dalam syara’. Misalnya, kebiasaan yang berlaku di kalangan pedagang dalam menghalalkan riba, seperti peminjaman uang sesama pedagang.
E. Kedudukan ‘UrfSebagai Metode Istinbath Hukum
Sumber hukum Islam terbagi menjadi dua, manshush berdasarkan nash dan ghairu manshush tidak berdasarkan nash. Manshush terbagi menjadi dua
yaitu al- Qur’an dan al-Hadis, Ghairu manshush terbagi menjadi dua yakni
muttaqaf „alaih ijma’ dan qiyas dan mukhtalaf fih istihsan, „urf, istishab,sad ad- dzarai’, maslahah mursalah, qaul shohabi, dan lain-lain.
„Urf menurut penyelidikan bukan merupakan dalil syara’ tersendiri. Pada umumnya,
„urf ditujukan untuk memelihara kemaslahatan umat serta menunjang pembentukan hukum dan penafsiran beberapa nash. Dengan
„urf dikhususkan lafal yang
„amm umum dan dibatasi yang mutlak. Karena „urf pula terkadang qiyas ditinggalkan.
Para Ulama banyak yang sepakat dan menerima „urf sebagai dalil dalam
mengistinbathkan hukum, selama ia merupakan al- „urf al-shahih dan tidak
bertentangan dengan hukum Islam, baik berkaitan dengan al- „urf al-„amm atau al-
„urf al-khas. Seorang Mujtahid dalammenetapkan suatu hukum, menurut Imam al-
Qarafi, harus terlebih dahulu meneliti kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat setempat, sehingga hukum yang ditetapkan itu tidak bertentangan atau
menghilangkan suatu kemaslahatan yang menyangkut masyarakat tersebut. Seluruh Ulama madzhab, menurut imam Syatibi dan imam Ibnu Qayim al-
Jauziah, menerima dan menjadikan „urf sebagai dalil syara’ dalam menetapkan
hukum, apabila tidak ada nash yang menjelaskan hukum suatu masalah yang dihadapi.
31
Ada beberapa alasan „urf dapat dijadikan dalil, diantaranya yaitu:
32
1. Hadis Nabi yang dinukil oleh Djazuli dalam bukunya yang berbunyi:
م ه د ع ع ريخ دمحم ق دج ف دا علا
ق يف ع طا زع ه ا اف د عس ق ريخ احصا
ق دج ف دمحم ق دع دا علا ق يف ع طا مث دا علا
ق م رتخ اف دا علا
امف ي د ى ع تاقي يدل سح ه د ع ف ا اسح م سملا ار
ف اتيس ار ام ئس ه د ع
ي ار طلا ا ر Artinya : Dari Abdullah bin
Mas’ud berkata bahwa sesungguhnya Allah ada dalam hati hamba, hati yang paling baik adalah hati Nabi Muhamad, hamba
seorang mukmin adalah sebaik-baiknya hati, mereka akan memilih sesuatu yang baik untuk agamanya dan mereka akan berperang demi agamanya,
maka apa yang dianggap baik oleh orang-orang islam, maka hal itu baik pula di sisi Allah dan apa yang dianggap buruk oleh orang-orang islam,
maka hal itu buruk pula di sisi Allah. HR. Thabrani
Hal ini menunjukkan bahwa segala adat kebiasaan yang dianggap baik oleh umat Islam adalah baik menurut Allah, karena apabila tidak
melaksanakan kebiasaan tadi, mak akan menimbulkan kesulitan. Dalam kaitan ini Allah berfirmandalam QS. Al-Hajj 22 : 78
جحلا 78:22
Artinya : “dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam aama suatu
kesempitan”.
31
Nasrun Harun, Ushul Fiqih, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 142.
32
Djazuli dan Nurol Aen, Ushul Fiqih Metode Hukum Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2000, h. 186-187.