Ekstraksi Kristalisasi, Penghalusan, dan Pencampuran Aromatisasi

14 Bubuk kopi sangrai merupakan bahan baku kopi instan. Bubuk kopi diperoleh dari proses penghalusan biji kopi sangrai dengan ukuran partikel pada tingkat medium hasil ayakan 60 mesh ICCRI 2007.

1. Ekstraksi

Proses ekstraksi kopi instan menggunakan percolater penyaring kopi dan sentrifuge untuk mengepres sisa ampas. Tujuannya untuk memperoleh ekstraksi optimum dari padatan terlarut tanpa merusak kualitas. Ekstraksi bubuk kopi yang optimum tergantung pada suhu air dan laju air melalui ampas bubuk kopi. Air panas dimasukkan dengan tekanan dan suhu mencapai 80°C selama 45 menit. Sisa bubuk hasil pelarutan akan dikempa secara manual untuk mengekstrak komponen kopi yang masih tertinggal. Penggunaan suhu air tertinggi memungkinkan hasil konsentrasi ekstrak tertinggi. Rendemen ekstraksi berkisar antara 30 —32 berat bubuk kopi. Sisa ampas bubuk kopi selanjutnya akan dibuang karena masih mengandung 70 kadar air untuk diolah menjadi biogas Ridwansyah 2003; ICCRI 2007.

2. Kristalisasi, Penghalusan, dan Pencampuran

Ekstrak kopi dimasukkan ke dalam alat kristalisator dan ditambah gula dengan perbandingan 1:1. Selama 30 menit pertama, larutan ekstrak kopi dan gula dipanaskan pada suhu 100ºC, setelah larutan mendekati jenuh, suhunya diturunkan menjadi 70ºC selam 20 menit berikutnya. Pada 10 menit terakhir, sumber panas dimatikan, larutan jenuh kemudian didinginkan dengan suhu ruang hingga terbentuk kristal gula-kopi ICCRI 2007. Setelah kristal gula-kopi terbentuk, akan digiling secara mekanik menjadi bubuk halus. Kopi instan selain disajikan dalam bentuk murni juga dapat dicampur dengan bubuk krimmer instan atau bahan tambahan lainnya pada proporsi tertentu dengan alat pencampur putar tipe hexagonal.

3. Aromatisasi

Produk akhir kristalisasi akan berdampak pada kehilangan aroma kopi, sehingga biasanya dilakukan proses aromatisasi untuk memberikan aroma kopi bagi konsumen saat mereka membuka kemasan kopi. Hal ini dilakukan dengan cara me-recovery aroma volatil yaitu menyemprotkan aroma volatil tersebut kedalam kopi instan dengan menggunakan minyak kopi sebagai bahan pembawa aroma volatile, selain itu hal ini diperlukan untuk 15 mengurangi resiko oksidasi dan mengisi gas karbondioksida Ridwansyah 2003.

4. Pengemasan

Dokumen yang terkait

Hubungan Psoriasis Dengan Profil Lipid Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-2013

1 58 86

Hubungan Faktor-faktor Pemanfaatan Puskesmas Dengan Trend Kunjungan Rawat Jalan Pasca Pelaksanaan Kebijakan Pembebasan Biaya Retribusi Pelayanan Kesehatan Dasar Di Puskesmas Helvetia, Pasar Medan, dan Polonia Di Kota Medan Tahun 2006

9 56 141

Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah Pada pasien Hipertensi

5 28 91

Perancangan Alat Pengukur Tekanan Darah Untuk Monitoring Pasien Rawat Jalan Dengan Tampilan Web

1 8 29

HUBUNGAN ASUPAN KALIUM DAN KONSELING GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN Hubungan Asupan Kalium dan Konseling Gizi dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Asupan Kalium dan Konseling Gizi dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.

0 3 5

HUBUNTEKAN Hubungan Asupan Kalium dan Konseling Gizi dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.

0 2 16

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN ASUPAN NATRIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN Hubungan Tingkat Stres Dan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Di Surakarta.

0 1 19

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Stres Dan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Di Surakarta.

0 0 6

Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda

0 1 6