e Uji Korelasi Konsentrasi Hara N, P, dan K Daun dengan Produksi Senyawa Bioaktif Kemuning (Murraya paniculata (L ) Jack) Akibat Aplikasi Pupuk Kandang Ayam

periode 34-38 BST memiliki bulan kering lebih banyak dibanding periode 30-34 BST Gambar 5. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa kadar flavonoid total yang relatif berbeda nyata pada panen bulan Juli dan November yaitu pada daun muda ke-1 dibandingkan dengan daun muda ke-5 dan daun dewasa ke-5. Selain itu, terdapat pula pada daun muda ke-3 dibandingkan dengan daun muda ke-5, dewasa ke-1, dan dewasa ke-5 Gambar 16. Gambar 16 Kadar flavonoid total daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli 34 BST dan bulan November 38 BST; garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; : berpengaruh sangat nyata; : berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata. Antosianin Kadar antosianin tanaman kemuning pada panen bulan Juli lebih rendah dibandingkan bulan November, dengan kadar antosianin tertinggi terjadi pada bulan November adalah sebesar 0.1723 µmol g -1 BB yang terdapat pada daun dewasa ke-5, dengan peningkatan kadar antosianin sebesar 86.99. Berdasarkan uji t-student menunjukkan nilai yang cenderung berbeda nyata pada bulan Juli dan November yaitu pada daun muda ke-3 dibandingkan dengan daun dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 Gambar 17. Gambar 17 Kadar antosianin daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli 34 BST dan bulan November 38 BST; garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; : berpengaruh sangat nyata; : berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata. Aktivitas antioksidan Hasil uji t-student terhadap aktivitas antioksidan pada berbagai posisi daun tanaman kemuning menunjukkan aktivitas yang cenderung berbeda nyata pada panen bulan Juli dan November yaitu pada posisi daun muda ke-1 dibandingkan dengan daun dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 serta daun muda ke-5 dibandingkan dengan daun dewasa ke-3 dan ke-5. Selain itu, aktivitas antioksidan pada bulan Juli relatif sama dengan bulan November dengan perbedaan sebesar 8.22, dengan aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada daun muda ke-1 pada bulan Juli 34 BST Gambar 18. Gambar 18 Aktivitas antioksidan daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli 34 BST dan bulan November 38 BST; garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; : berpengaruh sangat nyata; : berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata. 4.2.4 Korelasi konsentrasi hara N, P dan K daun kemuning umur 34 dan 38 BST dengan bobot kering daun dan kadar metabolit Terdapat perbedaan jenis korelasi antara konsentrasi hara dan peubah yang terkait dengan posisi daun. Konsentrasi hara K pada setiap posisi dan umur daun berkorelasi positif dengan bobot kering daun P0.01, tetapi konsentrasi K berkorelasi negatif dengan kadar flavonoid total P0.01. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi K maka akan meningkatkan produksi biomassa daun tanaman, namun menurunkan kadar flavonoid total Tabel 12. Tabel 12 Koefisien korelasi antara konsentrasi hara N, P dan K pada variasi posisi dan umur daun dengan bobot kering daun, kadar antosianin, kadar klorofil total, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan, kandungan protein dan aktivitas PAL pada 34 BST Posisi daun KH Bobot kering daun kadar antosianin Kadar klorofil total Kadar flavonoid total Aktivitas antioksidan Protein Aktivitas PAL daun muda Ke-1 N -0.28 -0.29 -0.34 0.14 0.39 -0.27 0.38 P -0.29 0.04 0.10 0.17 0.49 0.14 0.20 K 0.74 0.28 -0.31 -0.71 -0.28 -0.07 -0.32 Ke-3 N 0.04 0.05 0.07 -0.00 -0.30 -0.45 -0.25 P -0.30 0.29 0.12 0.02 0.05 -0.16 -0.10 K 0.71 0.41 -0.27 -0.74 -0.52 -0.26 -0.54 Ke-5 N -0.17 -0.31 0.02 0.22 0.26 -0.20 0.18 P -0.42 -0.02 -0.00 0.25 0.50 0.002 0.39 K 0.84 0.08 -0.42 -0.68 -0.23 -0.15 -0.16 daun dewasa Ke-1 N -0.14 -0.15 0.19 0.12 -0.08 -0.06 0.08 P -0.43 0.17 0.30 0.16 0.33 0.23 0.22 K 0.70 0.28 -0.35 -0.67 -0.31 -0.002 -0.12 Ke-3 N 0.21 -0.33 0.07 0.18 0.09 -0.25 0.38 P -0.33 0.18 0.20 0.08 0.27 0.28 0.11 K 0.76 0.22 -0.36 -0.70 -0.28 0.12 -0.29 Ke-5 N 0.08 -0.52 -0.21 0.31 0.28 -0.04 0.38 P -0.43 0.17 0.14 0.20 0.32 0.20 0.09 K 0.79 0.27 -0.49 -0.63 -0.30 -0.02 -0.23 P 0.01, P 0.05, +- : tanda arah hubungan, BST : bulan setelah tanam, KH: konsentrasi hara Berbeda dengan pengamatan pada 34 BST, konsentrasi hara P berkorelasi negatif dengan bobot kering daun yang ditunjukkan oleh daun muda posisi ke-5 dan semua posisi daun dewasa pada pengamatan umur 38 BST Tabel 13. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi hara P maka semakin menurunkan produksi biomassa daun tanaman kemuning. Tabel 13 Koefisien korelasi antara konsentrasi hara N, P dan K pada variasi posisi dan umur daun dengan bobot kering daun, kadar antosianin, kadar klorofil total, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan, kandungan protein dan aktivitas PAL pada 38 BST Posisi daun KH Bobot kering daun kadar antosianin Kadar klorofil total Kadar flavonoid total Aktivitas antioksidan Protein Aktivitas PAL daun muda Ke-1 N 0.24 -0.30 0.06 0.09 0.31 0.41 0.25 P -0.47 -0.17 -0.10 0.40 0.44 0.22 0.23 K 0.34 -0.02 0.20 0.24 0.15 0.18 0.12 Ke-3 N 0.40 -0.18 0.48 0.05 0.03 0.36 0.24 P -0.49 -0.20 -0.31 0.30 0.55 0.02 0.08 K 0.22 -0.16 0.05 0.10 0.40 0.01 0.04 Ke-5 N 0.40 -0.23 0.51 0.18 -0.18 0.39 0.21 P -0.60 -0.10 -0.27 0.44 0.47 0.07 0.11 K 0.23 0.05 0.20 0.19 0.13 0.03 -0.04 daun dewasa Ke-1 N 0.62 -0.43 -0.07 -0.42 0.03 0.01 -0.14 P -0.52 -0.04 -0.10 0.46 0.43 0.13 0.05 K 0.25 -0.20 -0.06 -0.24 0.28 0.07 0.07 Ke-3 N 0.22 -0.18 -0.02 -0.26 0.42 -0.20 -0.30 P -0.57 -0.15 -0.07 0.44 0.46 0.11 0.08 K 0.01 -0.13 0.01 0.05 0.19 0.32 0.30 Ke-5 N 0.08 -0.04 -0.27 -0.34 0.09 -0.25 -0.35 P -0.68 -0.25 -0.25 0.21 0.62 0.04 0.01 K 0.33 -0.15 0.09 -0.12 0.18 0.27 0.19 P 0.01, P 0.05, +- : tanda arah hubungan, BST : bulan setelah tanam, KH: konsentrasi hara 5 PEMBAHASAN 5.1 Produksi, kadar senyawa bioaktif dan konsentrasi hara N, P dan K berdasarkan dosis pupuk kandang ayam Ketersediaan hara untuk pembentukan biomassa tanaman dapat berasal dari tanah dan aplikasi pupuk kandang ayam. Ketersediaan hara yang berasal dari pupuk kandang ayam dan tanah untuk panen pada 34 BST masih cukup bagi tanaman sehingga pembentukan biomassa meningkat secara kuadratik, sedangkan peningkatan dosis pupuk kandang pada 38 BST menyebabkan terbentuknya kurva secara linear karena kemungkinan sumber hara telah termanfaatkan bagi tanaman sehingga tidak cukup untuk pertumbuhan tanaman sampai 38 BST. Oleh karena itu, pemupukan pada tanaman sebaiknya tidak hanya dilakukan sekali pada awal pemangkasan namun perlu dilakukan secara berulang yaitu tiap kali dilakukan pemangkasan maka bersamaan dengan pemupukan. Peningkatan bobot basah daun seiring dengan peningkatan dosis pupuk kandang ayam. Bobot basah daun tertinggi diperoleh pada pengamatan 38 BST yaitu sebesar 703.25 g per tanaman pada dosis 7.5 kg per tanaman Gambar 6. Bobot basah daun juga menunjukkan tingkat absorbsi cahaya dan mengandung informasi mengenai ketebalan daun sebagai organ fotosintesis Sitompul dan Guritno 1995. Pupuk kandang ayam mempengaruhi ketebalan daun muda posisi ke-1 pada dosis tertinggi yaitu 5 kg per tanaman Tabel 6. Selain itu, pertumbuhan tanaman pada periode 34-38 BST juga dipengaruhi oleh pola sebaran curah hujan yang memiliki 2 bulan dengan kategori kurang dari 200 mm bulan Gambar 5a dan intesitas matahari yang tinggi Lampiran 10. Tanaman kemuning dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional bagi kesehatan manusia baik dalam bentuk daun segar maupun kering. Pengamatan mengenai bobot basah dan bobot kering pada 34 dan 38 BST dapat ditujukan untuk mengetahui peruntukan pemanfaatan kemuning tersebut. Umumnya daun kemuning segar dapat dimanfaatkan sebagai obat memar, pelangsing badan, radang buah zakar, infeksi saluran kencing, haid tidak teratur dan penghalus kulit Sulaksana dan Jayusman 2005. Sedangkan, daun kemuning kering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional simplisia dan ekstrak untuk ramuan jamu. Pengembangan bahan baku obat tradisional daun kemuning baru sampai pada prioritas lembaga berupa Saintifikasi Jamu Permenkes 2013. Dengan adanya program pemerintah ini sehingga dapat dikatakan bahwa daun kemuning kering lebih menguntungkan untuk dikembangkan bagi petani obat tradisional. Peningkatan produksi daun kemuning kering dapat dilakukan dengan pemberian dosis optimum pupuk kandang ayam pada 34 BST yaitu 6.5 kg per tanaman dengan produksi bobot kering sebesar 328.25 g per tanaman dan untuk kadar flavonoid tertinggi pada dosis 7.5 kg per tanaman dengan kadar 1.66 mg SK g -1 BK. Tanaman kemuning memiliki senyawa flavonoid yang dapat berperan sebagai antioksidan. Kandungan flavonoid yang berhasil diisolasi dari ekstrak metanol daun kemuning yaitu 3‟,4‟,5,5‟,7,8-hexamethoxyflavone dan 3,3‟, 4‟,5,5‟,7,8-heptamethoxyflavone Silva et al. 1980. Senyawa flavonoid yang dominan pada daun kemuning tergolong flavone Sayar et al. 2014. Dalam pengujian ini menggunakan metode aluminium chloride colorimetric dengan standar kuersetin. Senyawa kuersetin merupakan turunan dari flavonol Markham 1988, sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa flavonoid dalam kemuning dalam penelitian ini dinyatakan dalam miligram ekuivalen kuersetin per gram bobot kering. Pola penurunan aktivitas antioksidan selaras dengan pola penurunan kadar enzim PAL dan kadar flavonoid total, kecuali kadar antosianin dan aktivitas antioksidan pada dosis 7.5 kg per tanaman mengalami peningkatan seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini menunjukkan adanya korelasi positif antara aktivitas antioksidan dan kadar flavonoid total dengan kadar enzim PAL P0.01, Tabel 12 sehingga diduga kadar enzim ini menandakan tanaman kemuning dapat berperan sebagai antioksidan. Enzim PAL merupakan enzim kunci dalam metabolisme setelah lintasan asam shikimat untuk memasuki lintasan fenilpropanoid Gambar 3. Konsentrasi hara nitrogen dengan dosis pupuk kandang ayam menunjukkan kategori yang rendah hingga optimum dan sangat rendah masing- masing pada 34 dan 38 BST. Konsentrasi hara kalium menunjukkan kategori sangat tinggi dan tinggi masing-masing pada 34 dan 38 BST. Sedangkan konsentrasi hara fosfor tertinggi pada tanpa perlakuan pada 34 BST dan dosis 2.5 kg per tanaman pada 38 BST. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dosis pupuk kandang ayam meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi hara nitrogen dan kalium, kecuali fosfor baik pada 34 dan 38 BST. Status hara pada jaringan tanaman merupakan status hara dalam tanah. Berdasarkan hasil analisis tanah pada awal penelitian 30 BST menunjukkan bahwa pH agak masam, hara nitrogen rendah, hara fosfor sangat tinggi dan hara kalium sangat rendah Tabel 3. Setelah aplikasi pupuk kandang ayam kondisi tanah 38 BST mengalami perubahan yang baik yaitu pH menjadi netral, hara nitrogen rendah hingga sedang, hara fosfor sangat tinggi dan hara kalium rendah hingga sangat tinggi Tabel 4. Selain itu, konsentrasi hara jaringan dipengaruhi oleh adanya perbedaan pola sebaran curah hujan Gambar 5a. Pupuk kandang ayam memiliki kandungan unsur hara yang paling tinggi yaitu 1.70 N, 1.90 P 2 O 5 , dan 1.50 K 2 O Hardjowigeno 2007. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah Wijaya 2008.

5.2 Kadar senyawa bioaktif dan konsentrasi hara N, P dan K berdasarkan umur daun

Berdasarkan umur daun, kadar senyawa bioaktif menunjukkan kadar antosianin, klorofil total, dan flavonoid memiliki kadar lebih tinggi pada daun dewasa dibandingkan dengan daun muda baik pada 34 BST maupun 38 BST. Sebaliknya pada aktivitas antioksidan, kandungan protein dan kadar enzim PAL lebih tinggi pada daun muda dibandingkan pada daun dewasa baik pada 34 BST maupun 38 BST. Dalam sel-sel dari jaringan daun dewasa, ~15 dari volume seluruh sel ditempati oleh kloroplas, sitoplasma dan dinding sel ~ setiap 5, sisanya 85 oleh vakuola Marschner 2012. Sebagian besar flavonoid terhimpun di tengah vakuola dan disintesis di luar vakuola. Antosianin merupakan kelompok flavonoid Salisbury dan Ross 1995. Aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan pada daun muda baik pada 34 BST maupun 38 BST Gambar 17. Hal ini diduga berdasarkan produksi daun teh yang memiliki nilai ekonomi, khasiat dan senyawa kimia lebih tinggi pada bagian pucuk. Pengujian antioksidan dengan ekstrak etanol daun kemuning dengan konsentrasi yang berbeda dengan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kemuning mempunyai nilai IC50 sebesar 126.17 gml, 15 kali lebih lemah dibanding dengan vitamin E IC50 vitamin E = 8.27 gml Rohman dan Riyanto 2005. Konsentrasi hara fosfor dan kalium lebih tinggi pada daun muda pada 34 BST kecuali konsentrasi hara nitrogen dan hal yang serupa pada 38 BST yaitu lebih tinggi pada daun muda dibandingkan daun dewasa terhadap ketiga konsentrasi hara tersebut. Berdasarkan Munawar 2011 melaporkan bahwa konsentrasi hara nitrogen, fosfor dan kalium di jaringan tanaman bersifat mobil. Selain itu, daun muda merupakan sink pada tanaman Marschner 2012 agar tanaman dapat terus melangsungkan hidupnya untuk mengalami pertumbuhan. Sifat mobilitas dan peranan daun muda bagi tanaman inilah yang menyebabkan konsentrasi hara pada jaringan daun menjadi lebih tinggi.

5.3 Kadar senyawa bioaktif dan konsentrasi hara N, P dan K berdasarkan posisi daun

Kadar antosianin, klorofil total dan flavonoid total pada 34 BST, kandungan protein dan kadar enzim PAL pada 38 BST lebih tinggi pada posisi daun ke-3 daun dewasa. Sedangkan kadar antosianin, klorofil total dan flavonoid total pada 38 BST menunjukkan kadar yang lebih tinggi pada posisi daun ke-5 daun dewasa. Berbeda dengan kandungan protein dan kadar enzim PAL pada 34 BST, aktivitas antioksidan pada 34 dan 38 BST menunjukkan lebih tinggi pada posisi ke-1 daun muda dibandingkan posisi daun lainnya. Posisi daun menunjukkan panjang arah lintasan translokasi hara dan air bagi sink tanaman dari arah source. Bhakta dan Ganjewala 2009 mengkategorikan lokasi daun Lantana camara dari puncak ke dasar masing-masing pada posisi ke-1 hingga ke-5 dan menemukan bahwa kadar fenolik tidak berubah dari posisi ke-1 hingga ke-5, sementara flavonoid meningkat tajam pada posisi daun ke-1 hingga ke-3 dan menurun pada dua bagian daun muda ke-4 dan ke-5. Ekstrak daun pada posisi ke-1 hingga ke-3 menunjukkan kemampuan antioksidan lebih tinggi daripada posisi daun ke-4-5. Konsentrasi hara berdasarkan posisi pada 34 BST cukup beragam dengan konsentrasi tertinggi masing-masing yaitu nitrogen pada posisi ke-3 daun dewasa, fosfor pada posisi ke-1 daun muda dan kalium pada posisi ke-1 daun muda. Sedangkan pada 38 BST menunjukkan bahwa konsentrasi hara N, P dan K terdapat pada posisi ke-1 daun muda. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Thamrin et al. 2014 yang menunjukkan bahwa konsentrasi hara N, P dan K pada cabang atas pamelo Citrus maxima memiliki konsentrasi lebih tinggi pada posisi ke-3-4 dibandingkan posisi ke-5-6 dalam menentukan produksi buah pamelo pada awal dan panen berikutnya.

5.4 Kadar senyawa bioaktif dan konsentrasi hara N, P dan K pada 34 dan 38 BST

Kadar klorofil total meningkat sejalan dengan umur daun tanaman. Sebaliknya pada kandungan protein tanaman kemuning meningkat ketika terjadi pembentukan daun muda atau flush karena terlihat bahwa daun muda memiliki nilai kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan daun dewasa Gambar 13. Perhitungan protein merupakan pendugaan asam amino aromatik sebagai subtrat menuju lintasan fenilpropanoid Gambar 3. Perbandingan kadar senyawa bioaktif dan konsentrasi hara N, P dan K pada 34 dan 38 BST menunjukkan bahwa lebih didominasi pada pengamatan 34 BST dibandingkan 38 BST dengan nilai tertinggi yang ditunjukkan pada variabel klorofil total, aktivitas antioksidan, kandungan protein, kadar enzim PAL, konsentrasi hara N dan P. Hal inilah yang menjadi landasan untuk menjadikan waktu pemanenan yang tepat bagi tanaman kemuning. Sebaliknya, pada kadar antosianin dan konsentrasi fosfor yang lebih tinggi pada 38 BST dibandingkan pada 34 BST. Hal ini disebabkan oleh adanya cekaman kekeringan tanaman kemuning pada periode 34-38 BST yang ditunjukkan oleh adanya 2 bulan September dan Oktober yang memiliki curah hujan kurang dari 200 mm per bulan Gambar 5a. Diduga konsentrasi hara fosfor di dalam tanah sangat tinggi Tabel 3, Tabel 4 sehingga menyebabkan konsentrasi hara tanaman juga menjadi sangat tinggi. 5.5 Hubungan konsentrasi hara N, P dan K daun pada berbagai posisi daun dalam tangkai dengan produksi biomassa dan senyawa bioaktif daun kemuning Perbedaan korelasi antar variabel pada 34 dan 38 BST disebabkan oleh perbedaan waktu setelah aplikasi pupuk kandang dan pola distribusi curah hujan selama penelitian. Pada umur tanaman 34 BST merupakan 4 bulan setelah pemberian pupuk kandang ayam bersamaan dengan panen I pada bulan Juli, sedangkan umur tanaman 38 BST merupakan 8 bulan setelah pemupukan dan kali ke-dua panen pada bulan November. Kalium berperan penting dalam membran plasma polarisasi, pertumbuhan, bukaan stomata, dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan Shabala dan Pottosin 2014. Panen daun pada umur 34 BST mengindikasikan bahwa hara K dimanfaatkan oleh tanaman lebih ditujukan untuk fase vegetatif yaitu produksi biomassa daun tanaman dan menyebabkan produksi flavonoid berkurang Tabel 12. Fosfor bersifat mobil di dalam tanaman dan memiliki peranan yang sangat esensial bagi pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Peranan fosfor dalam tanaman yaitu dalam metabolisme karbohidrat sebagai fungsi regulator pembagian hasil fotosintesis antara sumber dan organ reproduksi, pembentukan inti sel, pembelahan dan perbanyakan sel, pembentukan lemak dan albumin, organisasi sel, dan pengalihan sifat-sifat keturunan Havlin et al. 2005. Namun, hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa konsentrasi hara P yang semakin meningkat, maka akan menurunkan produksi biomassa daun tanaman pada 38 BST Tabel 13 dan berdasarkan hasil konsentrasi hara P pada jaringan daun menunjukkan konsentrasi hara yang tergolong tinggi hingga sangat tinggi Tabel 7. Menurut Marschner 2012, bahwa konsentrasi P yang tinggi dapat menghambat penyerapan Fe dan Zn. Namun, belum ada pengamatan lebih lanjut bahwa apakah dengan konsentrasi hara P yang tinggi dapat menghambat hara-hara lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya analisis jaringan daun untuk membuktikan bahwa P dengan dosis tinggi dapat menghambat penyerapan hara-hara lain. Kadar fitokimia tanaman kemuning berupa kadar klorofil total, kadar enzim PAL, kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur, begitupun dengan kandungan protein yang mengalami penurunan drastis. Pemangkasan secara merata yang dilakukan pada 30 BST mengakibatkan daun yang terbentuk lebih dewasa pada panen berikutnya 34 BST, karena adanya pola sebaran curah hujan yang lebih panjang. Pertumbuhan tanaman masuk ke dalam fase vegetatif, sehingga produksi biomassa dan kadar metabolit seperti kadar klorofil total, kandungan protein, kadar enzim PAL, kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan memiliki nilai lebih tinggi pada 34 BST bulan Juli dibandingkan pada pengamatan 38 BST bulan November. Namun, sebaliknya dengan antosianin Gambar 16. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan curah hujan ketika pengamatan yaitu 34 BST memiliki musim kering yang lebih singkat 1 bulan kering berupa bulan Juni dan 38 BST memiliki musim kering yang cukup lama 2 bulan kering berupa bulan September dan Oktober Gambar 5. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aziz dan Ghulamahdi 2011 bahwa pemanenan pada musim penghujan dengan panjang hari terpanjang menghasilkan biomassa yang lebih tinggi dibandingkan jika pemanenan yang dilakukan di musim kemarau karena tanaman sedang mengalami fase flush. Berdasarkan panen daun kemuning pada 38 BST Tabel 13 menunjukkan kadar antosianin akan meningkat jika konsentrasi N, P dan K daun rendah. Hal ini sejalan dengan Stewart et al. 2001 menyatakan bahwa unsur N dan atau P yang terbatas diketahui dapat menginduksi akumulasi antosianin. Peningkatan dosis pupuk P menyebabkan penurunan kadar antosianin karena terjadi penghambatan sintesis antosianin Mualim dan Aziz 2011. Pemupukan nitrogen yang terlalu tinggi telah terbukti menurunkan warna buah anggur, anggur mengandung kadar antosianin yang tinggi Delgado 2004. Selain itu, kadar klorofil daun dewasa menurun jika konsentrasi N, P dan K daun tinggi. Berdasarkan penelitian Regina et al. 1991 bahwa dosis P yang tinggi secara signifikan menurunkan klorofil total. Kadar enzim PAL selaras dengan konsentrasi N, P dan K daun pada daun muda, tetapi konsentrasi N yang tinggi pada daun tua menurunkan aktivitas PAL. Hal ini disebabkan kelebihan konsentrasi N pada daun tua dapat mempengaruhi penggunaan karbohidrat dan deposit karbohidrat di dalam sel vegetatif berkurang Havlin et al. 2005. Karbohidrat merupakan sumber bahan baku untuk metabolisme sekunder yang selanjutnya mempengaruhi aktivitas enzim. Kadar klorofil total dan kandungan protein tidak berkorelasi dengan produksi biomassa atau bobot kering, kadar antosianin, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan dan aktivitas PAL pada pengamatan 34 BST Tabel 14, sedangkan pada 38 BST menunjukkan bahwa kadar klorofil total berkorelasi negatif dengan aktivitas antioksidan P0.05, sehingga semakin rendah kadar klorofil total maka semakin tinggi aktivitas antioksidan, begitupun sebaliknya. Sementara, kandungan protein berkorelasi positif dengan aktivitas PAL pada 38 BST P0.01, Tabel 15. Tabel 14 Korelasi antara variabel pengamatan fitokimia dan bobot kering tanaman kemuning pada 34 BST Peubah pengamatan Kadar klorofil total Protein Kadar enzim PAL Kadar flavonoid total kadar antosianin Aktivitas antioksidan Bobot kering Kadar klorofil total 1 0.39 -0.06 0.10 0.33 -0.25 -0.49 Protein 1 0.10 -0.17 0.17 0.12 -0.21 Kadar enzim PAL 1 0.67 -0.58 0.75 -0.14 Kadar flavonoid total 1 -0.53 0.62 -0.52 kadar antosianin 1 -0.70 -0.17 Aktivitas antioksidan 1 -0.18 Bobot kering 1 P 0.01, P 0.05, +- : tanda arah hubungan, BST : bulan setelah tanam Kadar flavonoid total berkorelasi negatif dengan bobot kering tanaman pada 34 BST P0.05, Tabel 14, namun tidak berkorelasi pada 38 BST P0.05, Tabel 15. Sedangkan aktivitas antioksidan berkorelasi positif dengan kadar enzim PAL pada 34 BST P0.01, Tabel 14. Hal ini menunjukkan bahwa lintasan metabolik senyawa fenolik berpotensi sebagai antioksidan, terutama pada kelompok flavonoid. Banyak senyawa metabolit sekunder yang bersifat antioksidan berasal dari kelompok besar senyawa fenolik. Terbentuknya senyawa metabolit sekunder dipengaruhi oleh jenis dan dosis pupuk Ahmed et al. 2011, Mualim dan Aziz 2011. Selain itu, aktivitas antioksidan dan kadar enzim PAL berkorelasi positif dengan flavonoid pada 34 BST. Sedangkan antosianin yang diduga dapat berperan sebagai antioksidan tidak diperoleh pada hasil pengamatan ini, karena antosianin berkorelasi negatif dengan kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan dan kadar enzim PAL. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Mualim 2012 bahwa flavonoid yang terbentuk rendah maka kadar antosianin total juga rendah pada tanaman kolesom, karena antosianin sebagai pigmen daun merupakan bagian dari senyawa flavonoid. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa flavonoid dan antosianin total berkorelasi positif.