I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gaharu adalah sejenis kayu dengan warna yang khas coklat-kehitaman dan memiliki kandungan kadar damar wangi Dewan Standar Nasional 1999. Gaharu
terbentuk sebagai reaksi pohon gaharu terhadap adanya gangguan biotik atau abiotik. Gangguan biotik yang paling banyak dilaporkan berperan dalam
pembentukan gaharu adalah gangguan oleh cendawan salah satunya adalah Fusarium sp. Gong Shun 2008; Siregar 2009; Isnaini et al. 2009; Mohamed et
al. 2010. Penelitian mengenai gaharu telah banyak dilakukan seperti cendawan yang
berasosiasi dengan gejala gubal gaharu, cendawan yang berpotensi menginduksi pembentukan gubal gaharu, formulasi cendawan potensial Rahayu 2009.
Penelitian tentang senyawa yang terkandung dalam gaharu serta jaringan pengakumulasi senyawa akibat infeksi cendawan juga telah dipelajari Putri et al.
2008; Bhuiyan et al. 2009. Namun demikian, sampai saat ini masih banyak aspek biologi cendawan penginduksi gubal gaharu yang belum digali terutama dalam
interaksi dengan inangnya yaitu pohon gaharu. Pada proses interaksi antara cendawan dengan inangnya, patogenesitas
cendawan merupakan hal yang terpenting. Keberhasilan cendawan dalam interaksi dengan inangnya bergantung pada strategi cendawan dalam melakukan penetrasi
tanaman inangnya Mendgen Deising 1993. Interaksi cendawan patogen akan menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada tanaman yang berdampak
terhadap terjadinya perubahan visual pada sel, jaringan, atau organ tanaman. Diantara ketiga perubahan visual yang terjadi, perubahan pada tingkat sel
memberikan informasi yang lebih akurat tentang terjadinya perubahan fisiologi saat terjadi interaksi cendawan dengan inangnya Kunoh 1995.
Penggunaan cendawan dalam menginduksi pembentukan gubal gaharu menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada pohon gaharu. Perubahan
fisiologis yang terjadi berupa klorosis daun, perubahan warna kayu di daerah terinfeksi, terbentuknya aroma wangi Pojanagaroon Kaewrak 2002; Putri et al.
2
2008 dan adanya akumulasi senyawa golongan terpenoid pada daerah yang diinokulasi Nobuchi Siripatanadilok 1991; Putri et al. 2008. Namun studi
sitologi tentang infeksi cendawan dan responnya belum pernah dilaporkan. Studi sitologi interaksi patogen dan inangnya dapat dipelajari dengan
mengamati terjadinya perubahan-perubahan ultrastruktur dan komposisi di dalam sel tanaman inang secara langsung menggunakan mikroskop cahaya, mikroskop
elektron, atau mikroskop konfokal Kunoh 1995. Studi histopatologi dan histokimia merupakan salah satu pendekatan studi sitologi. Studi ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai perilaku patogen dalam sel inang, sekaligus dapat memberikan dasar pengetahuan mengenai respon fisiologi untuk
penelitian selanjutnya ditingkat molekuler Kunoh 1995.
1.2 Tujuan Penelitian