Sedangkan untuk perbandingan 20:80 nilai densitasnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan pada hari penyimpanan kelima, yaitu dari 0,983 gml menjadi 1,016
gml . Hal ini memperlihatkan bahwa lateks polistirena pada perbandingan tersebut hanya stabil selama empat hari masa penyimpanan yang kemudian pada hari kelimanya
mengalami proses pemisahan fase. Begitu pula yang terjadi pada lateks polistirena dengan perbandingan 80:20.
Lateks pada perbandingan ini mengalami pemisahan fase pada hari ketiga masa penyimpanan. Hal ini terlihat pada gambar 4.2, campuran lateks polistirena dengan lateks
pekat karet alam perbandingan 80:20 mengalami kenaikan nilai densitas dari 0,993 gml menjadi 1,010 gml pada perbandingan ini mengalami kenaikan nilai densitas sekitar
0,017 pada campuran lateks polistirena dengan lateks pekat karet alam.Semua itu menunjukkan bahwa campuran lateks polistirena dan lateks pekat karet alam
perbandingan 50 : 50 memiliki tingkat kestabilan yang paling baik yang terlihat dari nilai densitas yang tidak mengalami perubahan selama masa pernyimpanan.
Hal ini menunjukan bahwa campuran lateks polistirena dengan lateks pekat karet alam perbandingan 50 : 50 selama masa penyimpanan tidak mengalami proses
pemisahan fase.
4.2.2. Analisa Ukuran dan Bentuk Partikel Lateks .
Analisa distribusi ukuran partikel lateks polistirena dilakukan dengan metode manual, yaitu dengan cara menghitung jumlah partikel lateks polistirena yang tampak pada hasil
fotografi pengamatan partikel lateks polistirena dengan menggunakan mikroskop optik.
Universitas Sumatera Utara
Dari data distibusi ukuran partikel pada tabel 4.4. diperoleh grafik sebaran distibusi ukuran partikel lateks seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 4.3. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Lateks Polistirena dan campuran lateks PS dengan lateks pekat karet alam.
Dari grafik pada gambar diatas dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata diameter partikel lateks polistirena adalah 1,566
m, sedangkan campuran lateks polistirena dengan lateks pekat karet alam adalah 8,3
m. Hal ini memperlihatkan bahwa tambahan campuran lateks pekat karet alam pada Lateks polistirena membuat ukuran partikel lateks
polistirena yang terbentuk semangkin besar. Dikarenakan proses campuran polimerisasi emulsi yang cepat sehingga memungkinkan pada satu misel terkandung rantai polimer
dalam jumlah yang banyak yang dapat menyebabkan misel tersebut pecah, misel yang pecah dapat menimbulkan grit, karena tidak ada misel yang menahan, ukuran partikel
polimer yang dihasilkan menjadi besar Budianto,E,2008.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4. Foto Micrograph Mikroskop Optik Lateks Polistirena dengan Perbesaran 400x
Pada gambar 4.4. Dapat kita lihat berbagai macam jenis ukuran partikel. Pada gambar a merupakan partikel ukuran 29 µm; b ukuran partikel 1 µm; c Ukuran
partikel 2 µm; d Ukuran partikel 3 µm; e Ukuran partikel 4 µm; f Ukuran partikel 5 µm; g Ukuran partikel 6 µm; h Ukuran partikel 7 µm; i Ukuran 8 µm; dan j ukuran
9 µm.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5. Foto Micrograph Mikroskop Optik campuran Lateks Polistirena dan lateks pekat karet alam dengan Perbesaran 400x
Pada gambar 4.5. Dapat kita lihat berbagai macam jenis ukuran partikel. Pada gambar a Ukuran partikel 4 µm; b Ukuran partikel 5 µm; c Ukuran partikel 6 µm; d
Ukuran partikel 7 µm; e Ukuran partikel 8 µm; f Ukuran partikel 9 µm; g Ukuran partikel 10 µm; dan h Ukuran partikel 12 µm.
Dari hasil fotografi partikel polistirena dengan menggunakan mikroskop optik seperti yang telihat di Gambar 4.4, dan Gambar 4.5. secara visual terlihat bahwa lateks
polistirena pada gambar 4.4 memiliki ukuran dan bentuk partikel yang lebih seragam dibandingkan campuran lateks polistirena dengan lateks pekat karet alam. Menurut
Goodwin,2004 Bentuk ukuran partikel emulsi masih dalam skala ukuran partikel emulsi secara umum yaitu 1- 10
m. Karena tegangan permukaan merupakan parameter penting dalam mengontrol ukuran partikel emulsi. Jika tegangan permukaan diturunkan ke level
yang sangat rendah, ukuran partikel dapat berkurang lebih jauh lagi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN