Sosial Keagamaan Desa Kedungwung

perlu mendapatkan perhatian dan dapat digunakan sebagai acuan lebih untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Desa Kedungwungu.

C. Tradisi Pernikahan Adat Jawa Desa Kedungwungu

Masyarakat Jawa menyebut perkawinan itu dengan mantu. Yang maksudnya mengantu-antu yang artinya sangat ditunggu-tunggu. Sementara pengantin dalam bahasa Jawa adalah pinaganten, yang kata aslinya berasal dari kapur dan sirih, terdapat pada tumbuh-tumbuhan ditanah. Pinang dan ganten ini akhirnya menyatu dalam kuyahan saat orang makan sirih. Istilah ini maksudnya asam di gunung dan garan di laut, bertemu dalam belanga. Pengantin laki-laki dan perempuan yang berasal dari kultur yag berbeda akan bersatu dalam sebuah harmoni keuarga yang saling melengkapi kekurangan masing-masing sehingga tercipta keluarga bahagia. 13 Saat ini, meskipun budaya globa telah menembus tembok-tembok peradaban, namun ritual pernikahan yang terdapat pada Desa Kedungwungu ini tidak sirna. Masyarakat Desa Kedungwungu masih teteap berkaca pada adat dan budaya sendiri untuk merayakan hari yang istimewa tersebut. Perkawinan bagi banyak orang hanya terjadi sekali seumur hidup, karena itulah pesta pernikahan tradisional justru kelihatan semakin meriah dan dikemas dengan segala pernak- pernik hiasan dan kreasi yang melambangkan keagungan nilai dan makna. Dalam pelaksanaan pernikahan yang ada pada Desa Kedungwungterdapat tahap yang harus dilalui yaitu: 1. Tahap persiapan upacara pernikahan 13 M.hari wijaya, Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa Jogjakarta: Hanggar Kreator, 2004, h.13-14. a. Jodoh Sebelum pembahasan tentang proses lamaran terlebih dahulu akan penulis utarakan tentang bertemunya calon jodoh. Dalam hal ini terutama bagi masyarakat di Desa Kedungwungu melalui dua jalan yaitu: a Kehendak Orang Tua dijodohkan Yang dimaksud kehendak orang tua yaitu pencarian jodoh secara resmi dipegang oleh orang tua calon pengantin laki-laki dan perempuan. orang tua calon pengantin laki-laki mengajukan permintaan Lamaran kepada calon pengantin pilihannya untuk dijadikan istri anaknya. Pertimbangan pengajuan lamaran oleh pihak calon pengantin perempuan maupun laki-laki mengunakan beberapa kriteria seperti melihat bibitbobotnya. b Inisiatif Sendiri Pilihan Sendiri Yang dimaksud inisiatif sendiri yaitu penentuan jodoh itu atas pilihannya sendiri, orang lain tidak ikut campur. Pada umumnya inisiatif sendiri lebih banyak dipegang oleh calon mempelai pria dari pada calon mempelai wanita. Dan orang tua hanya mengikuti dan merestui kehendak anaknya. Zaman sekarang diserahkan pada kesatuan hati, saling cinta mencintai, sayang menyayangi dari kedua mempelai. Apalagi sudah mantap dengan calon pilihannya dan tidak ragu-ragu lagi, maka perkawinan itu bisa dilaksanakan. Masalah kriteria perjodohan tidak diperhatikan. Untuk langgeng dan selamatnya perkawinan dan perjodohan diserahkan kepada Sing Nggawe Urip yang maha pencipta. b. Nontoni Pada tahap ini sangat dibutuhkan peranan seorang perantara. Perantara ini merupakan utusan dari keluarga calon pengantin pria untuk menemui keluarga calon pengantin wanita. Pertemuan ini dimaksudkan untuk nontoni, atau melihat calon dari dekat. Biasanya, utusan datang ke rumah keluarga calon pengantin wanita bersama calon pengantin pria. Di rumah itu, para calon mempelai bisa bertemu langsung meskipun hanya sekilas. Pertemuan sekilas ini terjadi ketika calon pengantin wanita mengeluarkan minuman dan makanan ringan sebagai jamuan. Tamu disambut oleh keluarga calon pengantin wanita yang terdiri dari orangtua calon pengantin wanita dan keluarganya. 14 c. Lamaran Setelah kedua calon mempelai setuju untuk mengikat perkawinan, maka dilaksanakan acara lamaran, LamaranNglamar berarti orang tua pihak calon penganten laki-laki mengajukan permintaan agar diperbolehkan anak laki-lakinya mengasuh gadis orang lain. Beberapa hari sebelum lamaran dilaksanakan pihakorang tua gadis, bahwa pada hari dan jam yang telah ditentukan akan datang nglamar. 15 14 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Tengah, Semarang: Pusat Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, h. 63. 15 Mas Ngabehi Suseno, pasemon ing Tatacara Lan Upacara Penganten Surakarta, surakarta: cendrawasi, 1992, h. 13-14. d. Peningset Setelah dicapai kata sepakat oleh kedua belah pihak orang tua tentang perjodohan putra-putrinya, maka dilakukanla „paningset’ atau disebut „pasoj tukon’. Dalam kesempatan ini pihak keluarga calon mempelai putra menyerahkan barang-barang tertentu kepada calon mempelai putri sebagai „paningset’, artinya tanda pengikat. Umumnya berupa pakaian lengkap, sejumlah uang, dan adakalanya disertai cincin emas buat keperluan „tukar cincin. 16 e. Penentuan Tanggal Ketika semua sudah berjalan dengan lancar, maka ditentukanlah tanggal dan hari pernikahan. Biasanya penentuan tanggal dan hari pernikahan disesuaikan dengan weton hari lahir berdasarkan perhitungan Jawa kedua calon pengantin. Hal ini dimaksudkan agar pernikahan itu kelak mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga. 17 f. Pasang Tarub Bila tanggal dan hari perikahan sudah disetujui, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitupasang tarub. Pasang tarub adalah bangunan tambahan non permanen yang didirikan dihalaman depan rumah, yang dapat melindungi para tamu undangan dari hujan atau panas matahari. 18 16 Mas Ngabehi Suseno,pasemon ing Tatacara Lan Upacara Penganten Surakarta, h. 6-7. 17 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Tengah, Semarang: Pusat Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, h. 66. 18 Thomas wiyasa bratawidjaja,UpacaraPerkawinanAdatJawa, Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, h.23.