa data karakteristik responden

Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteriatik Responden Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-30 3 7.7 7.7 7.7

31-40 7 17.9 17.9 25.6

41-50 8 20.5 20.5 46.2

51-60 16 41.0 41.0 87.2

61-70 5 12.8 12.8 100.0

Total 39 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pria 28 71.8 71.8 71.8

wanita 11 28.2 28.2 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid petani 4 10.3 10.3 10.3

nelayan 2 5.1 5.1 15.4

pns 9 23.1 23.1 38.5

karyawanswasta 3 7.7 7.7 46.2

wiraswasta 12 30.8 30.8 76.9

ibuRT 5 12.8 12.8 89.7

lainlain 4 10.3 10.3 100.0


(17)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMP 12 30.8 30.8 30.8

SMA 18 46.2 46.2 76.9

PT 9 23.1 23.1 100.0

Total 39 100.0 100.0

Lama Hemodialisa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2-3 thn 27 69.2 69.2 69.2

3,1-4 thn 8 20.5 20.5 89.7

4,1-5 thn 3 7.7 7.7 97.4

5,1-6 thn 1 2.6 2.6 100.0

Total 39 100.0 100.0

Penyebab

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid diabetes 6 15.4 15.4 15.4

hipertensi 15 38.5 38.5 53.8

infeksi 1 2.6 2.6 56.4

keracunan 3 7.7 7.7 64.1

batu/kisat

ginjal 8 20.5 20.5 84.6

dll 6 15.4 15.4 100.0


(18)

Lampiran 11

Analisa Data Kualitas hidup

Distribusi Frekuensi dan Persentase Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial

Kualitas hidup Frekuensi Presentase (%) Baik Buruk 27 12 69,2 30,8

Distribusi Frekuensi Dan Persentase Pernyataan Kuisioner Kualitas Hidup

No Pernyataan Frekuensi dan Persentase (%)

Setuju Ragu-ragu Tidak setuju 1. Suami/istri memberi pujian

terhadap usaha penyembuhan saya

19 (48,7) - 20 (51,3) 2. Suami/istri tetap mencintai dan

menyayangi saya

19 (48,7) 1(2,6) 17 (48.7) 3. Suami/istri tidak ada yang berusaha

mengerti kondisi saya

15(38,5) 2(5,1) 22 (56.4)

4. Saya dianggap sebagai beban keluarga

13 (33.3) 2(5,1) 24 (61.5)

5. Keluarga selalu memberi dukungan mental sejak saya sakit

34 (87.2) 2 (5,1) 3 (7,7)

6. Suami/istri memperhatikan keadaan saya selama saya sakit

18(46,2 2(5,1) 19(48,7) 7. Keluarga sangat berperan dalam

perawatan sakit saya

32(82,1) 1(2,6) 6 (15,4)

8. Keluarga bersedia membiayai biaya perawatan dan pengobatan saya

24 (61,5) 4(10,3) 11(28,2) 9. Keluarga berusaha mencarikan

peralatan terapi yang saya perlukan

32 (82.1) - 7 (17,9) 10. Keluarga meluangkan waktu untuk

mengobrol dengan saya

24 (61,5) 13(33,3) 2 (5,1) 11. Keluarga membiarkan saya pergi

sendiri untuk berobat

14 (35.9) 4 (10.3) 21 (53.8) 12. Keluarga mengantarkan saya

berobat


(19)

13. Keluarga mengingatkan saya untuk terapi

26 (66,7) 6 (15,4) 7 (17,9) 14. Keluarga menjaga pola makan saya 27 (69,2) 3 (7,7) 9 (23,1) 15. Keluarga mengingatkan saya untuk

minum obat

20 (51,3) 5 (12,8) 14 (35,9) 16. Keluarga mengajak saya

berkonsultasi secara teratur

13 (33,3) 7 (17,9) 19 (48,7) 17. Keluarga memberitahu tentang

hasil pemeriksaan dari dokter

35 (89,7) 1 (2,6) 3 (7,7) 18. Keluarga mengingatkan saya untuk

control ke dokter

18 (46,1) 6 (15,4) 15 (38,5) 19. Keluarga memberikan penjelasan

tentang penyakit saya

15 (38,5) 5 (12,8) 19 (48,7) 20. Keluarga memberikan semangat

saat saya melakukan terapi

18 (46,2) 7 (17,9) 14 (35,9) 21. Keluarga mengingatkan saya

tentang perilaku-perilaku yang memperburuk penyakit saya

26 (66,7) 8 (20,5) 5 (12,8)

22. Tetangga memaklumi bahwa sakit yang saya alami adalah suatu musibah

11 (28,2) 2 (5,1) 26 (66,7)

23. Keluarga mengajak saya untuk

bersama-sama mengambil keputusan dalam masalah keluarga

24 (61,5) 8 (20,5) 7 (17,9)

24. Usulan yang saya berikan didengar oleh keluarga

24 (61,5) 12 (30,8) 3 (7,7) 25. Keluarga membawa saya bertemu

dengan teman-teman saya

10 (25,6) 3 (7,7) 26 (66,7) 26. Saya merasa terganggu dengan

hubungan seksual saya setelah menjalani terapi

18 (46,2) 2 (5,1) 19 (48,7)

27. Saya merasa tidak ada masalah dengan aktifitas seksual saya

27 (69,2) 1 (2,6) 11 (28,2) 28. Suami/istri saya tidak keberatan

dengan kondisi saya saat ini

13 (33,4) 5 (12,8) 21 (53,8) 29. Saya merasa kondisi emosi saya

terganggu

12 (30,8) 10 (25,6) 17 (43,6) 30. Saya merasa tidak ada masalah

dengan keadaan emosi saya saat ini

24 (61,6) 2 (5,1) 13 (33,3) 31. Saya merasa hubungan personal

saya terganggu

10 (25,6) 5 (12,8) 24 (61,5) 32. Kondisi saya mengganggu

hubungan saya dengan orang di sekitar saya

11 (28,2) 5 (12,8) 23 (59,0)

33. Saya merasa tidak ada hambatan dalam komunikasi saya dengan orang disekitar saya.


(20)

Lampiran 12

RIWAYAT HIDUP

Nama : Irma Liana Harahap

Tempat/Tanggal Lahir : Sumuran, 02 November 1991

Alamat : Jl. Universitas No. 20, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1997-2003 : SD.Negeri No. 142798 Baringin

2. 2003-2006 : SMP Nurul Ilmi Padang Sidimpuan

3. 2006-2009 : SMA Nurul Ilmi Padang Sidimpuan


(21)

Daftar Pustaka

Afuandy.2008. Kualitas Hidup Klien Kanker Dengan Kemoterapi Di Rsu Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007. Medan: PSIK Ilmu Keperawatan FK USU. Andi. 2005. Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal. Diunduh pada

28 Mei 2013 dari http://psikologi.or.id

Alam, Syamsir dan Hadibroto, I. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Brink, Pamela J. Dan Marilynn j. Wood. 1995. Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan edisi 4. Jakarta : EGC

Cahyaningsih, Niken D. 2008. Hemodialisa;Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press

Cecilia. 2008. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUP Dr. Djamil Padang. Repository unand. Diunduh tanggal 11 November 2011 dari

Danquah, F.V.N, Wasserman, J., Meininger, J. & Bergstrom, N.(2010). Quality of Life Measures for Patients On Hemodialysis: A Review of Psychometric Properties. Nephrology Nursing Journal, 37(3), 255-270. Diunduh pada tanggal 9 November 2012 dari

Dempsey, Patricia A. & Dempsey, Arthur D. 2002. Riset Keperawatan. Jakarta: EGC

Helmi, Avin . 1999. Beberapa Teori Psikologi Lingkungan . Buleti Psikologi, 7(2). Diunduh pada 20 Maret 2013 dari

Imron, M. & Munif, A. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto


(22)

Juairiani, A. 2006. Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa. Repository USU. Diunduh tanggal 25 November 2012 dari

Kurniawan, D., Muyati, R. 2000. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Penderita Gagal Ginjal Terminal

http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Arliza+Juairiani+L ubis

Morsch, C.M., Goncalves, F.M., Barros, E. 2005. Health-related quality of life among haemodialysis patients – relationship with clinical indicators, morbidity and mortality. Journal of Clinical Nursing 15, 498–504, diunduh pada 10 N0vember 2012 dari

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Novali, Erlita. 2011. Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.

Diunduh tanggal 12 November 2012 dari

Polit, Denise F., Beck, Cheryl T., Loiselle, Carmen G. & Mcgrath, Joanne P.

(2004). Canadian Essentials of Nursing Research. USA : Lippincott Williams & Wilkins.

Polit, Denise F., Beck, Cheryl T. & Hungler, Bernadette P. (2001). Essentials of Nursing Research (5th ed.). USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Rambod, M., Rafii, F. (2010). Perceived Social Support and Quality of Life in Iranian Hemodialysis Patients. Journal of Nursing Scholarship, 42(3), 242–249. Diunduh pada tanggal 9 November 2012 dari

Ridwan. 2006. Disfungsi Seksual pada Penderita Diabetes Mellitus Pria. Diunduh pada 12 Juni 2013 dari

Riwidikdo, H. 2008. Statistik Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press Robins dkk. 2004. Buku Ajar Patologi Volume 2 Edisi 7. EGC: Jakarta

S, Ike Surya, Sja’bani, Moch., & Kuswadi, Iri.(2008). Perbedaan Nilai Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa Berdasarkan Kadar Melondialdehid Dan Interleukin-6. Berkala Kesehatan Klinik,


(23)

14(2), 76-80. Diunduh pada 16 Oktober 2012 dari

Silitonga, R. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Parkinson Di Poliklinik Saraf Rs Dr Kariadi. Program pascasarjana Magister ilmu biomedik Dan Program pendidikan dokter spesialis Ilmu penyakit saraf Universitas diponegoro Semarang. Diunduh pada 12 november 2012 dari

Skevington, S.M., Lotfy, M. & O’Connel, K.A. (2004). The World Health Organization’s WHOQOL-BREF quality of life assessment: Psychometric properties and results of the international field trial A Report from the WHOQOL Group. Kluwer Academic Publishers,13, 299-310. Diunduh pada 21 November 2012 dari

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah Brunner and Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.

Suharyanto, T. & Madjid, A. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Sistem Perkemihan. Jakarta: TIM Penerbit Buku Keperawatan Dan Kebidanan

Sulistiyorini, Diah. 2011. Hubungan Interpersonal. Diunduh pada 20 Maret 2013 dari

Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga

Supriyadi, W. & Widowati, S.R. 2011. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6 (2) ; 107-112. Diunduh tanggal 24 Oktober 2012 dari

http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

WHOQOL. 1997. Measuring Quality of Life. Programme On Mental Health; Division Of Mental Health And Prevention Of Substance Abuse World Health Organization. Diunduh tanggal 22 November dari

Wijaya, A. 2011. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Dan Mengalami Depresi. Perpustakaan Universitas

Indonesia. Diunduh tanggal 25 November 2012 dari


(24)

Yuwono, A. 2000. Kualitas Hidup Menurut Spitzer Pada Penderita Gagal Ginjal Terminal Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RSUP Dr. Kariadi Semarang. Diunduh pada 20 Maret 2013 dari


(25)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa . Dimana kualitas hidup pasien ditinjau dari dimensi hubungan sosial sesuai dengan salah satu dimensi kualitas hidup yang terdapat dalam WHOQOL-BREF.

1.1. Kerangka penelitian

Kualitas hidup berdasarkan dimensi

hubungan sosial Dimensi Hubungan Sosial


(26)

2. Defenisi Operasional

2.1. Table Defenisi Operasional

No Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Kualitas

Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial

Persepsi individu atau pasien yang mejalani hemodialisa tentang posisinya dalam hidup yang ditinjau dari aspek hubungan sosial.

Menggunakan Kuisioner

sebanyak 33 pertanyaan

dengan pilihan jawaban:

- Setuju -

Ragu-ragu - Tidak

setuju

Kualitas hidup pasien: Baik Buruk


(27)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dengan shahih, objektif, akurat serta hemat. Pada penelitian kuantitatif, desain penelitian akan menguraikan secara rinci strategi rencana penelitian yang diadopsi untuk mengembangkan informasi yang akurat dan terinterpretasi (Loiselle, Mcgrath, Polit, Beck, 2004).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Setiadi, 2007). Desain penelitian deskriptif dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini karena tujuan penelitian adalah untuk melihat bagaimana kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa berdasarkan dimensi hubungan sosial di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi merupakan sekelompok individu atau obyek yang memiliki karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki/diamati (Munif dan Imron, 2010). Setelah dilakukan survey awal di RSUP Haji Adam Malik Medan,


(28)

diperoleh data bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rata-rata perbulan selama 1 tahun terakhir sebanyak 77 orang. Berdasarkan hal tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah sakit Umum Pusat haji Adam Malik Medan yaitu sebesar 77 orang.

2.2. Sampel Penelitian 2.2.1. Jumlah Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian (Munif dan Imron, 2010). Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel penelitian. Menurut Imron dan Munif (2010) ada dua cara yang dapat digunakan untuk menentukan besar sampel jika jumlah populasi diketahui. Yaitu dengan rumus Taro Yamane dan Rumus Presentasi sesuai yang digunakan Surakhmad. Rumus Taro Yamane yang juga dijelaskan dalam Setiadi (2007), rumus pengambilan sampel untuk penelitian deskriptif yaitu : n=N/1+N(d2)

Sedangkan untuk menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus presentasi sesuai yang digunakan Surakhmad yaitu :

n = 15% + 1000-N/1000-100 (50%-15%)

Dimana : n = jumlah jumlah sampel yang di ambil N = jumlah populasi

Dengan catatan apabila jumlah populasi kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya sebesar 15% dari ukuran populasi.


(29)

Dimana rumus ini digunakan jika jumlah populasi lebih kecil dari 10.000 Dalam penelitian ini, karena jumlah populasi kurang dari 10.000, maka rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel yang di ambil diperoleh dengan rumus presentasi sesuai yang digunakan Surakhmad.

Dari rumus tersebut diperoleh hasil jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 39 orang pasien yang menjalalani hemodialisa.

2.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pegambilan sampel merupakan proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili populasi yang ada. Teknik pengmbilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling jenis purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti mendatangi calon responden. Kemudian menjelaskan tujuan penelitian kepada responden. Peneliti memberikan pertanyaan sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu merupakan pasien hemodialisa yang menjalani hemodialisa 2 kali dalam seminggu, menjalani hemodialisa lebih dari 2 tahun dan bersedia untuk menjadi responden penelitian. Jika calon responden memenuhi criteria yang ditetapkan oleh peneliti, maka dilanjutkan dengan pemberin kuisioner kepada responden.

3. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1. Tempat


(30)

Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisa Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berada di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan. Lokasi ini dipilih peneliti sebagai lokasi penelitian karena memiliki unit hemodialisa dan berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti jumlah pasien yang melakukan hemodialisa cukup banyak.

3.2. Waktu

Waktu penelitian dilakukan selama bulan April sampai Juni 2013 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik setelah mendapatkan ijin lengkap dan menjalankan prosedur untuk melakukan proses penelitian.

3. Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik terkait penelitian ini dilakukan melalui perizinan dari institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini, dipertimbangkan mengenai otonomi responden, yang berarti responden berhak untuk memutuskan untuk berperan serta dalam penelitian melalui surat persetujuan (informed consent) kepada calon responden sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Sehingga peran serta responden dalam penelitian ini adalah bersifat suka rela. Dalam hal ini, calon responden juga berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian. Selain itu, penelitian juga tidak membahayakan subyek penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung. Peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian (Wood dan Brink, 1995).


(31)

Peneliti juga akan menjaga kerahasiaaan dan anonimitas responden. Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden dalam lembar pengumpulan data (kuisioner).

4. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai peralatan atau perlengkapan yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Dempsey dan Dempsey, 2002). Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu kuisioner data demografi dan kuisioner kualitas hidup.

a. Kuisioner data demografi. Kuesioner berisi pertanyaan tentang data demografi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, lama menjalani hemodialisa, penyakit penyebab gagal ginjal kronis, terdiri atas enam item pertanyaan dalam bentuk check list.

b. Instrumen kedua berisi kuisioner kualitas hidup yang diambil dari kuisioner dukungan sosial yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuisioner ini terdiri dari 33 pertanyaan yang terdiri dari kualitas hidup berdasarkan dimensi hubungan sosial. rentang skor minimum 0 dan maksimum 165. Terdiri dari lima pilihan jawaban dengan rentang nilai 0-5. Skala ke arah yang positif dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik. Kecuali untuk pernyataan negative, maka untuk skor yang lebih rendah menunjukkan penilaian yang lebih tinggi. Pernyataan negative pada kuisioner ini terdapat pada pernyataan no 3, 4, 11, 22, 26, 29, 31, 32. Selanjutnya seluruh hasil


(32)

jawaban dari responden akan disimpulkan oleh peneliti menjadi tiga kategori yaitu kualitas hidup baik, sedang, dan buruk.

Indikator penentuan kualitas hidup baik, sedang dan buruk digunakan rumus menentukan panjang kelas :

Panjang kelas = nilaimaksimum−nilaiminimum banyakkelas

Panjang kelas = 165−0 3 Panjang kelas = 55

Maka kualitas hidup baik berada pada rentang : 111-165 Kualitas hidup sedang berada pada rentang : 56-110

Kualitas hidup buruk : 0-55

5. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Sebuah instrumen dinyatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu content validity (uji validitas isi) dan construct validity (validitas konstruk) (Polit, Back,&Hunger, 2000). Instrument pada penelitian ini telah dilaksanakan uji validitas isi yaitu terhadap seorang dosen Fakultas Keperawatan USU. Kuisioner yang dibuat oleh peneliti awalnya berjumlah 36 pernyataan. Setelah dilakukan uji validitas sebanyak 3 pernyataan tidak valid dan 33 pernyataan valid (Lampiran 8)


(33)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan adanya kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda atupaun waktu yang berbeda. Ada beberapa cara yang digunakan untuk melihat reliabilitas dalam pengumpulan data dalam bidang keperawatan (Nursalam, 2008) yaitu:

Pertama, prinsip stabilitas, yaitu mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalm waktu yang berbeda. Kedua, ekuivalen yaitu pengukuran memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama. Ketiga, homogenitas yaitu instrumen yang digunakan harus mempunyai isi yang sama.

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, maka instrumen di berikan kepada 30 orang responden di luar dari sampel penelitian. 30 orang responden tersebut diperoleh di RSUP Haji Adam Malik di luar dari responden yang akan menjadi sampel penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian reliabilitas instrumen dilihat dengan rumus Cronbach’s alfa. Uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan Cronbach’s alfa, didapatkan hasil dengan nilai 7,495 (Lampiran 9).

6. Prosedur pengumpulan data

Tahap awal pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan Izin dari Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan, melalui bidang Diklat diteruskan ke bidang Litbang yang kemudian diberikan kepada Kepala Ruang Hemodialisa untuk melakukan penelitian.


(34)

Peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian setelah mendapat izin dari kepala Ruang Hemodialisa, peneliti langsung menemui calon responden dan melakukan pengumpulan data dengan tahapan sebagai berikut :

a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menanda tangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan.

b. Selanjutnya peneliti membagi kuesioner penelitian dan menjelaskan tata cara pengisian kuesioner sampai responden mengerti, kemudian responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner tersebut.

c. Selama pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden agar bila ada pernyataan yang tidak jelas dapat langsung dijelaskan kepada responden tanpa bermaksud mengarahkan jawaban responden.

d. Setelah kuesioner penelitian selesai diisi, maka sebelum dikumpulkan, kelengkapan jawaban responden diteliti kembali. Kuesioner yang belum lengkap diisi, langsung peneliti minta responden untuk melengkapinya saat itu juga.

Setelah pengumpulan data, maka peneliti melanjutkan untuk pengelolahan data yaitu terdiri dari 6 tahapan (Setiadi,2007):

1. Editing/memeriksa. Merupakan kegiatan memeriksa pertanyaan yang oleh para pengumpul data. Terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan relevansi jawaban.


(35)

2. Memberi tanda/koding. Dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan jawaban dari para responden kedalam kategori. Biasanya diklasifikasikan dengan cara memnerikan tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

3. Sorting, adalah mensortir dengan cara memilih data kedalam kelompok yang dikehendaki.

4. Entri data yaitu memasukkan data-data yang telah diberi kode kategori dengan cara menghitung frekuensi data.

5. Cleaning . merupakan proses pembersihan data dengan melihat variabel apakah sudah benar atau belum.

6. Mengeluarkan informasi berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan.

7. Analisa Data

Analisa data yang digunakan untuk penelitian ini adalah Analisa statistik untuk satu variabel (univariat), menggunakan jenis statistik deskriptif, yaitu analisa yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif dapat disajikan dalam bentuk diagram, tabel, ataupun dalam bentuk narasi. Tujuan dari analisis ini adalah unuk memaparkan data secara sederhana sehingga dapat di baca dan di analisis secara sederhana (Riwidikdo, 2008). Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan untuk penyajian data dalam bentuk table distribusi frekuensi.


(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan dari bulan April sampai Juni 2013 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kualitas hidup berdasarkan dimensi hubungan sosial pada pasien hemodialisa.

Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya responden berusia 51-60 tahun (41%), berjenis kelamin laki-laki (71,8%), memiliki pekerjaan sebagian besar sebagai wiraswasta (30,8%), tingkat pendidikan terakhir lebih banyak sampai pada pendidikan SMA (46,2%), lama hemodialisa pada pasien rata-rata 2-3 tahun (69,2%), sedangkan penyebab paling banyak pada pasien hemodialisa dari hasil penelitian ini yaitu hipertensi (38,2%).


(37)

Table 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Pasien hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan

Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)

Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Usia - 20-30 - 31-40 - 41-50 - 51-60 - 61-70 Pendidikan - SMP - SMA - PT Pekerjaan - petani - nelayan - pns - karyawanswasta - wiraswasta - ibuRT - lain-lain

Lama menjalani hemodialisa - 2-3 thn

- 3,1-4 thn - 4,1-5 thn - 5,1-6 thn Penyebab

- diabetes - hipertensi - infeksi - keracunan - batu/kisat ginjal - dll 28 11 3 7 8 16 5 12 18 9 4 2 9 3 12 5 4 27 8 3 1 6 15 1 3 8 6 71.8 28.2 7,7 17.9 20,5 41,0 12,8 30.8 46.2 23.1 10.3 5.1 23.1 7.7 30.8 12.8 10.3 69.2 20.5 7.7 2.6 15.4 38.5 2.6 7.7 20.5 15.4


(38)

1.1. Kualitas hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kualitas hidup bedasarkan dimensi hubungan sosial pada pasien berada pada rentang baik 27 (69,2%) responden dan buruk 12 (30,8%) responden.

Table 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial Pada Pasien hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan

Kualitas hidup Frekuensi Presentase (%) Baik

Buruk

27 12

69,2 30,8

2. Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan di unit hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan yang dilakukan terhadap 39 responden pasien hemodialisa, memiliki kualitas hidup dengan kategori baik sebanyak 27 responden (69,2%) dan yang memiliki kualitas hidup dalam kategori buruk yaitu 27 0rang (30,8%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas hidup berdasarkan dimensi hubungan sosial berada pada kategori baik, yaitu 27 responden (69,2%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi, Wagiyo dan Widowati (2011) yaitu mengenai kualitas hidup pada pasien gagal ginjal terminal, dimana didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan tingkat kualitas hidup pada pasien hemodialisa berdasarkan dimensi hubungan sosial. Hasil penelitian tersebut menyatakan kualitas hidup pasien hemodialisa lebih baik dibandingkan dengan


(39)

kualitas hidup sebelum menjalani hemodialisa termasuk berdasarkan dimensi hubungan sosial.

Menurut penelitian yang dilakukan Van, Deenan, & Bonner A. (2012), pasien yang sudah lama menjalani hemodialisa memiliki kualitas hidup yang baik, hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor. Salah satu factor yang mempengaruhi kualitas hidup tersebut yaitu dukungan sosial yang diberikan. Semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan, semakin baik kualitas hidup yang dirasakan oleh pasien.

Berbagai bentuk dukungan sosial yang diterima penderita gagal ginjal kronis seperti perhatian dan empati yang diberikan oleh lingkungan sekitar penderita baik yang bersumber dari keluarga, dokter atau perawat serta teman-temannya baik sesama penderita maupun rekan kerja merupakan yang dapat membantu penderita gagal ginjal kronis untuk dapat lebih menerima dirinya, sehingga akan berpengaruh juga tehadap kualitas hidupnya menjadi lebih baik dan bermakna (Kurniawan dan Rina, 2002).

Kualitas hidup dalam kategori baik bisa juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMA. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap dukungan sosial yang diterima pasien (Andi, 2005), sehingga akan mempengaruhi juga tingkat kualitas hidup pasien, khususnya berdasarkan dimensi hubungan sosial.

Dalam kaitannya dengan kualitas hidup, Valderra´bano et al (2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kualitas hidup pasien. Dimana


(40)

diperoleh hasil bahwa pasien yang menjalani dialysis dengan usia yang lebih tua lebih puas dengan hidup mereka dan menerima keterbatasan mereka dibandingkan dengan pasien yang lebih muda. Usia pada pasien hemodialisa dalam penelitian ini berada pada rentang 51-60 tahun.


(41)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa responden sabahagian besar berusia 51-60 tahun (41%), berjenis kelamin laki-laki (71,8%), memiliki pekerjaan sebagian besar sebagai wiraswasta (30,8%), tingkat pendidikan terakhir lebih banyak sampai pada pendidikan SMA (46,2%), lama hemodialisa pada pasien rata-rata 2-3 tahun (69,2%), sedangkan penyebab paling banyak pada pasien yang menjalani hemodialisa dari hasil penelitian ini yaitu hipertensi (38,2%).

Setelah dilakukan analisa data deskriptif, maka diperoleh hasil bahwa tingkat kualitas hidup bedasarkan dimensi hubungan sosial pada pasien berada pada rentang baik (69,2%) dan kategori buruk (30,8%)


(42)

2. SARAN

2.1. Untuk Praktek Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat dukungan yang baik dari semua pihak, temasuk dukungan tenaga kesehatan seperti perawat, dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dalam hal ini berdasarkan dimensi hubungan sosial. Dimana semakin baik dukungan yang diberikan, maka semakin baik pula kualitas hidup yang dirasakan pasien.. Diharapkan kepada tenaga kesehatan, khususnya perawat agar dapat lebih maksimal lagi dalam memberikan dukungan kepada pasien, karena dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kearah yang lebih baik.

2.2. Untuk peneliti selanjutnya

Penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan, khususnya dalam hal pengumpulan data. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang berminat untuk melihat kualitas hidup pasien khususnya dalam hal dimensi hubungan sosial, agar lebih dapat menggali informasi dari responden. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik bila menggunakan populasi yang lebih besar agar lebih representatif.


(43)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Angka perkembangan penyakit ginjal kronis ini sangat bervariasi. Perjalanan gagal ginjal kronis hingga tahap terminal dapat bervariasi dari 2-3 bulan hingga 30-40 tahun. Gagal Ginjal kronis ditandai dengan gejala dan tanda uremia yang berkepanjangan, adalah hasil akhir dari semua penyakit ginjal kronis (Robins dkk, 2004).

Dalam Cahyaningsih (2008) dijelaskan bahwa terdapat dua kriteria untuk penyakit gagal ginjal kronis yaitu pertama, kerusakan ginjal setidaknya selama 3 bulan atau lebih, yang didefenisikan sebagai abnormalitas struktural dan fungsional ginjal dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrat Glomerulus (LGF) yang bermanifestasi sebagai kelainan patologis atau kerusakan ginjal, termasuk ketidakseimbangan komposisi zat yang ada dalam darah atau urin serta ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan. Kedua, LGF yang kurang dari 60L/menit/1,73m2 lebih dari tiga bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan utuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu untuk


(44)

melaksanakn proses tersebut. Tujuan dialisis ini adalah untuk memepertahankan kehidupan dan kesejahteaan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Salah satu metode terapi dengan prinsip dialisis adalah Hemodialisis (Bare and Smeltzer, 2002). Selain itu Dialisis juga digunakan untuk mempetahankan penderita pada keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal. Dialisis dilakukan apabila kadar kreatinin serum biasanya diatas 6mg/100 mL pada laki-laki atau 4mg/100 ml pada wanita, dan GFR kurang dari 4 ml/menit. Jika Dengan cara diatas tidak mampu untuk mempertahankan hidup penderita, maka dibutuhkan transplantasi ginjal untuk penderita gagal ginjal kronis (Madjid dan Suharyato, 2009).

2. Hemodialisa 2.1. Defenisi

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen (Bare and Smeltzer, 20002). Gagal ginjal kronis yang mulai perlu di dialisa adalah penyakit ginjal kronis yang sudah mengalami penurunan fungsi ginjal dengan LGF <15 mL/menit/1,73m2. Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun sehingga terjadi akumulasi toksik dalam tubuh yang disebut uremia. Pada keadaan uremia dibutuhkan terapi pengganti ginjal dalam mengeliminasi toksik dalam tubuh sehingga tidak terjadi gejala yang lebih berat.


(45)

2.2. Prinsip – Prinsip Hemodialisa

Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialsis, aliran darah yag penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien (Bare and Smeltzer, 2003)

Ada 3 prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi

a. Difusi

Toksik dan zat limbah dari dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi. Yaitu dengan cara bergerak dari drah, yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan dialisat yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah.

b. Osmosis

Air yang berlebihan dikeluarkan dari tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan; dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat)


(46)

c. Ultrafiltrasi

Peningkatan gradien tekanan dapat dilakukan dengan cara peambahan tekaan negatif atau yang biasa disebut dengan Ultrafiltrasi. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga mencapai isovolemia (keseimbangan cairan).

Sistem dapar (buffer system) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan diaisat ke dalam darah pasien dan mengalamimetabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan dikembalikan kedalam tubuh melalui pembuluh vena pasien.

2.3. Penatalaksanaan Hemodialisa

Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala (Smeltzer & Bare , 2002).


(47)

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium, dan cairan (Smeltzer & Bare , 2002)

Dalam Smeltzer & Bare (2002) juga dinyatakan bahwa banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.

2.4 Komplikasi Terapi Hemodialisa

Komplikasi yang paling umum terjadi selama hemodialisa adalah hipotensi (20%-30%), kram (5%-20%), mual dan muntah (5% – 15%), sakit kepala (5%), nyeri dada (2%-5%), nyeri punggung (2%-5%), gatal-gatal (5%), demam dan menggigil (<1%) (Daugirdas, Blake, dan Ing, 2007). Pada permulaan hemodialisa intermiten sering terdapat kehilangan berat badan dengan segera hal ini terutama akibat koreksi hidrasi yang berlebihan tersebut. Untuk pasien dengan dialysis kronik, respon anabolik kurang dramatik sekalipun terapi dianggap sebagai optimal, terutama melibatkan reakumulasi timbunan lemak (Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci & Kasper, 2000). Komplikasi yang jarang terjadi pada pasien hemodialisa yaitu sindrom disekuilibrium,


(48)

reaksi dialiser, aritmia, temponade jantung, perdarahan intrakrania, kejang, hemolisis, emboli udara, neutropenia, serta aktivasi komplemen akibat dialysis dan hipoksemia (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata dan Setiati, 2009). Walaupun telah dilakukan hemodialisa, tidak semua toksin uremik dapat dikeluarkan dari dalam tubuh, sehingga masih dapat menyebabkan kelainan system organ lain. Kecuali itu, hemodialisa juga memiliki efek samping, yang berama dengan toksin uremi dapat menyebabkan kelainan-kelainan, antara lain::

a. Kelainan hematologi

Anemi merupakan hal biasa yang ditemukan pada penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa kronis

b. Kelainan fungsi seksual

Penederita gagal ginjal kronis yang mendapat terapi hemodialisa mengalami penurunan seksual, baik pencapaian orgasmus, frekuensi dan lamanya ereksi. Hal ini disebabkan oleh toksin uremi dan factor psikologis.

c. Kelainan tulang dan paratiroid

Penderita hemodialisa kronis, problem tulang dan sendi merupakan sumber morbiditas yang utama. Penyakit tulang disebabkan karena aluminium yang ada dalam dialisat dank arena gangguan metabolism vitamin D. gangguan metabolisme vitamin D ini dapt menyebabkan meningkatnya hormone paratiroid. Hormone paratiroid merupakan toksin uremi yag penting berkaitan dengan penyakit tulang, pruritus, neuropati, impotensi, hipertrofi jantung dan


(49)

lain-lain. Tanda-tanda kelainan tulang antara lain sakit pada tulang, dan fraktur patologis.

d. Kelainan gastrointestinal

Banyk kelainan gastrointestinal ditemukan pada pasien yang mendapat terapi hemodialisa, yaitu gastritis, ulkus, perdarahan, obstruksi saluran cerna bagian bawah dan lain-lain.

e. Kelainan kardiovaskuler

Kelinan kardiovaskuler tersebut seperti hipertensi, permeabilitas kapiler pulmo meningkat yang dapat menyebabkan edema paru, kelebihan cairan yang dapat menyebabkan curah jantung meningkat dan akan mengalami gagal jantung, kardiomiopati uremik yang dapat menebabkan keelemahan otot jantung sebagai akibat dri toksin uremik.

3. Kualitas Hidup

3.1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para ahli. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multidisipliner, tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam konteks penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi. Selain itu adanya perbedaan etnik, budaya dan agama juga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Oleh karena adanya perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka, kualitas hidup sulit didefinisikan secara pasti.


(50)

Ventegodt, Merrick, Niels dan Andersen ( 2003) menyatakan bahwa Kualitas hidup (QOL) berarti kehidupan yang baik. Sebuah kehidupan yang baik adalah sama dengan menjalani hidup dengan kualitas yang tinggi. Kualitas hidup merupakan jarak antara harapan dan pengalaman pasien. (Shafipour, 2010 dalam Cecilia, 2011).

Berdasarkan teori integritas dari kualitas hidup, maka kualitas hidup dapat diartikan sebagai kesejahteraan, kepemilikan, kepuasan dalam hidup serta arti dari kehidupan itu sendiri.

3.2.Komponen Kualitas Hidup

Dalam Medical Outcomes Study Short Form 36, kualitas hidup dapat disimpulkan menjadi dua komponen yaitu :

1. Kesehatan Fisik 2. Kesehatan Mental

Untuk mengkaji kulitas hidup tersebut maka didapat 36 pertanyaan tentang kemampuan pasien yang dibagi menjadi delapan subvariabel yaitu:

1. Fungsi Fisik terdiri dari beberapa pernyataan yaitu aktifitas yang memerlukan energi, aktivitas yang ringan, mengangkat dan membawa barang yang ringan, menaiki beberapa anak tangga, menaiki satu anak tangga, membungkuk, berjalan beberapa gang, berjalan satu gang dan mandi atau memakai baju sendiri.

2. Keterbatasan peran fisik terdiri dari pernyataan penggunaan waktu yang singkat, penyelesaian pekerjaan yang tidak tepat waktu, terbatas pada beberapa pekerjaan dan mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan.


(51)

3. Nyeri pada tubuh terdiri dari pernyataan seberapa besar rasa nyeri pada tubuh dan seberapa besar nyeri mengganggu aktifitas.

4. Persepsi kesehatan secara umum terdiri dari pernyataan bagaimana kondisi kesehatan saat ini dan satu tahun yang lalu, mudah terserang sakit, sama sehatnya dengan orang lain, kesehatan yang buruk dan kesehatan yang sangat baik.

5. Vitalitas terdiri dari pernyataan yang menggambarkan tentang bagaimana pasien dalam melaksanakan aktifitasnya apakah penuh semangat memiliki energi yang banyak, bosan dan lelah.

6. Fungsi sosial terdiri dari pernyataan seberapa besar masalah emosi mengganggu aktifitas sosial dan mempengaruhi aktifitas sosial.

7. Keterbatasan peran emosional terdiri dari pernyataan apakah masalah emosional mempengaruhi penggunaaan waktu yang singkat dalam pekerjaan atau lebih lama lagi melakukan pekerjaan dan tidak berhati-hati sebagaimana mestinya.

8. Kesehatan mental terdiri dari pernyataan apakah pasien sering gugup, merasa tertekan, tenang, sedih dan periang.

Pengukuran kualitas hidup menurut WHO (The World Health Organization Quality Of Life-BREF/WHOQOL-BREF) terdiri dari dua bagian (Francess Victoria Nelson Danquah, Joan Wasserman, Janet Meininger dan Nancy Bergstrom, 2010) yaitu :

a. Kualitas hidup secara keseluruhan

b. Kualitas kesehatan secara umum. Pada kualitas kesehatan secara


(52)

kesehatan fisik meliputi 7 item, kondisi psikologis meliputi 6 item, hubungan sosial meliputi 3 item dan kondisi lingkungan meliputi 8 item.

University of Toronto (2004, dalam Afuandy, 2008) menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu internal individu, kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dan harapan (prestasi dan aspirasi individu.

1. Internal individu

Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3, yaitu secara fisik, psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal higienis, nutrisi olahraga, pakaian dan penampilan fisik secara umum

Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, perasaan, harga diri, kesadaran, konsep diri dan kontrol diri secara spiritual dan dari nilai nilai pribadi, standar-standar pribadi dan kepercayaan spiritual. 2. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dangan lingkungannya) dalam kualitas hidup dibagi dua yaitu seara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah. Secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan masyarakat, keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.

3. Harapan

Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas hidup dapat dibagi dua secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu rumah tangga, pekerjaan, aktifitas sekolah atau suka rela dan pencapaian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaiutu aktifitas peningkatan pengetahuan dan


(53)

kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktifitas relaksasi dan reduksi stres.

Kualitas hidup dapat juga ditinjau dari 4 dimensi, seperti yang terdapat dalam instrumen pengukuran kualitas hidup WHOQOL BREF (Francess Victoria Nelson Danquah, Joan Wasserman, Janet Meininger dan Nancy Bergstrom, 2010). Masing-masing dari keempat dimensi tersebut yaitu:

1. Kesehatan Fisik.

Kesehatan fisik merupakan salah satu yang paling dikenal sebagai indikator yang secara tradisional digunakan. Hal ini meliputi, nyeri dan rasa tidak nyaman, ketergantungan pada terapi medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur, aktivitas sehari-hari, dan kemampuan kerja

2. Kesejahteraan Psikologis

Kesejahteraan psikologis mengacu pada afek positif, spiritualitas, berfikir, belajar, memori dan konsentrasi, gambaran diri dan penampilan, harga diri, dan efek negatif.

3. Hubungan Sosial

Hubungan sosial meliputi hubungan pribadi (personal), aktivitas seksual, dan dukungan sosial.

4. Lingkungan

Aspek lingkungan terdiri dari keselamatan dan keamanan fisik, lingkungan fisik, sumber keuangan, kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan tertentu, peran serta dan kesempatan untuk rekreasi atau aktivitas


(54)

santai, lingkungan rumah, kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan dan sosial, serta transportasi (WHOQoL Group, 1994).

3.3.Kualitas Hidup Dalam Kesehatan

WHO (World Health Organization Quality of Life) (WHOQOL,1997) mendefenisikan kualitas hidup adalah persepsi individu tentang posisinya dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana ia tinggal,dan dalam hubungannya dengan tujuan, pengharapan, standar dan perhatian. Menurut Hermann (1993 dalam Robert, 2007) defenisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health-related quality of life/HRQOL) menggambarkan pandangan individu atau keluarganya tentang tingkat kesehatan individu tersebut setelah mengalami suatu penyakit dan mendapatkan suatu bentuk pengelolaan. Health-related quality of life menggambarkan komponen sehat dan fungsional multidimensi seperti fisik, emosi, mental, sosial dan perilaku yang dipersepsikan oleh pasien atau orang lain di sekitar pasien.

Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup menunjukkan suatu konsep dari paduan multidimensional, yang secara umum telah ditetapkan sebagai kebahagiaan atau kepuasan hidup. Kualitas hidup ditetapkan secara berbeda


(55)

dalam penelitian lain. Dalam penelitian ini kualitas hidup ditetapkan sebagai persepsi atau penilaian individu terhadap kehidupannya.

3.4.Penilaian Kulitas Hidup

Semua agama besar dan filsafat memiliki gagasan tentang kehidupan yang baik mulai dari mengatakan bahwa kehidupan yang baik dicapai dengan kode etik praktis, permintaan untuk terlibat secara positif dalam sikap hidup tertentu atau mencari dalam diri sendiri. Gagasan tentang kehidupan yang baik adalah terkait erat dengan budaya yang telah menjadi bagian dari hidup. Seperti ketika orang-orang dalam budaya Barat melihat kehidupan yang baik, pengkondisian budaya membuat mereka cenderung untuk memasukkan kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, berfungsi dalam konteks sosial, dll.

Dengan demikian, gagasan tentang penilaian kualitas hidup yang baik dapat ditinjau dari beberapa aspek (Ventegodt, Merrick, Niels dan Andersen, 2003):

1. Kualitas hidup subjektif yaitu seberapa baik kehidupan yang dirasakan oleh setiap individu. Setiap individu secara pribadi mengevaluasi bagaimana pandangannya terhadap sesuatu, bagaimana pendapat serta perasaanya dalam menilai suatu hal.

2. Kualitas hidup eksistensial. Dalam hal ini, kualitas hidup seberapa baik kehidupan seseorang pada ingkat yang lebih dalam. Hal ini diasumsikan dengan sifat yang lebih dalam bahwa individu layak untuk dihormati dan hidup dengan harmonis antara satu dengan yang lainnya.dalam hal ini Individu juga berfikir bahwa beberapa kebutuhan kita seperti yang


(56)

bersifat biologis harus dipenuhi, beberapa faktor seperti kondisi pertumbuhan harus dioptimalkan, atau bahwa semua harus hidup sesuai dengan spiritual tertentu dan cita-cita agama yang ditetapkan sesuai dengan yang diyakini.

3. Kualitas hidup secara objektif adalah bagaimana kehidupan seseorang dipersepsikan oleh dunia luar atau sekitarnya. Pandangan ini dipengaruhi oleh budaya dimana seseorang tinggal. mengungkapkan diri seseorang dalam kemampuannya untuk beradaptasi dengan nilai-nilai budaya dan akan memberitahukan sedikit tentang kehidupan orang tersebut. Contoh mungkin status sosial atau simbol status seseorang menunjukkan seseorang merupakan anggota yang baik dari budaya tersebut.

3.4. Alat Ukur Kualitas Hidup

Pengkuran kualitas hidup dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh dan pengukuran kualitas hidup berdasarkan pada aspek-aspek tertentu saja.

Banyak instrumen penelitian untuk menilai kualitas hidup yang telah berkembang seperti Medical Outcomes Study Short Form (SF-36), World Health Organization Quality of Life (WHOQOLBREF), McGill Quality-of-Life Questionnaire (MQOL), The Satisfaction with Quality-of-Life Scale (SWLS), The Psychological Adjustment to Illness Scale (PAIS) dll. (Danquah, Wasserman, Meininger dan Bergstrom, 2010).

Pada tahun 1991 bagian kesehatan mental WHO memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQoL). Tujuan dari proyek ini adalah untuk


(57)

mengembangkan suatu instrumen penilaian kualitas hidup (QOL) yang dapat dipakai secara nasional dan secara antar budaya. Instrumen WHOQoL ini telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia. Setelah melalui beberapa tingkatan hasil akhir adalah 100 versi dari instrumen, yang dikeluarkan dengan WHOQoL-BREF untuk mengukur kualitas hidup pasien gagal ginjal dengan terapi hemodialisis. Instrumen WHOQoL-BREF terdiri dari 26 item, merupakan instrumen kualitas hidup paling pendek, namun instrumen ini bisa mengakomodasi ukuran dan kualitas kehidupan seperti yang ditunjukkan dalam sifat psikometrik dan hasil pemeriksaan internasional versi pendek ini lebih sesuai. Praktis dan sedikit memakan waktu dibandingkan WHOQoL-100 item atau instrumen lainnya.

3.5. Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individual. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup bersama dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk individu memiliki motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri. Hubungan sosial merupakan salah satu dimensi kualitas hidup menurut WHOQOL-BREF. Hubungan sosial tersebut meliputi hubungan pribadi atau hubungan personal, aktivitas seksual, dan dukungan sosial.

3.5.1. Hubungan Pribadi (Personal)

Ruang personal (pribadi) adalah ruang disekeliling individu yang selalu dibawa kemana saja orang pergi, dan orang akan merasa terganggu jika ruang tersebut diinterferensi. Artinya, kebutuhan terhadap ruang personal terjadi


(58)

ketika orang lain hadir. Ketidakhadiran orang lain, kebutuhan tersebut tidak terjadi. Ruang personal biasanya berbentuk buble dan bukan semata-mata ruang personal tetapi lebih merupakan ruang interpersonal. Kehadiran orang lain dalam hal ini juga akan menciptakan suatu hubungan yang disebut hubungan interpersonal (Helmi, 1999).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hubungan personal tidak terlepas dari hubungan yang terjadi antara individu dengan orang lain disekitarnya. Hubungan antarpribadi (hubungan interpersonal) merupakan hal yang hidup dan dinamis. Hubungan ini selalu berkembang (DeVito, 2011 : 250).

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan .

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal (Sulistiyorini, 2012), yaitu:

1. Komunikasi efektif

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide


(59)

atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.

2. Ekspresi wajah

Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.

3. Kepribadian

Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.

4. Stereotyping

Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat


(60)

pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi tambahan dengan segera.

5. Kesamaan karakter personal

Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya, agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan masing-masing.

6. Daya tarik

Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab


(61)

tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.

7. Ganjaran

Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial.

8. Kompetensi

Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong penyelesaian.


(62)

Berdasarkan aspek aktivitas seksual, berbagai penyakit endokrin, vaskuler, neurologic, dan psikiatrik mengganggu fungsi seksual dan reproduksi normal pada laki-laki dan perempuan. Disamping itu disfungsi seksual merupakan gejala yang disajikan dari penyakit sistemik.

Dari segi aktivitas seksual Hudak & Gallo (1997, Supriyadi, Wagiyo, Widowati, 2011) yang mengatakan bahwa pasien yang menjalani HD akan terjadi penurunan fungsi seksual (libido) pada laki-laki: sering terjadi impotensi, mungkin karena penyakitnya atau efek samping dari obat-obat anti hipertensi. Pada wanita selama proses hemodialisis tidak mengalami proses menstruasi karena pengaruh obat imunosupresi .

Perubahan dalam fungsi seksual dan reproduksi yang biasa terjadi pada laki-laki yaitu impotensi, kehilangan libido, kegagalan ereksi, ejakulasi dini tidak ada emisi tidak ada orgasme dan kegagalan pengecilan kembali. Sedangkan pada perempuan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan fungsi seksual dan reproduksi digolongkan menjadi gangguan menstruasi, nyeri panggul, gangguan fungsi seksual, atau infertilitas (Isslbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci & Kasper, 1999)

Penyakit-penyakit sistemik yang menyebabkan kemunduran seperti kanker dan penyakit kardiovaskuler, dapat mengganggu respon seksual normal secara tidak langsung. Kegagalan respon seksual lebih sering disebabkan faktor-faktor psikologis yang mengganggu rangsangan seksual. Yang termasuk disini adalah salah informasi, yaitu persepsi kepuasan seksual sebagai sesuatu yang buruk. Keadaan stress seperti kecemasan, depresi, kelelahan, dan konflik dalam perkawinan atau pribadi dapat membawa pada kegagalan respon


(63)

seksual infertilitas (Isslbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci & Kasper, 1999).

3.5.3. Dukungan Sosial

Kualitas hidup pada dimensi sosial bagi pasien yang menjalani hemodialisa dipengaruhi oleh dari dukungan sosial yang diterima oleh responden (Masyitah, 2012). Baik dukungan emosional dari keluarga dan kelompok sosial dilingkungan responden, juga dukungan instrumental dan informasional. Dari segi dukungan sosial sendiri, Menurut Friedman (1998) komponen-komponen dukungan sosial yaitu:

1. Dukungan informasi, bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

2. Dukungan penilaian, bentuk dukungan ini seperti pemberian sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah.

3. Dukungan instrumen, bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instument sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.


(64)

4. Dukungan emosional, bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.


(65)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap akhir dapat juga dikatakan sebagai penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak bisa pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan elektrolit mengalami kegagalan yang menyebabkan uremia. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh penyakit tubulointerstitial, penyakit peradangan, penyakit vaskular hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik, dan nefropati obstruktif (Wilson dan Price, 2003).

Penyakit ginjal kronis sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Prevalensi penyakit ginjal kronis dengan batasan nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2, dilaporkan bervariasi. Prevalensi global penyakit ginjal kronis (CKD) meningkat dan menciptakan beban sosial ekonomi yang sangat besar bagi pasien, keluarga, masyarakat, dan sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia.

Dari data yang diperoleh bahwa gagal ginjal kronis merupakan masalah kedua terbesar di negara- negara maju dan berkembang. Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami gagal ginjal kronis. National Health dan Gizi Survei (NHANES 1999-2004) menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 8 orang dewasa Amerika menderita gagal ginjal kronis (Martins, Agodoa &Norris, 2012).


(66)

Perkiraan Sebanding telah dilaporkan di Asia, Australia, dan di seluruh Eropa .Menurut United State Renal Data System (USRDS) di Amerika Serikat prevalensi penyakit gagal ginjal kronis meningkat sebesar 20-25% setiap tahunnya (Ernita, 2011). Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal kronis yang cukup tinggi. Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia diperkirakan ada sekitar 70 ribu penderita gagal ginjal. Di Medan sendiri, berdasarkan hasil survei awal peneliti di RSUP Haji Adam Malik Medan, jumlah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa cukup besar. Dari data yang didapatkan, jumlah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rata-rata perbulannya sekitar 77 orang selama tahun 2012.

Pengobatan gagal ginjal kronis stadium akhir adalah dengan dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan utuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu untuk melaksanakn proses tersebut. Tujuan dialisis ini adalah untuk memepertahankan kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan pasien. Salah satu metode terapi dengan prinsip dialisis adalah hemodialisa (Bare and Smeltzer, 2002).

Hemodialisa (HD) merupakan suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialiser. Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata–rata penderita menjalani tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi. Dari sekitar 400.000 populasi penderita gagal ginjal


(67)

kronis, 300.000 diantaranya menjalani hemodialisa ( Agodoa, 2001, Rafii dan Rambod, 2010). Di Amerika sendiri, sekitar 65% dari penderita gagal ginjal kronis menjalani terapi hemodialisis. Namun di Indonesia yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis yang menjalani cuci darah (Hemodialisa) hanya sekitar 4000 sampai 5000 saja dari sekitar 70.000 penderita gagal ginjal kronis. Banyak pasien yang meninggal akibat tidak mampu berobat dan cuci darah, dikarenakan biayanya mahal ( Syamsir Alam dkk, 2007 ).

Tidak bisa diperkirakan berapa lama penderita gagal ginjal kronis yang melakukan dialisis dapat bertahan hidup. Tidak juga bisa dikatakan bahwa penderita gagal ginjal kronis memiliki harapan bertahan hidup lebih rendah dibandingkan dengan orang yang sehat, karena banyak sekali kasus dimana penderita gagal ginjal kronis dapat hidup lebih lama daripada orang yang tidak terkena penyakit ini ( YGDI, 2011). Namun demikian, kualitas hidup pasien diharapkan dapat meningkat dengan terapi yang dijalani. Untuk itu pasien sangat tergantung pada terapi dialisis untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Brunner dan Suddath, 2002).

WHO dalam WHOQOL (World Health Organization Quality of Life) (1997) mendefenisikan kualitas hidup adalah persepsi individu tentang posisinya dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana ia tinggal, dan dalam hubungannya dengan tujuan, pengharapan, standar dan perhatian.

Terjadinya gangguan pada fungsi tubuh pasien hemodialisis, menyebabkan pasien harus melakukan penyesuaian diri secara terus menerus selama sisa hidupnya. Bagi pasien hemodialisis, penyesuaian ini mencakup keterbatasan dalam memanfaatkan kemampuan fisik dan motorik, penyesuaian terhadap


(68)

perubahan fisik dan pola hidup, ketergantungan secara fisik dan ekonomi pada orang lain serta ketergantungan pada mesin dialisa selama sisa hidup. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan perasaan tertekan bahkan dapat menimbulkan gangguan-gangguan mental seperti depresi

Dalam kondisi seperti ini, maka dukungan sosial sangat dibutuhkan bagi pasien yang menjalni hemodialisa untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Ketika seseorang dihadapkan pada masalah atau kesulitan hidup dan ia mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya berupa tersedianya orang yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan ketika sedang terpuruk, mendengarkan keluh kesah, memberikan informasi yang diperlukan, diajak berdiskusi dan bertukar pikiran maka orang tersebut akan merasa lebih nyaman, merasa diperhatikan, serta merasa memiliki tempat untuk berbagi keluh kesah yang dialami sehingga beban psikologis yang terasa berat, jika harus ditanggung sendirian, bisa lebih ringan. Demikian halnya jika dukungan sosial ini tidak ia peroleh, maka beban yang dialami orang tersebut akan terasa lebih berat sehingga bisa memunculkan stres dan frustasi saat menghadapi masa-masa sulitnya. Selain itu, Individu yang berada pada suatu kondisi yang tidak berdaya sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang yang berada didekatnya, seperti halnya pasien-pasien yang sedang mengalami sakit gagal ginjal dan sekarang harus menjalani hemodialisis (Oktaviana, 2003).

Gangguan pada fungsi ginjal dan perawatannya serta penyesuaian diri terhadap kondisi sakit dapat juga menimbulkan stres pasien hemodialisa. Dukungan sosial yang tepat dapat membantu pasien dalam menghadapi stres yang ditimbulkan, sedangkan dukungan sosial yang tidak tepat dapat


(69)

menambah stres baru pada pasien hemodialisa yang malah dapat memperburuk keadaannya (Juairiani, 2006).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Van, Duangpaeng, Deenan & Bonner (2012) mengenai kualitas hidup pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodiaisa, dukunga sosial seperti dukungan dari keluarga, teman dan orang-orang terdekat merupakan hal yang paling memepengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisa. Dukungan sosial yang baik juga tidak terlepas dari hubungan personal yang baik antara seseorang dengan orang lain di lingkungannya. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

Melihat bahwa dukungan sosial maupun hubungan personal sangat berpengaruh terhadap pasien hemodialisa dalam meningkatkan kualitas hidupnya, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kualitas hidup pada pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik apabila ditinjau dari dimensi hubungan sosial dimana dimensi ini salah satunya mencakup dukungan sosial dan hubungan personal itu sendiri.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kualitas hidup berdasarkan dimensi hubungan sosial pada pasien hemodialisa.


(70)

Bagaimana kualitas hidup berdasarkan dimensi hubungan sosial pada pasien hemodialisa?

4. Manfaat Penelitian

a. Praktek Pelayanan Keperawatan

Data tentang kualitas hidup pasien sangat diperlukan sebagai bahan masukan untuk merumuskan intervensi yang tepat dalam pelayanan keperawatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang diberikan.

b. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.


(71)

Judul : Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial Pada Pasien Hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan Nama : Irma Liana Harahap

NIM : 091101032

Jurusan : S1- Keperawatan Tahun : 2013

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronis sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dari data yang diperoleh bahwa gagal ginjal kronis merupakan masalah kedua terbesar di negara- negara maju dan berkembang. Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami gagal ginjal kronis. Pengobatan gagal ginjal kronis stadium akhir adalah dengan dialisis dan transplantasi ginjal. Tujuan dialisis ini adalah untuk memepertahankan kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria pasien yang telah menjalani hemodialisa diatas 2 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kualitas hidup pasien berada pada rentang baik 27 (69,2%) responden dan buruk 12 (30,8%) responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang diberikan dan dapat memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa dan dapat memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.


(72)

Kualitas Hidup Berdasarakan Dimensi Hubungan Sosial

Pada Pasien Hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan

Skripsi

Oleh :

Irma Liana Harahap

091101032

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(73)

Judul : Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial Pada Pasien Hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan Nama : Irma Liana Harahap

NIM : 091101032

Jurusan : S1- Keperawatan Tahun : 2013

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronis sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dari data yang diperoleh bahwa gagal ginjal kronis merupakan masalah kedua terbesar di negara- negara maju dan berkembang. Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami gagal ginjal kronis. Pengobatan gagal ginjal kronis stadium akhir adalah dengan dialisis dan transplantasi ginjal. Tujuan dialisis ini adalah untuk memepertahankan kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria pasien yang telah menjalani hemodialisa diatas 2 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kualitas hidup pasien berada pada rentang baik 27 (69,2%) responden dan buruk 12 (30,8%) responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang diberikan dan dapat memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa dan dapat memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.


(74)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari penelitian serta penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap masukan yang berharga dari semua pihak untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua saya yang tidak pernah lelah memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

2. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Nunung Febriany S., S.Kep, Ns, MNS, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama penyusunan hasil penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Iwan Rusdi S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing akademik.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(1)

6. Rekan-rekan seperjuangan S1 angkatan 2009 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya untuk dua belas sahabat saya tercinta yang telah membantu dan memberikan dukungan selama penyusunan skripsi ini

7. PT. Angkasa Pura II yang telah memberikn bantuan dana pendidikan. 8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengaharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini mendapat imbalan dari Allah SWT.

Dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, 20 Juli 2013 Peneliti,

( Irma Liana Harahap)


(2)

HALAMAN PENGESAHAN --- i

ABSTRAK --- ii

KATA PENGANTAR --- iii

DAFTAR ISI --- iii

DAFTAR TABEL --- iv

DAFTAR SKEMA --- v

DAFTAR LAMPIRAN --- vi

Bab I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang --- 1

2. Tujuan Penelitian --- 6

3. Pertanyaan Penelitian --- 6

4. Manfaat Penelitian --- 6

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Ginjal Kronik --- 7

2. Hemodialisa --- 8

2.1 Defenisi --- 9

2.2 Prinsip – Prinsip Hemodialisa --- 9

2.3 Penatalaksanaan --- 10

2.4 Komplikasi Terapi Hemodialisa --- 11

3. Kualitas Hidup --- 13

3. 1 Pengertian Kualitas Hidup --- 13

3. 2 Komponen Kualitas Hidup --- 14

3.3. Kualitas Hidup Dalam Kesehatan --- 18

3.4. Penilaian kualitas hidup --- 19

3. 3 Alat Ukur Kualitas Hidup --- 20

3.4. Kualitas hidup berdasarkan dimensi hubungan sosial --- 21

Bab III. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian --- 25

2. Defenisi Oprasional --- 26

Bab IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian --- 27

2. Populasi dan Sampel --- 27

2.1. Populasi --- 27

2.2. Sampel --- 28

3. Tempat dan Waktu Penelitian --- 30

3.1. Tempat --- 30

3.2. Waktu --- 30

4. Pertimbangan Etik --- 30

5. Instrumen Penelitian --- 31


(3)

1.1. Karakteristik Responden --- 36 1.2. Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial --- 38 2. Pembahasan --- 39 Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan --- 43 2. Saran --- 44 DAFTAR PUSTAKA --- 45 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

2.1 Defenisi operasional --- 26 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Pasien Yang Menjalani

Hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan --- 37 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi

Hubungan Sosial Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUP Haji

Adam Malik Medan --- 38 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Aspek-Aspek Kualitas Hidup


(5)

DAFTAR SKEMA


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuisioner Data Demografi

3. Kuisioner kualitas Hidup 4. Jadwal Penelitian

5. Rencana Anggaran Biaya Penelitian 6. Surat ijin Studi Pendahuluan

7. Surat Ijin Pengambilan Data Penelitian 8. Uji Validitas

9. Uji reliabilitas

10. Analisa data karakteristik responden 11. Analisa data kualitas hidup