22 diastolik sebesar 4 mmHg bila dibandingkan diet rendah lemak yang biasa
dilakukan. Tabel 4 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh IMT
Kriteria Kategori
IMT kgm
2
WHO Underweight
18,5 Normal
18,5 —24,9
Overweight 25
Pre Obese 25,0
—29,9 Obese I
30,0 —34,9
Obese II 35,0
—39,9 Obese III
40,0 International
Obesity Task Force IOTF,
WHO Underweight
18,5 Normal
18,5 —22,9
Overweight 23
Risiko obesitas 23,0
—24,9 Obese I
25,0 —29,9
Obese II 30,0
Depkes Kekurangan berat badan tingkat berat
17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0 —18,5
Normal 18,5
—25,0 Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,0 —27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0
Sumber: WHO 1998, IOTF-WHO 2000, Depkes 1994
3. Psikososial dan stress
Stress atau ketegangan jiwa rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, takut, rasa bersalah dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress
berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis. Gejala yang muncul antara lain berupa
hipertensi atau penyakit maag Depkes 2006. Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya transaksi antara
individu dengan lingkungan sekitarnya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber
daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada pada diri seseorang Damayanti 2003, diacu dalam Depkes 2006. Peningkatan darah akan lebih
besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi Pinzon 1999, diacu dalam Depkes 2006. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Simon 2002 bahwa seseorang yang mengalami stress, cemas dan depresi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
23 hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami masalah
tersebut.
4. Merokok
Rokok merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi, selain itu juga sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular
Bullock 1996. Di dunia, tembakau merupakan penyebab kelima penyakit kardiovaskular. Merokok meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Oleh karena itu, merokok pada penderita hipertensi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
pembuluh darah arteri Depkes 2006. Data Depkes menyebutkan bahwa pada tahun 2002 konsumsi rokok di
Indonesia menempati urutan ke lima diantara sepuluh negara dengan konsumsi rokok tertinggi dengan trend yang meningkat selama periode
1970 –2000 sebesar 7 kali lipat, yaitu 23 milyar batang pada tahun 1970
menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Nikotin dan gas monoksida CO adalah dua bahan penting dalam asap
rokok yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular. Asap rokok mengandung sekitar 0,5 sampai 3 nikotin, dan jika dihisap maka kadar
nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50 mgml. Nikotin di dalam rokok melepaskan zat cathecolamins yang dapat meningkatkan tekanan
darah dan zat lainnya yang dapat mengganggu jantung, membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan
kerusakan lapisan dalam pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah. Sedangkan CO memiliki kemampuan yang jauh lebih kuat daripada
sel darah merah dalam hal menarik atau menyerap oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke
jaringan-jaringan, termasuk jantung Soeharto 2000.
5. Aktivitas fisik