4.1.2 Respon Aquilaria sp. terhadap Inokulasi Fusarium sp. IPBCC. 08.569
Respon Aquilaria sp. terhadap inokulasi Fusarium sp. IPBCC. 08.569 yang teramati pada tingkat sel dan jaringan berupa akumulasi senyawa terpenoid. Di
daerah inokulasi, akumulasi senyawa terpenoid dapat ditemukan pada jaringan xilem di dalam parenkima jejari, included phloem Gambar 13a, dan unsur trakea
xilem Gambar 13b pada 7 hsi dan 14 hsi. Kemudian berlanjut ke daerah empelur pada pengamatan 21 hsi Gambar 13c. Di luar daerah inokulasi, senyawa
terpenoid ditemukan pada jaringan xilem yang sama dengan daerah inokulasi di daerah perubahan warna Tabel 4, begitupun pada tanaman yang dilukai Gambar
13d. Pada tanaman sehat akumulasi senyawa terpenoid tidak ditemukan, namun
pada jaringan parenkima jejari dan included phloem Gambar14a, serta empelur Gambar 14b ditemukan adanya butir pati. Pada tanaman yang diinokulasi
cendawan dan dilukai butir pati ditemukan pada jaringan yang sama di dalam sel yang tidak terdapat akumulasi terpenoid.
Gambar 13 Senyawa terpenoid kuning kecoklatan pada sayatan melintang kayu Aquilaria sp. a-c setelah diinokulasi Fusarium sp. IPBCC. 08.569
pada 21 hsi dan d setelah pelukaan pada 21 hsi. Parenkima jejari pj, included phloem ip, unsur trakea xilem utx.
ip
5µm
d utx
ip
5µm
a utx
5µm
b
e
5µm
c pj
pj
Gambar 14 Akumulasi butir pati biru kehitaman pada sayatan melintang Aquilaria sp. sehat a di dalam included phloem ip dan parenkima
jejari pj, serta b di dalam empelur e. Respon tanaman akibat inokulasi Fusarium sp. IPBCC. 08.569 yang
teramati pada tingkat organ adalah klorosis daun, perubahan warna kayu di daerah inokulasi, dan terdeteksinya aroma wangi gaharu. Klorosis daun dan perubahan
warna kayu juga terjadi pada tanaman yang dilukai, sedangkan aroma wangi gaharu tidak terdeteksi akibat pelukaan.
Daun yang mengalami klorosis adalah daun yang berada dekat daerah inokulasi dan juga dilukai Gambar 15. Daun-daun yang klorosis dapat gugur
atau bertahan sampai akhir pengamatan. Perubahan warna terjadi di daerah kayu yang diinokulasi dan dilukai. Perubahan warna yang terjadi berkisar dari putih
kecoklatan sampai coklat. Inokulasi cendawan menyebabkan perubahan warna kayu menjadi coklat, sedangkan pelukaan menyebabkan warna menjadi putih
kecoklatan sampai akhir pengamatan Gambar 16. Pada tanaman sehat gejala tersebut tidak terjadi sampai akhir pengamatan.
Gambar 15 Klorosis daun Aquilaria sp. setelah diinokulasi Fusarium sp. IPBCC. 08.569 pada 7 hsi kiri dan tanaman sehat kanan.
pj
ip e
5µm 5µm
b a
Gambar 16 Perubahan warna kayu a putih, b putih kecoklatan, dan c coklat. Inokulasi cendawan dan pelukaan memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap pertambahan panjang dan dalam zona perubahan warna P0.01. Tingkat perubahan warna kayu tertinggi terjadi akibat inokulasi Fusarium sp.
IPBCC. 08.569 dan berbeda sangat nyata dengan pelukaan Tabel 4. Periode inkubasi juga berpengaruh terhadap pertambahan panjang dan dalam zona
perubahan warna kayu Tabel 5. Pertambahan panjang zona perubahan warna akibat inokulasi cendawan hanya meningkat sampai pengamatan 14 hsi, kemudian
menurun pada pengamatan 21 Tabel 5. Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap zona perubahan warna mm
kayu Aquilaria sp. Perlakuan
Zona perubahan warna panjang
dalam Fusarium sp.
9,9c 1,0c
Kontrol + 1,4b
0,3b Kontrol -
0,0a 0,0a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5.
Tabel 5 Pengaruh periode inkubasi terhadap zona perubahan warna mm kayu Aquilaria sp.
Periode inkubasi hari
Zona perubahan warna Fusarium sp.
Kontrol + panjang
dalam panjang
dalam 7
7,9a 0,6a
0,4a 0,1a
14 11,6c
1,0b 2,0b
0,4b 21
10,3b 1,3b
1,8b 0,5b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5.
Respon tanaman yang teramati pada tingkat organ berupa klorosis daun, perubahan warna kayu, dan adanya aroma wangi yang dinyatakan dalam bentuk
rataan skor. Rataan skor menunjukkan pengaruh inokulasi dan pelukaan terhadap terbentuknya gaharu. Inokulasi Fusarium sp. IPBCC. 08.569 berpotensi
a c
b
mengindulsi terbentuknya gaharu. Pengamatan yang dilakukan pada 7 hsi diperoleh rataan skor sebesar 3,73 yang berarti tanaman berpeluang menunjukkan
pembentukan gaharu. Pada pengamatan 14 hsi rataan skor meningkat menjadi 7,8 yang berarti semua tanaman telah menunjukkan pembentukan gaharu. Namun
pada pengamatan 21 hsi terjadi penurunan terbentuknya gaharu menjadi kategori ke-2 dengan rataan skor sebesar 5,64 Tabel 6. Berbeda dengan tanaman yang
diinokulasi, gejala terbentuknya gaharu tidak ditemukan pada tanaman yang dilukai saja. Pada pengamatan 7 hsi rataan skor sebesar 0, pada pengamatan 14 hsi
rataan skor sebesar 1,27, dan pada 21 hsi rataan skor sebesar 1. Tanaman masih dikategorikan ke dalam kelompok ke-3 karena rataan skor masih berada di bawah
2 sampai akhir pengamatan Tabel 6. Tabel 6 Pembentukan gaharu akibat inokulasi Fusarium sp. IPBCC. 08. 569
Perlakuan Rataan skor perubahan fisik dan pembentukan aroma wangi
7 hsi 14 hsi
21 hsi Fusarium sp.
3,73 7,8
5,56 Kontrol +
1,27 1
Kontrol - 0,00
0,00 0,00
4.2 Pembahasan