Pengaruh Manajemen, Sistem Manajemen Strategis, Process Improvement, Financial Modeling, Manajemen Kinerja, Budaya Organisasi, dan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Kinerja Perusahaan

(1)

Lampiran 1

Questionnaires List

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ………

Jabatan : ………

Perusahaan : ………

Dengan ini mengisi Questionnaires List ini untuk dapat dipergunakan dalam penulisan skripsi saudara Theo Ishak Sianipar (120503347).

Medan, …. ……….. 2015

__________________ ___

Pedoman:

Sangat

Tidak Tidak

Sangat

Setuju Setuju Netral Setuju Setuju

1 2 3 4 5


(2)

Untuk variabel Manajemen.

1. Saya mencari peluang untuk pertumbuhan perusahaan.

1 2 3 4 5

2. Saya meningkatkan kinerja perusahaan.

1 2 3 4 5

3. Saya memproyeksikan pengaruh kebijakan terhadap laporan keuangan perusahaan.

1 2 3 4 5

4. Saya mengalokasikan pekerjaan kepada para bawahan.

1 2 3 4 5

5. Saya memastikan pencapaian atas pekerjaan yang dialokasikan kepada para bawahan.

1 2 3 4 5

6. Saya menetapkan kebijakan dan aturan perusahaan.

1 2 3 4 5

7. Saya memastikan pelaksanaan kebijakan dan aturan perusahaan.

1 2 3 4 5

8. Saya mengambil keputusan bisnis tepat waktu.

1 2 3 4 5

9. Seluruh Key Performance Indicators saya tercapai secara efisien.

1 2 3 4 5

10. Seluruh Key Performance Indicators dari para bawahan saya tercapai secara efisien.


(3)

Untuk variabel Sistem Manajemen Strategis

1. Objectives (sasaran tahunan perusahaan) telah ditentukan.

1 2 3 4 5

2. Strategi untuk mencapai objectives telah ditentukan.

1 2 3 4 5

3. Initiatives (pendekatan baru untuk memecahkan masalah atau meningkatkan standar

kinerja, seperti revenue, efisiensi, dan kepuasan pelanggan) telah ditentukan.

1 2 3 4 5

4. Key Performance Indicators (jenis pekerjaan dan target yang akan dicapai) untuk

setiap pegawai telah ditentukan.

1 2 3 4 5

5. Operational budget dan Capital budget telah ditentukan.


(4)

Untuk variabel Financial Modeling.

1. Target penjualan telah ditentukan.

1 2 3 4 5

2. Target produksi telah ditentukan.

1 2 3 4 5

3. Operating budget telah dibuat.

1 2 3 4 5

4. Capital budget telah dibuat.

1 2 3 4 5

5. Cash budget telah dibuat.

1 2 3 4 5

6. Income statement budget (perhitungan laba rugi) telah dibuat.

1 2 3 4 5

7. Budgeted balance sheet (neraca) telah dibuat.


(5)

Untuk variabel Process Improvement

1. Leadership team membentuk tim untuk melakukan process mapping.

1 2 3 4 5

2. Leadership team mencari proses dengan kenaikan biaya paling tinggi dalam waktu 3

tahun.

1 2 3 4 5

3. Leadership team mengevaluasi asumsi yang mendasari proses.

1 2 3 4 5

4. Leadership team menentukan proses yang akan direkayasa ulang dan menentukan

prioritas.

1 2 3 4 5

5. Leadership team mengetahui adanya project manager yang telah ditentukan untuk

mengimplementasikan project.

1 2 3 4 5

6. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum, project manager menggunakan

projectmanagementtools dalam melakukan processre-engineering.


(6)

Untuk variabel Manajemen Kinerja

1. Saya mengalokasi Key Performance Indicators saya ke bawahan, yang merupakan kemampuan maksimum bawahan Anda tersebut.

1 2 3 4 5

2. Saya melakukan diskusi dengan bawahan saya secara berkala untuk memastikan KPI-nya dapat tercapai diakhir tahun.

1 2 3 4 5

3. Saya memberikan dukungan penuh kepada bawahan untuk memastikan tercapainya KPI bawahan.

1 2 3 4 5

4. Saya melakukan follow up secara berkala atas pencapaian KPI.

1 2 3 4 5

5. Saya membuat laporan pencapaian KPI saya.

1 2 3 4 5

Untuk variabelbudaya organisasi.

1. Leadership team membuat nilai-nilai yang relevan untuk mendukung keberhasilan

bisnis.

1 2 3 4 5

2. Leadership team mengomunikasikan nilai-nilai tersebut ke seluruh pegawai.

1 2 3 4 5

3. Leadership team menetapkan kebijakan untuk memberikan sanksi kepada pihak yang

lalai dalam menerapkan budaya organisasi.

1 2 3 4 5

4. Leadership team memberikan contoh pelaksanaan budaya organisasi.

1 2 3 4 5

5. Leadership team melakukan follow up atas pelaksanaan budaya organisasi.


(7)

Untuk variabelSistem Informasi Akuntansi.

1. Perusahaan memiliki fasilitas yang dapat mencatat transaksi akuntansi.

1 2 3 4 5

2. Perusahaan memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi keuangan yang dibutuhkan dengan tepat waktu.

1 2 3 4 5

3. Perusahaan memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk membuat laporan keuangan dengan tepat waktu.

1 2 3 4 5

Untuk variabel Kualitas Kinerja Perusahaan.

1. Adanya kegiatan menyusun Key Performance Indicators di organisasi.

1 2 3 4 5

2. Di tahun sebelumnya organisasi mencapai semua Key Performance Indicators yang telah ditetapkan diawal tahun.

1 2 3 4 5

3. Di tahun sebelumnya semua Key Performance Indicators tercapai sesuai dengan

budget biaya operasi.


(8)

Lampiran 2 Data Responden

Responden X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X110 Total

1 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 45

2 5 5 4 4 5 4 5 4 3 3 42

3 5 5 3 3 4 1 1 4 4 4 34

4 5 5 1 5 5 3 5 1 3 3 36

5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 38

6 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 37

7 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39

Responden X21 X22 X23 X24 X25 Total

1 5 5 4 5 5 24

2 5 5 4 5 3 22

3 4 4 4 4 4 20

4 5 5 3 5 5 23

5 5 4 5 4 4 22

6 4 3 4 4 4 19

7 4 4 4 4 4 20

Responden X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 Total

1 5 5 5 5 5 5 5 35

2 4 4 4 3 4 3 3 25

3 4 4 4 4 4 4 4 28

4 5 5 5 5 5 5 5 35

5 5 5 5 4 4 4 4 31

6 4 4 4 4 4 4 4 28

7 4 4 4 4 4 2 3 25

Responden X41 X42 X43 X44 X45 X46 Total

1 4 5 4 5 5 4 27

2 5 4 4 5 3 3 24

3 4 2 4 4 4 4 22

4 5 3 3 5 5 3 24

5 4 4 3 4 3 3 21

6 3 3 3 3 3 3 18


(9)

Responden X51 X52 X53 X54 X55 Total

1 5 5 5 5 5 25

2 4 5 5 5 5 24

3 4 4 4 4 4 20

4 5 5 5 5 3 23

5 4 5 5 5 3 22

6 4 4 4 4 4 20

7 4 4 4 4 3 19

Responden X61 X62 X63 X64 X65 Total

1 5 5 5 5 5 25

2 4 4 4 4 4 20

3 4 4 2 4 4 18

4 5 5 3 3 3 19

5 4 4 4 4 4 20

6 3 3 3 3 3 15

7 4 4 4 4 4 20

Responden X71 X72 X73 Total

1 5 5 5 15

2 4 4 4 12

3 4 4 4 12

4 5 5 5 15

5 4 3 3 10

6 4 4 4 12

7 4 3 4 11

Responden Y1 Y2 Y3 Total

1 5 4 4 13

2 5 5 5 15

3 4 4 3 11

4 5 3 3 11

5 5 3 2 10

6 4 4 4 12


(10)

Lampiran 3

Konfirmasi Definisi Operasional 1. Variabel Manajemen


(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

Lampiran 4


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Aziz, A. S., dan Saed, J. F, 2014.“The impact of strategic management on the jordanian pharmaceutical manufacturing organizations' business performance”,

International Review of Management and Business Research.

André, d. W., Goedegebuure, R., dan Geradts, P, 2011. “The impact of performance management on the results of a non-profit organization”, International Journal of

Productivity and Performance Management.

Berkowitz, Daviddan Brent M. Wren, 2013. “Creating strategic commitment in franchise systems: establishing the link between leadership, organizational structure, and performance”, Journal of Small Business & Entrepreneurship, Volume 26, Nomor 5 hal 481–492.

Birchfield, R., 2010. “NZIM MANAGEMENT SURVEY: Many managers 'mediocre'”, New Zealand Management.

Blocher, Edward J., Stout, David E., dan Cokins, Gary, 2010. Cost Management A Strategic

Emphasis, McGrawHill/Irwin, New York.

Cook, Sarah, 1996. Process improvement: a handbook for managers, Gower Publishing Ltd. David, Fred R., 2010. Manajemen Strategis Konsep Edisi 12, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.

Eisenhardt, Kathleen M., 2013. “Top Management Teams and the Performance of

Entrepreneurial Firms”.

Erlina, 2011.Metodologi Penelitian, Art Design, Publishing & Printing, Medan.

Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hammer, Michael dan Champy, James, 1993. Reengineering the Corporation: A Manifesto

for Business Revolution, HarperCollins Publishers, Inc., New York.

Meyer, J. W., dan Feingold, M. G., 1995. “Integrating financial modeling and patient care reengineering”, Healthcare Financial Management, Volume 49 hal 32-40.

Saver, Cynthia, 2014. “Potential process improvements captured through web-based survey”, Volume 30.

Shahzad, F., dkk., 2012. “Impact of Organizational Performance: An Overview, Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business”.

Siamak, N. S., 2012. “The usefulness of an accounting information system for effective organizational performance”, International Journal of Economics and Finance, Volume 4 hal 136-145.

Sugiyono, 2013.Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2012.Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain asosiatif-kausal. Menurut Sugiyono (2005:11), asosiatif-kausal adalah penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih. Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah manajemen, sistem manajemen strategis, process improvement, financial modeling, manajemen kinerja, budaya organisasi, dan sistem informasi akuntansi dengan kualitas kinerja perusahaan sebagai variabel dependen.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2011), populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah para anggota leadership team yang merupakan petinggi dari masing-masing departemen yang ada di PT Pusaka Prima Mandiri (PPM) yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2007: 73), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi”. Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Hasil penelitian yang diperoleh dari penggunaan sampel akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif, akan mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya (Erlina, 2011:81).Metode samplingyang digunakan dalam penelitian


(21)

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Adapun pertimbangan-pertimbangan yang ada dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

1. Responden bekerja di kantor pusat PT Pusaka Prima Mandiri. 2. Responden merupakan bagian dari leadership team.

3.3 Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang merupakan data yang berbentuk angka atau bilangan yang dapat diolah atau dianalisa menggunakan teknik perhitungan statistika atau matematika.Berdasarkan sumber, data dalam penelitian ini merupakan data primer yang merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber dan tidak melalui media perantara.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan skala ordinal.Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan definisi operasional yang telah diberikan oleh pihak PT Pusaka Prima Mandiri sebagai dasar pembuatan pertanyaan-pertanyaan untuk masing-masing variabel yang diteliti.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang berjumlah 7 kepada para responden yang merupakan anggota dari leadership team PT Pusaka Prima Mandiri, hal ini dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2015. Adapun para responden tersebut merupakan pimpinan dari masing-masing departemen yang ada di PT Pusaka Prima Mandiri yang memiliki 7 departemen yang berlokasi di kota Medan dan 1 yang berlokasi di kota Jakarta, sehingga responden dari penelitian ini adalah 7 pimpinan departemen yang berlokasi di kota Medan.Peneliti kemudian menerima kembali semua kuesioner yang telah disebarkanyang berjumlah 7 pada tanggal 16 Desember 2015.


(22)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.4.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas (Umar, 2009). Variabel dependen penelitian ini adalah kualitas kinerja perusahaan yang merupakan kegiatan leadership team untuk menentukan Key

Performance Indicators,mencapai semua Key Performance Indicators yang telah

ditetapkan di awal tahun, danmencapai semua Key Performance Indicators sesuai dengan budget biaya operasi. Satuan pengukuran yang digunakan untuk variabel ini adalah skala likert, dari sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5).


(23)

3.4.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau variabel terikat (Sugiyono, 2007). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen, sistem manajemen strategis, process improvement, financial modeling, manajemen kinerja, budaya organisasi, dan sistem informasi akuntansi.

a. Manajemen

Manajemenmerupakan kelompok pimpinan puncak perusahaan yang mencari peluang untuk pertumbuhan perusahaan, meningkatkan kinerja perusahaan, memproyeksikan pengaruh kebijakan terhadap laporan keuangan perusahaan, mengalokasikan pekerjaan kepada bawahannya dan memastikan pencapaiannya, menetapkan kebijakan dan aturan perusahaan serta memastikan pelaksanaannya, dan mengambil keputusan bisnis tepat waktu untuk mencapai seluruh Key Performance

Indicators secara efisien. Satuan pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dari

sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5).

b. Sistem Manajemen Strategis

Sistem manajemen strategis dengan konsep balanced scorecardmerupakan kegiatan menentukan objectives dan strategi untuk mencapainya, initiatives, dan Key

Performance Indicators maksimum yang dapat dicapai. Satuan pengukuran yang

digunakan adalah skala likert, dari sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5).

c. Process Improvement

Process improvement merupakan kegiatan leadership team membentuk tim

bertugas untuk melakukan process mapping, mencari proses dengan kenaikan biaya paling tinggi dalam waktu 3 tahun, mengevaluasi asumsi yang mendasari proses, menentukan proses yang akan direkayasa ulang, leadership team menentukan prioritas, kemudian membuat project dan menentukan project manager yang akan mengimplementasi project, dan project manager mengimplementasi project dengan

project management tools. Satuan pengukuran yang digunakan adalah skala likert,


(24)

d. Financial Modeling

Financial modelingadalah menentukan budget penjualan, target produksi,

membuat operating budget, membuat capital budget, cash budget, dan membuat

budgeted balance sheet. Satuan pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dari


(25)

e. Manajemen Kinerja

Manajemen kinerja merupakan kegiatan mengalokasi KPI pimpinan kepada para bawahan yang merupakan kemampuan maksimum bawahantersebut, memberi dukungan penuh kepada bawahan untuk tercapainya KPI bawahan, melakukan follow

up secara berkala atas pencapaian KPI bawahan, dan membuat laporan pencapaian

KPI. Satuan pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dari sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5).

f. Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi perusahaan, memperoleh informasi keuangan yang dibutuhkan dengan tepat waktu, dan membuat laporan keuangan dengan tepat waktu. Pekerjaan tidak boleh dilakukan seenaknya saja dengan menghalalkan segala cara. Nilai-nilai ini dipercaya akan membantu pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Satuan pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dari sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5).

g. Budaya Organisasi

Sistem informasi akuntansi merupakan sistem pemrosesan data sedemikian rupa sehingga internalcontrol menjadi lebih kuat dan pemrosesan data lebih cepat.Informasi keuangan yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dapat disediakan tepat waktu, dalam artian sebelum manajemen mengambil keputusan.Laporan keuangan juga dapat disediakan dengan lebih cepat sehingga dapat memenuhi permintaan badan yang berwenang untuk menyerahkan laporan keuangan


(26)

pada tanggal tertentu.Satuan pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dari sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5).

Definisi dan pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Indikator Skala Kualitas Kinerja

Perusahaan (Variabel Dependen)

Kualitas kinerja

perusahaan merupakan kegiatan leadership team untuk menentukan Key

Performance

Indicators,mencapai

semua Key Performance

Indicators yang telah

ditetapkan di awal tahun, danmencapai semua Key

Performance Indicators

sesuai dengan budget biaya operasi.

Menyusun Key

Performance Indicators

Mencapai semua Key

Performance Indicators

yang telah ditetapkan di awal tahun

Mencapai semua Key

Performance Indicators

tercapai sesuai dengan

budget biaya operasi


(27)

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Indikator Skala Manajemen

(Variabel Independen)

Manajemen merupakan kelompok pimpinan puncak perusahaan yang mencari peluang untuk pertumbuhan perusahaan, meningkatkan kinerja perusahaan,

memproyeksikan pengaruh kebijakan terhadap laporan keuangan perusahaan, mengalokasikan pekerjaan kepada bawahannya dan memastikan

pencapaiannya,menetapkan kebijakan dan aturan perusahaan serta memastikan

pelaksanaannya, dan mengambil keputusan bisnis tepat waktu untuk mencapai seluruh Key

Performance Indicators

secara efisien.

Mencari peluang untuk pertumbuhan perusahaan Meningkatkan kinerja perusahaan Memproyeksikan pengaruh kebijakan terhadap laporan keuangan perusahaan Mengalokasikan pekerjaan kepada bawahannya dan memastikan pencapaiannya Menetapkan kebijakan dan aturan perusahaan serta memastikan pelaksanaannya Mengambil keputusan bisnis tepat waktu untuk mencapai seluruh Key

Performance Indicators secara efisien Ordinal Sistem Manajemen Strategis (Variabel Independen) Sistem manajemen strategis merupakan kegiatan menentukan

objectives dan strategi

untuk mencapainya,

initiatives, dan Key Performance Indicators

maksimum yang dapat dicapai.

Menentukan objectives dan strategi untuk mencapainya

Menentukan initiatives Menentukan Key

Performance Indicators

maksimum yang dapat dicapai


(28)

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Indikator Skala

Process Improvement (Variabel Independen) Process improvement merupakan kegiatan leadership teammembentuk tim bertugas untuk melakukan process

mapping, mencari proses

dengan kenaikan biaya paling tinggi dalam waktu 3 tahun, mengevaluasi asumsi yang mendasari proses, menentukan proses yang akan direkayasa ulang,

leadership team

menentukan prioritas, kemudian membuat

project dan menentukan project manager yang

akan mengimplementasi

project, dan project manager

mengimplementasi

project dengan project management tools.

Membentuk tim untuk melakukan process

mapping

Mencari proses dengan kenaikan biaya paling tinggi dalam waktu 3 tahun

Mengevaluasi asumsi yang mendasari proses Menentukan proses yang akan direkayasa ulang

Leadership team

menentukan prioritas Membuat

projectdanmenentukan project manager yang

akan

mengimplementasiproject

Project manager

mengimplementasi

project dengan project management tools Ordinal Financial Modeling (Variabel Independen) Financial modelingadalah menentukan budget penjualan, target produksi, membuat operating budget,

membuat capital budget,

cash budget, dan

membuat budgeted balance sheet. Menentukan budget penjualan Menentukan target produksi Membuat operating budget

Membuat capital budget Membuat cash budget Membuat budgeted

balance sheet


(29)

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Indikator Skala Manajemen Kinerja (Variabel Independen) Manajemen kinerja merupakan kegiatan mengalokasi KPI pimpinan kepada para bawahan yang merupakan kemampuan maksimum bawahantersebut,

memberi dukungan penuh kepada bawahan untuk tercapainya KPI bawahan, melakukan

follow up secara berkala

atas pencapaian KPI bawahan, dan membuat laporan pencapaian KPI.

Mengalokasi KPI pimpinan kepada para bawahan yang

merupakan kemampuan maksimum bawahan tersebut

Memberi dukungan penuh kepada bawahan untuk tercapainya KPI bawahan

Melakukan follow up secara berkala atas pencapaian KPI bawahan Membuat laporan pencapaian KPI Ordinal Budaya Organisasi (Variabel Independen) Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang relevan untuk mendukung keberhasilan bisnis yang dimana

leadership team

mengomunikasikan nilai-nilai tersebut ke seluruh pegawai, adanya

kebijakan untuk memberikan sanksi kepada pihak yang lalai dalam menerapkannya,

leadership team

memberikan contoh pelaksanaannya, dan dilakukan follow up atas pelaksanaannya.

Nilai-nilai yang relevan untuk mendukung keberhasilan bisnis yang

Leadership team

mengomunikasikan nilai-nilai tersebut ke seluruh pegawai

Adanya kebijakan untuk memberikan sanksi kepada pihak yang lalai dalam menerapkannya

Leradership team

memberikan contoh pelaksanaannya Dilakukan follow up atas pelaksanaannya


(30)

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Indikator Skala Sistem Informasi Akuntansi (Variabel Independen) Sistem informasi akuntansi merupakan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi perusahaan, memperoleh informasi keuangan yang dibutuhkan dengan tepat waktu, dan membuat laporan keuangan dengan tepat waktu.

Fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi perusahaan

Fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi keuangan yang

dibutuhkan dengan tepat waktu

Fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk membuat laporan keuangan dengan tepat waktu

Ordinal

Sumber: Hasil Olahan Peneliti

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data untuk penelitian ini menggunakan software statistik SPSS, yang terdiri analisis statistik deskriptif, uji kualitas data, dan uji hipotesis.

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian.Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar profil dari data penelitian tersebut dapat dilihat.Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah manajemen, sistem manajemen strategis, process improvement, financial modeling, manajemen kinerja, budaya organisasi, dan sistem informasi akuntansi.


(31)

3.5.2 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data berguna untuk mengetahui apakah suatu instrumen penelitian adalah valid dan reliabel. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur dan instrument yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012:348).

3.5.2.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:45). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Pegujian dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Pearson, yaitu dengan cara mengorelasikan skor item dengan skor totalnya. Skor total adalah penjumlahan seluruh item pada satu variabel. Kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai positif dan r hitung ≥ r tabel maka item dapat dinyatakan valid, jika r hitung ≤ r tabel maka item dinyatakan tidak valid (Priyatno, 2014:51).

3.5.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Penelitian ini menggunakan “One Shot” atau pengukuran sekali sajauntuk menguji reliabilitas.


(32)

Nunally (1967) menyatakan bahwa pada One Shot atau pengukuran sekali saja: disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.

3.5.3 Uji Hipotesis

Korelasi Kendal Tau (τ) digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis

antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau rangking (Sugiyono, 2012:253).Dikatakan ada hubungan positif dan signifikan antar variabel apabila nilai sig. < α,


(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik nonparametris.Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft

excel, lalu dilakukan analisis statistik deskriptif, pengujian kualitas data, dan uji hipotesis

dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution). Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil perngolahan data dengan menggunakan SPSS diperoleh tabel


(34)

Tabel 4.1

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 7 34 45 38.71 3.729

X2 7 19 24 21.43 1.813

X3 7 25 35 29.57 4.237

X4 7 21 28 23.86 2.795

X5 7 19 25 21.86 2.268

X6 7 15 25 19.57 2.992

X7 7 10 15 12.43 1.902

Y 7 10 15 12.00 1.633

Valid N (listwise) 7

Sumber: Hasil olahan SPSS

Rata-rata hitung dan standar deviasi dari masing-masing variabel yang telah ditunjukkan dalam tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Manajemen (X1)

Untuk variabel manajemen (X1) diperoleh nilai minimum 34 dan nilai maksimum 45. Rata-rata hitung untuk variabel manajemen adalah 38,71 dengan standar deviasi bernilai 3,729.

b. Sistem Manajemen Strategis (X2)

Untuk variabel sistem manajemen strategis (X2) diperoleh nilai minimum 19 dan nilai maksimum 24. Rata-rata hitung untuk variabel sistem manajemen strategis adalah


(35)

c. Process Improvement (X3)

Untuk variabel process improvement (X3) diperoleh nilai minimum 25 dan nilai maksimum 35. Rata-rata hitung untuk variabel process improvement adalah 29,57 dengan standar deviasi bernilai 4,237.

d. Financial Modeling (X4)

Untuk variabel financial modeling (X4) diperoleh nilai minimum 21 dan nilai maksimum 28. Rata-rata hitung untuk variabel process improvement adalah 23,86 dengan standar deviasi bernilai 2,795.

e. Manajemen Kinerja (X5)

Untuk variabel manajemen kinerja (X5) diperoleh nilai minimum 19 dan nilai maksimum 25. Rata-rata hitung untuk variabel manajemen kinerja adalah 21,86 dengan standar deviasi bernilai 2,268.

f. Budaya Organisasi (X6)

Untuk variabel budaya organisasi (X6) diperoleh nilai minimum 15 dan nilai maksimum 25. Rata-rata hitung untuk variabel budaya organisasi adalah 19,57 dengan standar deviasi bernilai 2,992.

g. Sistem Informasi Akuntansi (X7)

Untuk variabel sistem informasi akuntansi (X7) diperoleh nilai minimum 10 dan nilai maksimum 15. Rata-rata hitung untuk variabel sistem informasi akuntansi adalah 12,43 dengan standar deviasi bernilai 1,902.


(36)

h. Kualitas Kinerja Perusahaan (Y)

Untuk variabel kualitas kinerja perusahaan (Y) diperoleh nilai minimum 10 dan nilai maksimum 15. Rata-rata hitung untuk variabel manajemen kinerja adalah 12,00 dengan standar deviasi bernilai 1,633.

4.3 Uji KualitasData

Uji kualitas data berguna untuk mengetahui apakah suatu instrumen penelitian adalah valid dan reliabel. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur dan instrument yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012:348).

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:45). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Adapun nilai r tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,9969. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai positif dan r hitung > r tabel, maka item dapat dinyatakan valid. b. Jika r hitung ≤ r tabel, maka item dinyatakan tidak valid.

Hasil SPSS untuk uji validitas terhadap instrumen data kuesioner dapat dilihat pada tabel berikut:

a. Variabel Manajemen


(37)

Item Pertanyaan Harga Koefisien R Kesimpulan

1 1.000 Valid

2 1.000 Valid

3 1.000 Valid

4 1.000 Valid

5 1.000 Valid

6 1.000 Valid

7 1.000 Valid

8 1.000 Valid

9 1.000 Valid

10 1.000 Valid

Tabel analisis uji validitas di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, dengan demikian semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.


(38)

b. Variabel Sistem Manajemen Strategis

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Manajemen Strategis Item Pertanyaan Harga Koefisien R Kesimpulan

1 1.000 Valid

2 1.000 Valid

3 1.000 Valid

4 1.000 Valid

5 1.000 Valid

6 1.000 Valid

Tabel analisis uji validitas di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, dengan demikian semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.

c. Variabel Financial Modeling

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Variabel Financial Modeling Item Pertanyaan Harga Koefisien R Kesimpulan

1 1.000 Valid

2 1.000 Valid

3 1.000 Valid

4 1.000 Valid

5 1.000 Valid

6 1.000 Valid


(39)

Tabel analisis uji validitas di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, dengan demikian semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.

d. Variabel Process Improvement

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Variabel Process Improvement Item Pertanyaan Harga Koefisien R Kesimpulan

1 1.000 Valid

2 1.000 Valid

3 1.000 Valid

4 1.000 Valid

5 1.000 Valid

6 1.000 Valid

7 1.000 Valid

Tabel analisis uji validitas di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, dengan demikian semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.


(40)

e. Variabel Manajemen Kinerja

Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas Variabel Manajemen Kinerja Item Pertanyaan Harga Koefisien R Kesimpulan

1 1.000 Valid

2 1.000 Valid

3 1.000 Valid

4 1.000 Valid

5 1.000 Valid

Tabel analisis uji validitas di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, dengan demikian semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.


(41)

f. Variabel Budaya Organisasi

Tabel 4.7

Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi Item Pertanyaan Harga Koefisien R Kesimpulan

1 1.000 Valid

2 1.000 Valid

3 1.000 Valid

4 1.000 Valid

5 1.000 Valid

Tabel analisis uji validitas di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, dengan demikian semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.

g. Variabel Sistem Informasi Akuntansi

Tabel 4.8

Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Informasi Akuntansi Item Pertanyaan Harga Koefisien R Kesimpulan

1 1.000 Valid

2 1.000 Valid

3 1.000 Valid

Tabel analisis uji validitas di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, dengan demikian semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.


(42)

h. Variabel Kualitas Kinerja Perusahaan

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Kinerja Perusahaan Item Pertanyaan Harga Koefisien R Kesimpulan

1 1.000 Valid

2 1.000 Valid

3 1.000 Valid

Tabel analisis uji validitas di atas menunjukkan bahwa semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, dengan demikian semua butir pertanyaan tersebut dapat digunakan dan dipercaya.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Penelitian ini menggunakan “One Shot” atau pengukuran sekali saja untuk menguji reliabilitas.SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka instrumen kuesioner atau alat pengukur data tersebut reliabel.

b. Jika Cronbach Alpha ≤ 0,60, maka instrumen kuesioner atau alat pengukur data tersebut tidak reliabel.


(43)

a. Variabel Manajemen

Tabel 4.10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Manajemen Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.972 1.000 5

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel manajemen (1,00) > 0,60) sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner alat pengukur data tersebut untuk variabel manajemen reliabel.


(44)

b. Variabel Sistem Manajemen Strategis Tabel 4.11

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sistem Manajemen Strategis Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

1.000 1.000 4

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel sistem manajemen strategis (1,000) > 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner alat pengukur data tersebut untuk variabel sistem manajemen strategis reliabel.

c. Variabel Financial Modeling

Tabel 4.12

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Financial Modeling

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.957 1.000 7

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel financial modeling (1,00) > 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner alat pengukur data tersebut untuk variabel financial modeling


(45)

d. Variabel Process Improvement

Tabel 4.13

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Process Improvement Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.917 1.000 3

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel process improvement (1,00) > 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner alat pengukur data tersebut untuk variabel process

improvement reliabel.

e. Variabel Manajemen Kinerja

Tabel 4.14

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Manajemen Kinerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.972 1.000 5

Hasil analisis di halaman sebelumnya menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel manajemen kinerja (1,00) > 0,60 sehingga dapat


(46)

disimpulkan bahwa instrumen kuesioner alat pengukur data tersebut untuk variabel manajemen kinerja reliabel.

f. Variabel Budaya Organisasi

Tabel 4.15

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Budaya Organisasi Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

1.000 1.000 5

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel budaya organisasi (1,00) > 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner alat pengukur data tersebut untuk variabel budaya organisasi reliabel.

g. Variabel Sistem Informasi Akuntansi Tabel 4.16

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sistem Informasi Akuntansi Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items


(47)

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel sistem informasi akuntansi (1,00) > 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner alat pengukur data tersebut untuk variabel sistem informasi akuntansi reliabel.

h. Variabel Kualitas Kinerja Perusahaan Tabel 4.17

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Kinerja Perusahaan Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.857 .857 3

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel kualitas kinerja perusahaan (0,857) > 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner alat pengukur data tersebut untuk variabel kualitas kinerja perusahaan reliabel.

4.4 Uji Hipotesis

Korelasi Kendal Tau (τ) digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau rangking (Sugiyono,

2012:253).Dikatakan ada hubungan positif dan signifikan antar variabel apabila nilai sig. < α, sedangkan apabila nilai sig. > α maka dikatakan bahwa tidak ada hubungan antar variabel.Hasil SPSS untuk uji Kendal Tau dapat dilihat pada tabel berikut:


(48)

Tabel 4.18 Hasil Uji Kendal Tau

Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y1

Kendall's tau_b X1 Correlation Coefficient 1.000 .350 -.103 .150 .390 .720* .053 .551

Sig. (2-tailed) . .282 .756 .645 .224 .028 .874 .091

N 7 7 7 7 7 7 7 7

X2 Correlation Coefficient .350 1.000 .541 .158 .718* .595 .389 .053

Sig. (2-tailed) .282 . .112 .637 .030 .078 .256 .875

N 7 7 7 7 7 7 7 7

X3 Correlation Coefficient -.103 .541 1.000 .216 .527 .111 .457 -.324

Sig. (2-tailed) .756 .112 . .525 .116 .746 .190 .340

N 7 7 7 7 7 7 7 7

X4 Correlation Coefficient .150 .158 .216 1.000 .410 -.162 .612 .368

Sig. (2-tailed) .645 .637 .525 . .214 .631 .075 .271

N 7 7 7 7 7 7 7 7

X5 Correlation Coefficient .390 .718* .527 .410 1.000 .474 .488 .205

Sig. (2-tailed) .224 .030 .116 .214 . .154 .149 .534

N 7 7 7 7 7 7 7 7

X6 Correlation Coefficient .720* .595 .111 -.162 .474 1.000 .000 .216

Sig. (2-tailed) .028 .078 .746 .631 .154 . 1.000 .522


(49)

Sig. (2-tailed) .874 .256 .190 .075 .149 1.000 . .418

N 7 7 7 7 7 7 7 7

Y1 Correlation Coefficient .551 .053 -.324 .368 .205 .216 .278 1.000

Sig. (2-tailed) .091 .875 .340 .271 .534 .522 .418 .

N 7 7 7 7 7 7 7 7

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel-variabel manajemen (0,091), sistem manajemen strategis (0,875), process improvement (0,340), financial

modeling (0,271), manajemen kinerja (0,534), budaya organisasi (0,522), dan sistem

informasi akuntansi (0,418) masing-masing lebih besar dari nilai α (0,05). Sehingga dapat dinyatakan bahwa:

a. Tidak ada hubungan antara manajemen dengan kualitas kinerja perusahaan.

b. Tidak ada hubungan antara sistem manajemen strategis dengan kualitas kinerja perusahaan.

c. Tidak ada hubungan antara process improvement dengan kualitas kinerja perusahaan. d. Tidak ada hubungan antara financial modeling dengan kualitas kinerja perusahaan. e. Tidak ada hubungan antara manajemen kinerja dengan kualitas kinerja perusahaan. f. Tidak ada hubungan antara budaya organisasi dengan kualitas kinerja perusahaan. g. Tidak ada hubungan antara sistem informasi akuntansi dengan kualitas kinerja


(50)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Peneilitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris mengenai apakah terdapat pengaruh dari manajemen, sistem manajemen strategis, financial modeling, process

improvement, manajemen kinerja, budaya organisasi, dan sistem informasi akuntansi

terhadap kualitas kinerja perusahaan.Uji statistik dan hasil peneilitan ini merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS.Penelitian ini menggunakan populasi dari para manajer untuk masing-masing departemen yang ada di PT Pusaka Prima Mandiri yang berada di Medan, adapun perusahaan ini memiliki 7 departemen dan para manajer yang menjadi responden penelitian ini adalah 7 orang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dari hipotesis yang dibuat diperoleh hubungan yang berlawanan dengan prediksi teori dan penelitian

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan tidak ada hubungan antara manajemen (0,091 > α), sistem manajemen strategis (0,875> α), financial modeling (0,340> α), process improvement (0,271> α), manajemen kinerja (0,534> α), budaya organisasi (0,522> α), sistem informasi akuntansi (0,418> α) dengan kualitas kinerja perusahaan.


(51)

5.2 Keterbatasan

Peneilitian ini memiliki keterbatasan atau kelemahan yang memerlukan pengembangan-pengembangan dan perbaikan untuk dilakukan oleh peneliti selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dibatasi pada manajemen, sistem manajemen strategis, financial modeling, process improvement, manajemen kinerja, budaya organisasi, dan sistem informasi akuntansi. Faktor-faktor lainnya memiliki kemungkinan untuk dapat mempengaruhi kualitas kinerja perusahaan.

2. Perusahaan yang diteliti berukuran relatif kecil mengakibatkan jumlah populasi yang sedikit.

5.3 Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang dihasilkan, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk:

1. Dapat memilih perusahaan untuk diteliti dengan ukuran yang lebih besar, sehingga populasi responden untuk diuji juga lebih besar.

2. Meneliti variabel-variabel lainnya yang memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi kualitas kinerja perusahaan selain dari variabel-variabel yang telah diteliti dalam penelitian ini.


(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kualitas Kinerja Perusahaan(Organizational Performance)

Dalam persaingan dipasar, target perusahaan adalah memperluas pasar.Untuk memperluas pasar, yang penting adalah meningkatkan kepuasan pelanggan yang dapat dilakukan dengan cara menawarkan produk yang berkualitas lebih baik dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing. Karena itu, perusahaan akan menaikkan target kinerjanya dibandingkan target kinerja tahun lalu yang sasaran utamanya adalah meningkatkan kualitas produk dengan melancarkan berbagai inisiatif yang akan meningkatkan efisiensi. Perusahaan akan menentukan Key Performance

Indicator (KPI) yang harus dicapai dalam tahun berjalan dalam rangka meningkatkan kualitas

produk dan menurunkan harga jual yang akan meningkatkan kepuasan pelanggan. Kualitas kinerja perusahaan dikatakan sangat baik jika KPI tersebut dapat dicapai seluruhnya.

Daft (2000) menyatakan “organizational performance is the organization’s capability

to accomplish its goals effectively and efficiently using resources.” Kinerja organisasi adalah

kemampuan organisasi untuk mencapai goalssecara efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya.Goals merujuk kepada rencana jangka waktu lima tahunan perusahaan yang untuk mencapainya dibuat rencana tahunan.

2.1.2 Manajemen

Peter Ferdinand Drucker (2005) menyatakan “management is a multipurpose organ

that manages a business and manages Managers and manages Workers and work.”


(53)

berada di posisi yang lebih tinggi dari manajer, karena managament juga mengelola para manajer.George R. Terry (1953) menyatakan “management is adistinct process consisting of

planning, organizing, actuating and controlling; utilizing in each both science and art, and followed in order to accomplish pre-determined objectives.” Manajemen adalah proses yang

terpisah yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian; menggunakan ilmu dan seni, dan dilanjutkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat dibuat sintesa sebagai berikut,manajemen adalah leadership team yang diberi tanggung jawab untuk mengelola sumberdaya perusahaan yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan

tools.

Manajemen yang berkualitas berpikiran strategis dan akan mengelola organisasinya seturut dengan sistem manajemen strategis.Menurut peneliti, sistem manajemen strategis yang handal saat ini adalah yang sesuaidengan konsep balanced scorecard.Manajemen bertanggung jawab untuk membuat perencanaan strategis dimana semua peluang yang berhubungan dengan pertumbuhan perusahaandianalisa. Manajemen akan mendiskusikan peluang untuk meningkatkan efisiensi dengan cara memperkecil biaya operasi; meningkatkan

revenuedengan cara mengevaluasi business plan yang diantaranya dapat berisikan membuat

kebijakan (policy)penjualan yang baru atau dengan membuat produk baru yang memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk milik kompetitor; mendiskusikan peluang untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, inovasi produk, kualitas produk, dan produktivitas pegawai; meningkatkan keahlian pegawai dan penggunaan teknologi; membahas program kerja tahunan; mengalokasikanbudget biaya operasi dan budget kapital yang sesuai untuk mencapai target yang telah ditetapkan; menunjuk para penanggung jawab atas pengelolaan initiative peningkatan agar hasil yang diperkirakan dapat direalisasiatau melebihi perkiraan; menggunakan financial modeling untuk menguji sensitivitas suatu


(54)

alternatif atas laporan keuangan dan atas arus kas serta menentukan alternatif terbaik. Kebutuhan akan kas harus senantiasa dijaga, karena banyak perusahaan yang tidak dapat mempertahankan prinsip going concern karena permasalahan ketiadaan kas yang cukup untuk membiayai operasi perusahaan.

Untuk memastikan bahwa semua pegawai perusahaan berperan aktif dalam pencapaian sasaran korporat yang telah ditetapkan, manajemen menerapkan pe-rangkat (tools) pengelolaan kinerja (performance management). Manajemen juga perlu menentukan dan senantiasa mengomunikasikan budaya organisasi agar pegawai dapat melakukan kegiatan bisnisnya sesuai dengan budaya organisasi tersebut, bukan dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Manajemen juga akan menentukan sistem informasi akuntansi seperti apa yang akan digunakan oleh perusahaan seiring dengan perkembangan bisnis. Manajemen akan mengoordinasikan kegiatan tim sedemikian rupa agar target korporat dapat dicapai.

Para manajemen perusahaan akan duduk bersama secara berkala misalnya bulanan, untuk mengevaluasi pencapaian target yang telah disepakati yang di dalam konsep balanced

scorecard disebut sebagaikey performance indicator (KPI). Jika ditemukan kegagalan,

penyebab kegagalan akan ditelusuri dan dibenahi sesegera mungkin. Jadi kualitas kepemimpinan dari manajemen suatu organisasi sangat mendominasi kualitas kinerja perusahaan. Eisenhardt (2013) yang melakukan penelitian perihal tim pimpinan puncak dan kinerja perusahaan menyimpulkan bahwa tim pimpinan puncak dapat sangat mempengaruhi kinerja perusahaan.

2.1.3 Sistem Manajemen Strategis


(55)

advantages.”Manajemen strategis terdiri dari analisa, keputusan, dan kegiatan suatu

organisasi yang dilakukan untuk menciptakan dan memelihara daya saing. Niven (2002) menyatakan “Balanced Scorecard as three things: strategic management system,

measurement system, and communication tool.”Balanced scorecard sebagai tiga hal: sistem

manajemen strategis, sistem pengukuran, dan perangkat komunikasi.

Balanced scorecard sebagai suatu sistemmanajemen strategisakan memberikan

keseimbangan antara data keuangan historis dan driver kinerja untuk mencapai sukses di masa depan, serta menuntun organisasi dalam menerapkan stra-tegi. Strategi merupakan

critical success factors yang harus dicapai supaya organi-sasi berhasil. Niatan untuk

mencapai critical success factors ini yang disebut niatan strategis atau strategic intents.

Balanced scorecardjuga merupakan suatu metodo-logi untuk mentranslasi setiap strategi

menjadi sasaran kinerja atau performance objective atau strategic objective, ukuran kinerja atau performance measures, target yang akan dicapai, dan inisiatif atau program kerja yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan. Program kerja tersebut dibuatkan untuk tiap perspektif yaitu keuangan (Financial), pelanggan (Customer

and Market), proses bisnis internal (Internal Business Process), serta tenaga kerja dan

pembelajaran (Employee Learning and Growth). Strategi untuk perspektif ter-tentu dapat mempengaruhi strategi untuk perspektif lainnya. Keberhasilan strategi di satu perspektif akan menyebabkan keberhasilan strategi di perspektif lainnya. Diagram saling mempengaruhi ini disebut strategy map. Contoh strategy map:


(56)

Gambar 2.1

Strategy Map

Sumber: Blocher, Edward J., Stout, David E., dan Cokins, Gary, 2010. Cost

Management A Strategic Emphasis, McGrawHill/Irwin, New York.

Balanced scorecard sebagai sistem pengukuranmemiliki perbedaan khusus apabila

dibandingkan dengan sistem pengukuran lainnya, karena balanced scorecard menghubungkan sebab dan akibat dalam proses pengukurannya. Mak-sudnya adalah ukuran untuk perspektif yang satu dihubungkan dengan ukuran yang dibuat untuk perspektif yang lain. Misalnya, ukuran yang hendak dicapai untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja akan memberikan pengaruh kepada ukuran yang akan dicapai untuk perspektif keuangan.

Balanced scorecardmenggunakan dua jenis ukuran kinerja yaitu lag performance measures

dan lead performance measures. Lag performance measures berfokus pada hasil diakhir

STRATEGY M AP

Le

a

rn

in

g

&

G

ro

w

th

In

te

rn

a

l

B

u

si

n

es

s

P

ro

ce

ss

C

u

st

o

m

er

&

M

a

rke

t

Fi

n

a

n

ci

a

l

Return On

Investment Improve Customer Satisfaction Improve Quality Enhance Product Innovation Enhance employee skills Improve use of technology Communicate Strategy Improve Productivity Revenue Growth Reduce Cost Improve Customer Profitability Reduce Order Filling Time


(57)

pegawai.Lead performance measures sebagai driver yang akan menuntun tercapainya lag

performance measures. Misalnya jumlah jam yang digunakan bersama pelanggan, brand awareness, dan absensi.

Ukuran kinerja lag dan leadakan dibuat untuk keempat perspektif yaitu keuangan (tiga atau empat ukuran), pelanggan (lima sampai delapan ukuran), pro-ses bisnis internal (lima sampai sepuluh ukuran), serta tenaga kerja dan pembela-jaran (tiga sampai enam ukuran). Sehubungan dengan sistem pengukuran ini, hal-hal yang perlu dipertanyakan adalah: Mengapa Anda memilih kinerja itu untuk diukur? Apakah ukuran kinerja itu signifikan untuk mendukung strategi?Bagaimana Anda mengukur kinerja itu? Siapa yang bertanggung jawab atas hasil pengukuran kinerja itu?Merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan untuk membuat suatu sistem pengukuran kinerja agar dapat mengevaluasi kinerja pegawai baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan.

Chenhall (2005) menyatakan “strategic performance measurement system (SPMS)

provide a way to translate and measure the financial and non financial performance. Sistem

pengukuran kinerja strategis menyediakan suatu cara untuk mentranslasikan dan mengukur kinerja keuangan dan non keuangan.Kaplan dan Norton (1992) menyatakan bahwa balanced

scorecard merupakan perangkat SPMS yang paling penting dewasa ini.

Balanced scorecardsebagai alat komunikasi yang baik dengan menying-kapkan

kepada pegawai arah tujuan organisasi dan bagaimana tiap individu berkon-tribusi dalam setiap kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Alat komunikasi ini juga bisa digunakan untuk meneruskan scorecard korporat menjadi bahan mentah untuk membuat scorecard organisasi di level yang dibawahnya. Demikian selanjut-nya sehingga menjadi scorecard di level individu. Dengan demikian akan terlihat bahwa semua elemen organisasi turut berpartisipasi dalam pencapaian scorecard korporat.Translasi strategi menjadi sasaran kinerja, ukuran kinerja, dan target yang akan dicapai untuk tiap perspektif merupakan kunci


(58)

efektivitas pembuatan balancedscorecard. Secara ringkas, tahapan yang harus dilalui dalam pembuatan balancedscorecard adalah sebagai berikut:

Sumber: Hasil Olahan Peneliti

Gambar 2.2

Tahapan Balanced Scorecard

Penelitian ini ingin mengetahui apakah sistem manajemen strategis berperan dalam meningkatkan kualitas kinerja perusahaan.Studi literatur atas beberapa karya ilmiah menunjukkan bahwa sistem manajemen strategis memiliki peranan yang kuat dalam meningkatkan kualitas kinerja perusahaan.

Ahmad et al. (2014) meneliti pengaruh atas manajemen strategis atas kinerja bisnis organisasi di Jordanian Pharmaceutical Manufacturing (JPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang tinggi antara sesama variabel balanced scorecard dan antara variabel balanced scorecard dan kinerja bisnis organisasi JPM. Umar (2005) menyelidiki pengaruh manajemen strategi sebagai perangkat untuk mencapai merger dan akuisisi yang efektif dan efisien atas Nestle and Lever Brothers PLC.Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa manajemen strategis memainkan peranan penting untuk kesuksesan, pertumbuhan,

A n a l y si s o f M a cr o En v i r o n m e n t ,

I n d u st r y En v i r o n m e n t ,

Fi n a n ci a l , Cu st o m e r,

I n t e r n a l Bu si n e ss

Pr o ce ss, a n d

Le a r n i n g & Gr o w t h

p e r sp e ct i v e s

SW OT A n a l y si s

Co r p o r a t e Po r t f o l i o A n a l y si s

St r a t e g y I d e n t i f i ca t i o n ,

Ev a l u a t i o n , a n d Se l e ct i o n

St r a t e g i c I n i t i a t i v e s

( f o r e a ch p e r sp e ct i v e s)

w i t h Bu d g e t , KPI , a n d PI C

Pr o g r e ss St a t u s Su cce ss Vi si o n

( 5 y r s De st i n a t i o n )

Va l u e s ( Co r p o r a t e

Cu l t u r e ) M i ssi o n

Pe r f o r m a n ce Ob j e ct i v e s, M e a su r e s a n d


(59)

pengaruh proses perencanaan strategis atas superioritas kinerja organisasi di organisasi pelayanan kemanusiaan nirlaba. Temuan utama penelitian ini adalah bahwa perencanaan strategis sangat berhubungan dengan superioritas kinerja organisasi.

2.1.4 Process Improvement

Sarah Cook (1996) menyatakan “process improvement is an aspect of organizational

development in which a series of actions are taken by a process owner to identify, analyze and improve existing business processes within an organization to meet new goals and objectives, such as increasing performance, reducing costs and accelerating schedules.”

Perbaikan proses merupakan aspek pengembangan organisasi dimana serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pemilik proses untuk mengidentifikasi, menganalisis dan meningkatkan proses bisnis yang ada dalam suatu organisasi untuk memenuhi goals baru dan objectives, seperti meningkatkan kinerja, menutukan biaya dan mempercepat siklus proses.

Proses perancangan suatu bisnis proses selalu didasarkan atas asumsi dasar tertentu, misalnya jumlah pengunjung yang relatif banyak sehingga untuk mengu-rangi waktu tunggu pelanggan dibentuk beberapa posisi yang bekerja secara terspe-sialisasi. Karena pembagian pekerjaan berdasarkan tipe pekerjaannya, yang disebut spesialis, akan dapat menyelesaikan pekerjaannya masing-masing secara lebih cepat jika dibandingkan dengan pekerjaan generalis. Pertanyaannya adalah “apakah setelah bisnis proses tersebut dilaksanakan, asumsi dasar tersebut memang terjadi? Apakah pelanggan yang berkunjung memang banyak?Kalau ternyata setelah ber-jalan setahun jumlah pengunjung tidak sebanyak yang diperkirakan, apakah jumlah pegawai yang dibentuk secara spesialisasi tersebut benar-benar diperlukan?”Ini merupakan contoh perlunya melakukan evaluasi atas sistem yang ada secara berke-sinambungan.


(60)

Perbaikan sistem bisa dilakukan dengan cara mengevaluasi sistem yang ada disebut dengan process assessment atau dengan melakukan rancang ulang disebut dengan process

reengineering. Hammer dan Champy (1993) menyatakan “process reengineeringis the fundamental rethinking and radical redesign of business processes to achieve dramatic improvements in critical, contemporary measures of performance, such as cost, quality, service, and speed.”

Rancang ulang proses merupakan pemikiran ulang secara mendasar dan pe-rancangan ulang yang radikal atas proses bisnis untuk mencapai peningkatan yang dramatik atas pengukuran kinerja yang kritikal seperti biaya, kualitas, pelayanan, dan kecepatan.Untuk melakukan process improvement, kita perlu melakukan assessment atas bisnis proses yang akan dikembangkan. Dalam melakukan assessment tersebut, yang menjadi sasaran adalah waktu penyelesaian proses lebih pendek, kualitas output lebih baik, pengawasan internal lebih kuat, dengan biaya yang lebih murah.

Biasanya, suatu perusahaan memiliki banyak bisnis proses. Karena banyak-nya bisnis proses tersebut, akan lebih signifikan hasil yang akan dicapai jika prio-ritas diberikan kepada proses yang mengakibatkan kenaikan biaya atau kualitas output yang manurun atau proses yang menggunakan waktu yang lama untuk melakukan suatu pekerjaanpada periode tiga tahun terakhir.Hasil dari kegiatan process assessment ini adalah daftar bisnis proses yang akan dikembangkan berdasarkan urutan prioritasnya dan hasil evaluasi awal atas bisnis proses yang dievaluasi.

Untuk bisnis proses yang sudah jelas permasalahannya dan cara memper-baikinya,

process improvement bisa segera dilakukan dengan membuat process flow yang baru beserta


(61)

tersebut.Monitoring atas pelaksanaan proses yang baru perlu dilakukan untuk memastikan bahwa proses yang baru dilaksanakan seba-gaimana mestinya.

Kadangkala, permasalahan suatu bisnis proses dapat didefinisikan dengan jelas. Tetapi cara penyelesaiannya belum jelas. Untuk hal seperti ini, manajemen perlu membentuk

cross functional team yang anggotanya berasal dari tim-tim yang terkait dengan bisnis proses

bersangkutan.Permasalahan yang seperti ini yang disebut sebagai initiative.Initiative dikerjakan dengan membentuk sebuah proyek yang beranggotakan para wakil dari departemen yang terkait dengan bisnis proses bersangkutan. Agar dapat memperoleh hasil yang maksimal, proyek tersebut harus dilaksanakan secara terstruktur dengan menggunakan

project management tools.

Padaproject management tools, ada tahapan yang menghendaki agar biaya untuk melaksanakan proses yang sekarang dihitung. Pada tahapan lainnya dimana berbagai alternatif dipertimbangkan, taksiran biaya untuk melaksanakan proses dengan menggunakan tiap alternatif harus dihitung juga. Jadi project team tahu persis bahwa proses yang baru akan lebih menguntungkan atau tidak. Pemilihan alternatif dilakukan berdasarkan kriteria pemilihan yang telah disepakati sebelum-nya. Kalau ternyata semua alternatif yang ada tidak lebih efisien atau tidak meng-hasilkan output yang lebih baik, proyek bisa dihentikan saja.

Saver (2011) melakukan process improvement untuk pelaksanaan operasi di ruangan operasi dengan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.Setelah training berkomunikasi diselenggarakan, dilakukan evaluasi keefektifan training tersebut terhadap pelaksanaan operasi selanjutnya.Hasil process improvement menunjukkan bahwa sebelum training berkomunikasi diberikan, kesalahan berjumlah 56 dari 76 jam operasi yang dilaksanakan. Setelah training berkomunikasi diberikan, jumlah kesalahan menurun menjadi hanya 20 dari 74 jam operasi yang dilaksanakan.


(62)

Financial modeling merupakan tools untuk memproyeksikan pengaruh tar-get atau

kebijakan perusahaan yang ditetapkan dalam niatan strategis terhadap laporan keuangan dan terhadap kebutuhan kas bulanan perusahaan. Sensitivity analysis dapat dilakukan dengan menggunakan tools ini. Untuk setiap alternatif kebijakan (misalnya memberikan discount sebesar 20% atau 30%) dapat dilihat dampaknya ke laporan keuangan, sehingga eksekutif dapat memilih alternatif mana yang paling baik untuk mencapai target korporat.Pertanyaannya adalah “apakah financial modeling benar-benar dapat meningkatkan kualitas kinerja perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan?”

Meyer dan Feingold (1995) mencoba mengintegrasikan financialmodeling dengan proses perlakuan yang diberikan kepada pasien. Kegiatan ini juga sekalian merekayasa ulang proses perlakuan kepada pasien dengan melibatkan para pelayan medis terkait. Initiative ini, yang disebut critical path, membuat standar pelayanan medis atas tipe pasien tertentu untuk prosedur atau kondisi tertentu dan financial modeling dibuat menurut standar proses pelayanan medis tersebut. Setelah menghilangkan prosedur dan pengujian laboratorium yang tidak perlu dan menetapkan target lamanya rawat inap, maka biaya menjadi lebih rendah, pela-yanan memiliki standar, dan kualitas pelayanan meningkat.

2.1.6 Manajemen Kinerja(Performance Management)

De Waal (2007) menyatakan “performance management is the process where steering

of the organization takes place through the systematic definition of mission, strategy and objectives of the organization, making these measurable through critical success factors and key performance indicators, in order to be able to take corrective actions to keep the organization on track.” Manajemen kinerja merupakan proses dimana pengendalian


(63)

kunci, supaya dapat melakukan tindakan perbaikan agar organisasi tetap terkendali. Wikipedia menyatakan “performance management (PM) includes activities which ensure that

goals are consistently being met in an effective and efficient manner.” Manajemen kinerja

meliputi segala kegiatan untuk memastikan agar goals dapat dicapai secara efektif dan efisien. Manajemen kinerja atau performance management merupakan proses yang efektif untuk mengelola kinerja pegawai agar kinerja pegawai maksimal dalam pencapaian target korporat.

De Waal (2007) menyatakan “the effectiveness of the process is defined as the

achievement of both financial and non-financial targets, the development of skills and competencies, and the improvement of customer care and process quality.” Proses yang

efektif didefinisikan sebagai pencapaian target keuangan dan non-keuangan, pengembangan keahlian dan kemampuan, peningkatan pelayanan pelanggan, dan kualitas proses.

Dalam implementasinya, target korporat dituliskan sebagai target yang merupakantanggung jawab pimpinan puncak (Chief Executive OfficeratauCEO). Target pencapaian CEO ini dialokasikan kepada para Vice PresidentdanChief Financial Officer (CFO)yang secara organisasi melapor secara langsung ke CEO. Mereka ini akan melakukan hal yang sama kepada pimpinan tim yang melapor secara langsung kepada mereka. Target pencapaian tim dialokasikan kedalam target pencapaian setiap anggota tim untuk memastikan bahwa setiap anggota tim berperan serta dalam pencapaian target tim. Target individu ini dituliskan di kertas yang juga memuat job description individu yang bersangkutan.Direct

leader dari pegawai tersebut mendiskusikan target tersebut beserta cara mencapainya. Direct leader dan pegawai bersama-sama menentukan target yang mungkin dapat dicapai oleh

pegawai tersebut beserta tanggal penyelesaian tiap pekerjaan yang disepakati. Progress pencapaian target tersebut dievaluasi secara berkala oleh direct leader pegawai. Directleader harus mendukung anggota timnya dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada


(64)

anggota tim tersebut, sehingga pada akhir tahun semua target yang disepakati dapat dicapai dengan baik, yang berarti bahwa target korporat juga dicapai dengan baik.

Manajemen kinerja merupakan suatu sistem atau proses dimana pekerjaan direncanakan, target hasil ditentukan, kinerja dimonitor, kemampuan pekerja ditingkatkan, kinerja diukur, dan pencapai kinerja terbaik (top performer) diberikan penghargaan. Beberapa manfaat dari penerapan manajemen kinerja antara lain adalah dapat meningkatkan standar kinerja di segala bidang operasional seperti peningkatan target penjualan, pengurangan biaya organisasi, menghentikan pengeluaran project yang melebihi budget, kegiatan anggota organisasi mendukung pencapaian target CEO, incentive plan dapat diperuntukkan bagi pencapaian target saja sehingga dapat meningkatkan komitmen pegawai untuk berkontribusi dalam pencapaian target perusahaan. Pertanyaannya adalah “apakah manajemen kinerja memang benar-benar dapat meningkatkan kualitas kinerja perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan?”

Andréet al. (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen kinerja atas hasil organisasi nirlaba.Hasil penelitian tersebut mendukung pimpinan yang mau menerapkan manajemen kinerja untuk meningkatkan hasil organisasi nirlabanya.Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa penggunaan manajemen kinerja menghendaki perhatian manajemen yang berkesinambungan agar tetap berhasil dalam jangka panjang.

2.1.7 Budaya Organisasi(Organizational Culture)

Schein (1990) menyatakan “culture is a set of different values and behaviors that may

be considered to be a guide to success.” Budaya adalah satu set nilai-nilai dan perilaku yang

berbeda yang dianggap akan menuntun dalam mencapai keberhasilan.Penelitian Shahzad (2012) menyatakan bahwa fungsi-fungsi dari budaya organisasi adalah memengaruhi


(65)

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pegawai. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi adalah satu set nilai-nilai dan perilaku yang berbeda yang memengaruhi pengambilan keputusan dan tingkah laku pegawai, keeratan hubungan antar pegawai, serta efisiensi dan efektivitas pegawai.

Budaya organisasi sebaiknya dibangun sedemikian rupa agar dapat mening-katkan kinerja organisasi dan membangun kesadaran akan kualitas secara berkesinambungan (Pettigrew, 1979). Norma-norma memang tidak bisa dilihat, tetapi jika organisasi ingin meningkatkan kinerja pegawai dan profitabilitasnya, norma-norma merupakan sesuatu yang pertama untuk diperhatikan (Stewart, 2010).

Budaya organisasi atau corporate culture mengacu kepada nilai-nilai atau prinsip yang mendasari cara bertindak tiap pegawai dalam menyelesaikan peker-jaan. Budaya organisasimenggambarkan siapa mereka sebagai individu, meng-gambarkan bagaimana cara organisasi bertindak, dan merupakan sesuatu yang kri-tikal dan diyakini dapat digunakan untuk mencapai kinerja yang maksimal(high-performance). Yang penting adalah keselarasan antara prinsip tersebut dengan tindakan anggota tim, dimana anggota organisasi melihat bahwa tindakan mereka sehari-hari sesuai dengan budaya organisasidan bagaimana tindakan sedemikian berkontribusi terhadap keberhasilan organisasi.

Beberapa contoh budaya organisasi yang sering digunakan:

a) Keselamatan(safety) – melakukan suatu pekerjaan dengan selamat atau ja-ngan melakukan pekerjaan itu sama sekali

b) Professional – mampu melakukan pekerjaan, kreatif, inovatif, memberikan pelayanan

terbaik kepada pelanggan

c) Disiplin – mentaati proses yang telah disetujui

d) Integritas – dapat dipercaya (jujur, tulus), menjadi panutan, mematuhi standar etika bisnis yang tinggi


(66)

e) Akuntabel – berbicara dengan data, transparan (obyektif), pengungkapan fakta secara penuh kepada manajemen

f) Bekerja-sama – menghormati teman kerja dan mengajak bekerja-sama untuk menciptakan sinergi.

Pertanyaannya adalah “apakah budaya organisasi memang benar-benar dapat meningkatkan kualitas kinerja perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan?”Berdasarkan studi literatur yang ada, Shahzad (2012) mendefinisikan dan mengukur budaya organisasi dan pengaruhnya atas kinerja organisasi. Ditemukan bahwa budaya organisasi berperan secara signifikan atas berbagai proses, pegawai, dan kinerja organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa jika pegawai memiliki komitmen dan memiliki norma-norma dan nilai-nilai yang sama dengan organisasi, hal ini dapat meningkatkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.

Para pimpinan disarankan untuk mengembangkan budaya yang kuat di orga-nisasi untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan dari pegawai dan organisasi. Budaya organisasi dianggap kuat jika sebagian besar pegawai memegang keperca-yaan dan nilai-nilai yang sama dengan organisasi (Deal and Kennedy, 1982). Budaya yang kuat meningkatkan rasa percaya diri dan komitmen pegawai dan mengurangi job stress dan meningkatkan perilaku etik para pegawai (Saffold 1998).

Di dalam budaya organisasi yang kuat, tujuan pegawai paralel dengan tujuan manajemen dan membantu untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan (Deal dan Kennedy, 1982). Budaya organisasi memiliki pengaruh yang dalam atas kinerja pegawai yang selanjutnya akan meningkatkan produktivitas dan kinerja organisasi (Shahzad, 2012).


(67)

2.1.8 Sistem Informasi Akuntansi(Accounting Information System)

Soudani (2012) menyatakan“Accounting Information System (AIS)is the whole of the

related components that are working together to collect, store, and disseminate data for the purpose of planning, control, coordination, analysis, and decision making.” Sistem informasi

akuntansi merupakan seluruh komponen yang berhubungan dan bekerjasama untuk mengumpulkan, menyimpan, dan membagikan data untuk keperluan perencanaan, pengawasan, koordinasi, analisa, dan pengambilan keputusan. Saat ini kebanyakan perusahaan sudah menggunakan sistem informasi akuntansi yang terintegrasi satu sama lain yang disebut Enterprise Resource Planning (ERP).

Hal terpenting sehubungan dengan sistem informasi akuntansi adalah peran-cangan fungsi-fungsi yang tersedia di sistem tersebut harus sesuai dengan kebu-tuhan para pemakainya.Untuk itu, menjadi hal yang penting untuk menentukan para calon pemakai sistem tersebut untuk menanyakan kepada mereka perihal fungsi-fungsi yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas mereka masing-masing. Para calon pemakai sistem tersebut disebut juga stakeholders yang terdiri dari pimpinan tertinggi sampai pegawai terendah yang akan menggunakan sistem tersebut.

Jadi dalam perencanaan untuk implementasi sistem informasi akuntansi, dokumentasi kebutuhan (requirements document) merupakan hal yang penting. Dokumen ini akan digunakan untuk menentukan nilai tiap jenis paket software yang tersedia di pasar yang akan diseleksi. Bobot nilai akan diberikan berdasarkan kelengkapan fungsional yang disediakan oleh setiap paket software. Semakin banyak fungsi yang disediakan oleh software tertentu yang sesuai dengan dokumen kebutuhan, semakin sesuailah software tersebut dengan kebutuhan perusahaan.

Jika seluruh fungsi yang dibutuhkan oleh pegawai yang bertugas untuk mencatat transaksi tersedia di paket software yang dibeli, maka dapat dikatakan bahwa sistem


(68)

informasi akuntansi merupakan sistem untuk mencatat transaksi keu-angan dari aktivitas bisnis perusahaan. Sistem informasi akuntansi biasanya mema-sukkan unsur pengawasan dan teknik akuntansi untuk dapat melacak suatu transak-si, membuat laporan keuangan untuk internal dan eksternal, financial statements, trend analysis, yang semua ini akan mendukung kinerja perusahaan dalam melihat potensi peluang berdasarkan data historis yang diproyeksikan ke masa depan. Ter-gantung pilihan perusahaan atas sistem yang dibeli apakah data akan di-update (dimutakhirkan) segera setelah transaksi dicatat ke dalam sistem (real

time proces-sing) atau data di-update secara harian, hal ini akan mempercepat ketersediaan

data untuk pengambilan keputusan. Manajemen akan sangat terbantu jika perusahaan membuat data warehouse yang dapat membuat berbagai jenis laporan dengan cara yang sangat user friendly yang sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Jadi secara teoritis, sistem informasi akuntansi mendukung secara positif peningkatan kualitas kinerja perusahaan, yang dimaksud dengan kualitas disini adalah pelaksanaan kegiatan secara efektif dan efisien.

Kontrol yang kuat, misalnya dalam proses pengadaan barang dan pemba-yarannya, akan mendukung kinerja perusahaan dalam mengurangi resiko kerugian karena kesalahan dalam melakukan pembayaran. Karena sistem hanya akan meneri-ma barang yang sesuai dengan pesanan, dan pembayaran hanya dapat dilakukan bila barang yang ditulis dalam faktur tagihan telah diterima oleh pegawai yang bertugas di gudang barang. Sistem akan melakukan proses yang disebut three-way-matching, yaitu data berkenaan dengan barang yang dipesan harus sesuai dengan data barang yang diterima, dan sesuai juga dengan data barang di faktur penagihan (invoice). Semua data ini kecuali invoice sudah tersedia di dalam sistem informasi akuntansi. Ini berarti bahwa kontrol yang ada di sistem informasi akuntansi meningkatkan keefektifan kinerja perusahaan dalam melakukan transaksi dan dalam


(69)

Sistem informasi akuntansi yang terintegrasi (ERP) juga dapat memperce-pat proses pembuatan financial statements yang diwajibkan oleh badan tertentu untuk diberikan kepada badan ini secara tepat waktu. Ini jelas membantu kinerja organisasi dalam memenuhi permintaan badan yang berwenang secara tepat waktu. Keterlambatan dalam penyediaan

financial statements, dapat mengakibatkan nama perusahaan dicoret di pasar bursa.

Chenhall (2003) menyatakan “the appropriate design of Accounting Information

System (AIS) supports business strategies in ways that increasing the organizational performance.” Perancangan yang sesuai dari sistem informasi akuntansi mendukung strategi

bisnis dengan cara meningkatkan kinerja organisasi.

2.2 Penelitian Terdahulu


(70)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Dependen (y) Variabel Independen (x) Hasil Penelitian Ahmad et al. (2014) The Impact of Strategic Management on the Jordanian Pharmaceuti-cal Manufactur-ing Organiza-tions' Business Performance Business Performance Strategic Management

The result of the simple regression and the multiple regressions analysis shows that strategic management (balanced scorecard elements) has a direct impact on Jordanian Pharmaceutical Manufacturing Organizations' business performance. André et al.

(2011)

The impact of perfor-mance management on the results of a non-profit organization Enterprise Performance Performance Management Practical implications - The results support managers who want to introduce performance management to improve the results of their non-profit organisation. At the same time, the research indicates that introducing and using performance management needs continuous attention of management in order to become and stay


(1)

mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam karya-karya ilmiah selanjutnya.Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 28 Desember 2015 Peneliti,

Theo Ishak Sianipar NIM: 120503347


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Perumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kajian Teori ... 7

2.1.1 Kualitas Kinerja Perusahaan ... 7

2.1.2 Manajemen ... 8

2.1.3 Sistem Manajemen Strategis ... 10

2.1.4 Process Improvement ... 15

2.1.5 Financial Modeling ... 19

2.1.6 Manajemen Kinerja ... 19

2.1.7 Budaya Organisasi ... 22

2.1.8 Sistem Informasi Akuntansi ... 25

2.2 Penelitian Terdahulu ... 27

2.3 Kerangka Konseptual ... 31

2.4 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 36

3.1 Desain Penelitian ... 36

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.3 Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data ... 37

3.4. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 38

3.4.1 Variabel Dependen (Y) ... 38

3.4.2 Variabel Independen (X) ... 39

3.5 Teknis Analisis Data ... 47

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 47

3.5.2 Uji Kualitas Data ... 47

3.5.1.1 Uji Validitas ... 47

3.5.2.2 Uji Reliabilitas ... 48

3.5.3 Uji Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Data Penelitian ... 50

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 50


(3)

4.2.1 Uji Validitas ... 53

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 59

4.4 Uji Hipotesis ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Keterbatasan ... 68

5.3 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 28

3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 42

4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 51

4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Manajemen ... 54

4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Manajemen Strategis . 55 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Financial Modeling ... 55

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Process Improvement ... 56

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Manajemen Kinerja ... 57

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi ... 58

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Informasi Akuntansi .. 58

4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Kinerja Perusahaan . 59 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Manajemen ... 60

4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sistem Manajemen Strategis ... 61

4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Financial Modeling ... 61

4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Process Improvement ... 62

4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Manajemen Kinerja ... 62

4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Budaya Organisasi ... 63

4.16 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sistem Informasi Akuntansi ... 63

4.17 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Kinerja Perusahaan ... 64


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Strategy Map ... 12 2.2 Tahapan Balanced Scorecard ... 14 2.3 Kerangka Konseptual ... 32


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Questionnaires List ... 70

2 Data Responden ... 77

3 Konfirmasi Definisi Operasional ... 79