operasional. Biaya operasional terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya investasi yang sering disebut biaya pra-usaha merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat
beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun
kemudian. Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, misalkan untuk mengganti
peralatan investasi yang umur pakainya sudah habis tapi operasional bisnisnya masih berjalan, biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut biaya re-investasi. Berikut
penjabaran rincian biaya investasi yang dikeluarkan usaha tahu bandung Kayun-Yun dan harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat melakukan pembelian.
Tabel 5 Biaya investasi usaha tahu Bandung Kayun-Yun
No Jenis Investasi
Satuan Jumlah HargaSatuan
Rp Total Nilai
Rp Umur
ekonomis 1
Bangunan m
2
72 -
25 000 000 10
2 Mesin diesel
Unit 1
3 000 000 3 000 000
10 3
Molen Unit
1 2 000 000
2 000 000 10
4 Tungku semen
Unit 2
1 000 000 2 000 000
6 5
Bak semen Unit
2 200 000
400 000 6
6 Tahang kayu
Unit 3
600 000 1 800 000
5 7
Tanggok bambu Unit
1 200 000
200 000 1
8 Pompa air
Unit 1
300 000 300 000
7 9
Saringan air Unit
1 30 000
30 000 1
10 Cetakan
Unit 5
140 000 700 000
5 11
Tampir Unit
20 25 000
500 000 5
12 Serok
Unit 3
150 000 450 000
5 13
Rak bambu Unit
1 50 000
50 000 6
14 Tampanayakan
Unit 3
15 000 45 000
1 15
Bak plastik biru Unit
1 200 000
200 000 10
16 Ember plastik
Unit 12
5 000 60 000
5 17
Gentong plastik Unit
10 40 000
400 000 5
18 Box plastik
Unit 20
60 000 1 200 000
5 19
Mistar Unit
2 10 000
20 000 6
20 Kendaraan
Unit 1
70 000 000 70 000 000
10
TOTAL BIAYA INVESTASI 103 355 000
Pembelian peralatan investasi dilakukan pada awal produsen memulai untuk mendirikan usaha tahu, yaitu pada tahun 2004. Pada saat itu, lokasi usaha masih berada
di daerah Warung Borong Kecamatan Ciampea. Produsen mengalami perpindahan lokasi hingga menempati lokasi usaha pada saat ini, yaitu Desa Cihideung Ilir
Kecamatan Ciampea pada tahun 2010. Lokasi ini dinilai cukup strategis serta memenuhi keinginan produsen. Oleh sebab itu, perhitungan dimulai pada tahun 2010 sejak
terjadinya perpindahan lokasi usaha. Agar perhitungan menjadi lebih representative, maka beberapa biaya investasi yang umur ekonomisnya melebihi rentang waktu antara
tahun dimulainya usaha dengan tahun awal yang digunakan dalam perhitungan
menggunakan konsep time value of money. Hal ini dilakukan karena sejumlah uang pada saat ini berbeda dengan nilai sejumlah uang pada waktu yang akan datang. Nilai
uang selalu mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Konsep time value of money yang digunakan dalam perhitungan ini adalah perhitungan konversi berupa
compounding factor. Compounding factor digunakan untuk menghitung nilai di waktu yang akan datang jika diketahui sejumlah uang di saat sekarang untuk suatu periode
tertentu. Perhitungan compounding factor juga dapat disesuakan dengan umur ekonomis peralatan investasi. Beberapa alat investasi yang tidak menggunakan perhitungan
compounding factor, antara lain tungku semen, kuali, saringan air, rak bambu, tampanayakan, dan mistar. Hal ini disebabkan umur ekonomis yang telah habis
diantara rentang tahun usaha dan tahun dimulainya perhitungan sehingga harga yang digunakan disesuaikan dengan harga yang berlaku pada saat pembelian peralatan.
Berikut adalah rincian biaya investasi setelah dilakukan perhitungan compounding factor.
Tabel 6 Hasil perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah compounding factor
No Jenis Investasi
Harga sebelum compounding
Rp Harga setelah
compounding Rp
1 Bangunan
25 000 000 30 866 031
2 Mesin diesel
3 000 000 3 146 991
3 Molen
2 000 000 3 173 749
4 Tungku semen
2 000 000 2 000 000
5 Kuali
400 000 400 000
6 Tahang kayu
1 800 000 2 644 791
7 Tanggok bambu
200 000 476 062
8 Pompa air
300 000 462 990
9 Saringan air
30 000 30 000
10 Cetakan 700 000
1 028 530 11 Tampir
500 000 734 664
12 Serok 450 000
661 198 13 Rak bambu
100 000 100 000
14 Tampanayakan 45 000
45 000 15 Bak plastik biru
200 000 317 375
16 Ember plastik 60 000
88 160 17 Gentong plastik
400 000 587 731
18 Box plastik 1 200 000
1 763 194 19 Mistar
20 000 20 000
20 Kendaraan 70 000 000
111 081 203 TOTAL BIAYA INVESTASI
108 405 000 153 498 566
Keterangan : = tidak dilakukan perhitungan compounding factor
Selain biaya investasi, terdapat biaya lain yang harus dikeluarkan ketika melakukan suatu kegiatan usaha. Biaya yang dimaksud adalah biaya operasional. Biaya
operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap
proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri atas dua komponen, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Rincian lengkap mengenai biaya
investasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh
usaha tahu ini antara lain biaya sewa lahan, biaya listrik, biaya telepon, biaya perawatan mesin, biaya perawatan mobil, dan biaya transportasi. Penjabaran biaya tetap adalah
sebagai berikut : 1.
Biaya sewa lahan yang dikeluarkan oleh produsen mengalami peningkatan, pada tahun 2010
– 2012 biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 5 000 000 per tahun sedangkan biaya yang dikeluarkan pada tahun 2013 sampai akhir periode sebesar
Rp 6 000 000 per tahun 2.
Biaya listrik sebesar Rp 250 000 per bulan setara dengan Rp 3 000 000 per tahun 3.
Biaya telepon sebesar Rp 100 000 per bulan setara dengan Rp 1 200 000 per tahun 4.
Biaya perawatan adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk kepentingan perawatan mesin-mesin atau barang investasi. Besarnya biaya perawatan mesin
adalah Rp 100 000 per bulan setara dengan Rp 1 200 000 per tahun. 5.
Biaya perawatan mobil yang biasa digunakan untuk menunjang kegiatan produksi sebesar Rp 200 000 per bulan setara dengan Rp 2 400 000 per tahun.
6. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk pembelian
bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk membeli bahan baku, bahan penolong, maupun mendistribusikan produknya. Biaya transportasi yang
dikeluarkan sebesar Rp 60 000 per hari setara dengan Rp 18 000 000 per tahun.
Tabel 7 Rincian biaya tetap usaha tahu bandung Kayun-Yun
No Jenis Biaya
HargaBulan Rp
HargaTahun Rp 1 Sewa lahan
- 2010
– 2012 5 000 000
2013 6 000 000
2 Listrik 250 000
3 000 000 3 Telepon
100 000 1 200 000
4 Biaya perawatan mesin 100 000
1 200 000 5 Biaya perawatan mobil
200 000 2 400 000
6 Biaya transportasi -
18 000 000 TOTAL BIAYA TETAP
2010 – 2012
30 800 000 2013
31 800 000
Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan oleh produsen sebesar Rp 30 800 000 pada tahun 2010 - 2012, dan Rp 31 800 000 pada tahun 2013 sampai akhir periode.
Perbedaan ini dikarenakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan terjadi kenaikan.
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun satu satuan waktu. Yang termasuk dalam biaya
variabel pada usaha pembuatan tahu ini, antara lain kedelai, kunyit, garam, solar diesel, kayu bakar, kemasan, dan upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja dibedakan menjadi dua,
yaitu upah tenaga kerja dalam keluarga dan upah tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga berjumlah dua orang, sedangkan tenaga kerja dalam keluarga
berjumlah tiga orang, terdiri atas pemilik usaha, istri pemilik usaha, dan anak pemilik usaha
Usaha tahu memiliki siklus kerja setiap hari. Pekerjaan dimulai pada pagi hari dan selesai pada sore hari. Beberapa penjelasan perhitungan yang dipakai untuk
menghitung besarnya biaya variabel usaha pembuatan tahu bandung ini :
1. Terjadi peningkatan penggunaan kapasitas kedelai mulai tahun 2010 hingga 2013,
berturut-turut yaitu 50 kilogram, 70 kilogram, 100 kilogram, 120 kilogram. Disertai pula peningkatan harga kedelai, pada tahun 2010 harga kedelai sebesar Rp 6 000
per kilogram, tahun 2011 - 2012 harga kedelai sebesar Rp 7000 per kilogram, dan pada tahun 2012 kedelai mencapai Rp 9 000 per kilogram.
2. Sepuluh kilogram garam digunakan untuk memproduksi 120 kilogram kedelai.
3. Tujuh kilogram kunyit digunakan untuk memproduksi 120 kilogram kedelai.
4. Kayu bakar seharga Rp 10 000 digunakan untuk satu kali jiringan.
5. Solar diesel digunakan sebagai bahan bakar mesin penggiling untuk menggiling
kedelai menjadi bubur kedelai. Solar diesel seharga Rp 13 000 dapat digunakan untuk satu kali produksi dengan kapasitas 120 kilogram.
6. Upah tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu upah tenaga kerja dalam keluarga dan
upah tenaga kerja luar keluarga Upah tenaga kerja tidak dibedakan. Pada tahun 2010
– 2011, satu orang tenaga kerja mendapatkan upah sebesar Rp 4 500 per satu jiringan. Mulai tahun 2012, satu orang tenaga kerja mendapatkan upah sebesar Rp 5
000 per satu jiringan. 7.
Uang konsumsi untuk satu kali produksi setiap tenaga kerja sebesar Rp 35 000 pada tahun 2010
– 2011 dan Rp 40 000 untuk tahun 2012 – dst. 8.
Biaya kemasan digunakan untuk membungkus tahu yang akan dijual ke pasar Kemasan seharga Rp 15 000 dapat digunakan untuk satu kali siklus produksi
dengan kapasitas 120 kilogram.
Tabel 8 Jumlah biaya variabel tahun 2010 - 2013
No Uraian
Jumlah Tahun 2010
Rp Jumlah
Tahun 2011 Rp
Jumlah Tahun 2012
Rp Jumlah
Tahun 2013 Rp
1 Kedelai
90 000 000 147 000 000 210 000 000 324 000 000
2 Garam
2 160 000 3 240 000
4 800 000 6 000 000
3 Kunyit
5 400 000 7 200 000
12 600 000 14 700 000
4 Kayu bakar
15 000 000 21 000 000
30 000 000 36 000 000
5 Solar diesel
1 625 000 2 275 000
3 250 000 3 900 000
6 Upah TK dalam keluarga
51 750 000 56 700 000
81 000 000 90 000 000
6 Upah TK luar keluarga
34 500 000 37 800 000
54 000 000 60 000 000
7 Kemasan
1 875 000 2 625 000
3 750 000 4 500 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 202 310 000 277 840 000 399 400 000
539 100 000
Total biaya variabel mengalami peningkatan setiap tahunnya, mulai Rp 202 310 000 pada tahun 2010, Rp 277 840 000 pada tahun 2011, Rp 399 400 000
pada tahun 2012, hingga Rp 539 100 000 pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan kapasitas produksi yang disertai dengan kenaikan harga kedelai.
Rincian lebih lengkap mengenai biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
Laporan Laba Rugi Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh usaha tahu bandung Kayun-Yun. Laporan laba rugi cukup
penting keberadaanya karena laporan ini dapat dijadikan sebagai alat untuk memprediksi arus kas serta kondisi keuangan di masa mendatang. Ketika suatu usaha
mengalami kenaikan pendapatan yang konsisten, walaupun tidak signifikan tetapi
konsisten dari tahun ke tahun, maka hal tersebut dapat memberikan keyakinan kepada para investor maupun kreditor bahwa arus kas, pendapatan, dan juga laba tergolong baik
sehingga investor ataupun kreditor tertarik dan ikut berkontribusi terhadap suatu usaha.
Selain itu, dengan adanya laporan laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu usaha. Perbedaan antara
perhitungan cashflow dan laporan laba rugi terletak pada perhitungan biaya investasi, perhitungan bunga pinjaman, dan perhitungan pajak. Pada perhitungan cashflow, semua
biaya yang berhubungan dengan usaha diperhitungkan secara detail termasuk biaya pra usaha ataupun biaya investasi sedangkan pada perhitungan laba rugi, perhitungan biaya
investasi tidak dilakukan. Laporan laba rugi digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu dengan melihat
kondisi keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.
Pada perhitungan laba rugi usaha tahu bandung Kayun-Yun, baik perhitungan bunga pinjaman maupun pajak tidak dilakukan. Selama ini, produsen tidak pernah
melakukan penyimpanan maupun transaksi terhadap suatu bank. Berdasarkan wawancara dengan produsen, mulai dari awal mendirikan usaha hingga saat ini
usahanya belum pernah dikenakan pajak. Menurutnya, hal ini mungkin dikarenakan usaha masih tergolong usaha kecil dan berada di lingkungan pedesaan sehingga belum
ada ketentuan pemungutan pajak. Karena tidak ada bunga pinjaman dan ketentuan pajak , maka laba bersih sebelum bunga pinjaman dan pajak menunjukkan hasil yang sama.
Laba yang didapatkan pada awal periode usaha masih rendah, yaitu sebesar Rp 290 000. Pada tahun kedua, laba mulai mengalami peningkatan, mulai dari 16 800 000 hingga Rp
90 600 000 tiap tahunnya. Dengan demikian, usaha mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5 000 000
– 7 000 000 tiap bulannya.
Analisis Finansial Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Kelayakan finansial usaha tahu bandung dapat dilihat dari empat kriteria investasi, yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net BC, dan
Payback Period PP. Hasil cashflow tertera pada tabel berikut. Untuk informasi yang lebih lengkap dan menyeluruh, rincian dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 9 Hasil analisis finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun
Kriteria Indikator
Hasil NPV
Rp 293 316 530 IRR
DR 39 persen
Net BC 1
3.07 Payback Period
umur usaha 5 tahun 7 bulan 17 hari
1. Net Present Value NPV
Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui nilai kini manfaat bersih yang diperoleh selama periode usaha. Pada perhitungan nilai PV yang dilakukan diperoleh
nilai PV negatif sebesar Rp 141 859 783. PV negatif diperoleh dari nilai net benefit yang bernilai negatif pada tahun pertama karena nilai manfaat yang diperoleh belum
dapat menutupi jumlah biaya yang dikeluarkan. Sedangkan PV positif yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar Rp 435 176 313. Nilai PV positif ini diperoleh dari
penjumlahan nilai net benefit yang bernilai positif yaitu pada tahun kedua sampai pada akhir umur usaha. Dari nilai PV positif dan PV negatif tersebut akan didapatkan
nilai NPV sebesar Rp 293 316 530 yang berarti bahwa usaha tahu bandung Kayun- Yun akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 293 316 530 atau lima persen
dari akumulasi nilai kini inflow yang diperoleh selama umur usaha 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa usaha tahu
bandung Kayun-Yun layak untuk dijalankan karena kriteria investasi NPV lebih besar dari 0 NPV0
2. Internal Rate of Return IRR
Perhitungan IRR suatu kelayakan dapat diketahui dengan membandingkan nilai IRR dengan cost of capital. Nilai cost of capital yang digunakan sebesar 8 persen.
Dari hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi diketahui bahwa pada usaha tahu bandung Kayun-Yun didapatkan nilai IRR sebesar 39 persen. Nilai IRR sebesar 39
persen berarti bahwa tingkat pengembalian usaha tahu bandung Kayun-Yun terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 39 persen. Nilai IRR yang diperoleh pada analisis
kriteria investasi ini memiliki nilai sebesar 39 persen artinya memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of capital yang telah ditentukan yaitu
sebesar 8 persen IRRDR sehingga usaha tahu bandung Kayun-Yun layak untuk dijalankan.
3.
Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net BC ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Yang berarti, manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis yang dihasilkan setiap satuan kerugian dari bisnis tersebut. Jika hasil nilai Net BC bernilai positif maka ketika suatu usaha mengeluarkan
sejumlah biaya tambahan maka nilai manfaat tambahan yang diperolehnya menjadi lebih banyak perusahaan mengeluarkan sebesar nilai Net BC yang dihasilkan. Pada
perhitungan Net BC dalam perhitungan kriteria investasi, diperoleh nilai Net BC sebesar 3.07. Hal ini berarti setiap tambahan biaya sebesar Rp 1.00 dapat
menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp 3.07. Nilai Net BC pada tahu bandung Kayun-Yun terbukti lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk
dijalankan Net BC1.
4. Payback Period PP
Perhitungan payback period digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian modal pada usaha tahu bandung Kayun-Yun yakni selama empat
tahun lima bulan enam belas hari. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu 5 tahun 7 bulan 17 hari. Bila
dibandingkan dengan umur usaha yakni selama 10 tahun, maka jangka waktu pengembalian modal usaha dapat dikatakan lebih cepat daripada umur usaha
sehingga usaha tahu bandung Kayun-Yun ini layak untuk dijalankan.
Analisis Sensitivitas Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap suatu analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Pada usaha
pembuatan tahu dilakukan identifikasi faktor-faktor yang mungkin terjadi pada usaha tersebut. Adapun perubahan-perubahan yang dapat dilihat sensitivitasnya adalah
penurunan volume produksi, penurunan harga output, kenaikan harga input
Perubahan yang mungkin terjadi dari sisi outflow yaitu kenaikan harga input kedelai. Kedelai merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tahu. Biaya input
kedelai memiliki kontribusi terbesar, yaitu sekitar 65 persen dari jumlah total biaya variabel. Berdasarkan wawancara dengan produsen, beliau merasa pada tahun ini
kedelai mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan yaitu kedelai semula seharga Rp 7 000 per kilogram naik hingga mencapai Rp 9 000 per kilogram. Dengan demikian,
kenaikan ini mencapai 28.6 persen.
Kenaikan harga kedelai menimbulkan beberapa dampak yang mungkin terjadi, salah satunya yaitu penurunan jumlah produksi. Walaupun pada empat tahun terakhir ini
tidak pernah terjadi penurunan jumlah produksi, bahkan yang terjadi adalah kenaikan. Akan tetapi pada tahun sebelum berpindah ke lokasi saat ini, hal demikian ternyata
pernah dialami oleh produsen. Penurunan jumlah produksi dialami ketika usaha masih berpindah-pindah lokasi, perpindahan lokasi membuat produsen harus melakukan
adaptasi ulang terhadap keadaan dan lingkungan sekitar Dengan keterbatasan modal disertai dengan harga kedelai yang cenderung mengalami kenaikan, salah satu upaya
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, yaitu dengan menurunkan jumlah produksi Jumlah produksi pernah mengalami penurunan 10 hingga 20 persen.
Penurunan produksi ini juga disebabkan lokasi pabrik yang kurang strategis sehingga sulitnya akses menuju lokasi. Hal ini membuat para pedagang keliling merasa kesulitan
mencapai lokasi usaha. Produksi yang awalnya memiliki kapasitas 50 kilogram berkurang hingga menjadi 40 kilogram sehingga penurunan jumlah produksi tahu
mencapai 20 persen. Dengan demikian, analisis sensitivitas yang digunakan pada berupa perubahan harga input yang merupakan bahan baku utama, yaitu kedelai dan penurunan
jumlah produksi Analisis sensitivitas dilihat dari persentase perubahan harga dan penurunan jumlah produksi terhadap perubahan nilai NPV, IRR, dan Net BC yang
diperoleh, apakah berpengaruh signifikan atau tidak.
1. Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 28,6 Persen
Kedelai merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan tahu. Kedelai memiliki kontribusi lebih besar dibandingkan dengan bahan lainnya, yaitu sebesar 65
persen. Kedelai yang digunakan oleh sebagian besar pengrajin merupakan kedelai impor. Hal ini dikarenakan sulit ditemukannya kedelai lokal dan kedelai impor
dinilai memiliki kualitas yang lebih baik dibanding kedelai lokal. Oleh sebab itu, ketergantungan pengrajin terhadap kedelai impor cukup tinggi.
Perubahan berupa kenaikan harga kedelai seringkali dialami oleh para pengrajin. Memang setiap tahun harga kedelai selalu menunjukkan pergerakan. Produsen
mengakui bahwa kenaikan harga pada tahun 2013 menunjukkan kenaikan harga yang cukup signifikan. Semula harga kedelai Rp 7 000 meningkat hingga mencapai Rp 9
000. Banyak pengrajin yang menolak dengan hal ini dan memutuskan untuk berhenti berproduksi selama tiga hari. Tindakan ini adalah suatu bentuk kekecewaan
pengrajin terhadap kenaikan harga kedelai. Berdasarkan data di lapangan, kenaikan harga tertinggi yang pernah dialami produsen adalah sebesar 28.6 persen. Dengan
demikian, akan dilihat sensitivitas usaha tersebut jika terdapat kenaikan harga input kedelai sebesar 28 6 persen.
Hasil analisis sensitivitas dengan merubah variabel pada harga kedelai sebesar 28.6 persen maka pada kriteria kelayakan investasi diperoleh nilai NPV sebesar
Rp 197 127 430, tidak memiliki nilai IRR, Net BC sebesar 0.03 persen, dan payback period melebihi umur usaha. Hasil nilai perhitungan lampiran 7 tersebut
mengindikasikan bahwa kenaikan harga kedelai sebesar 28.6 persen memiliki pengaruh signifikan terhadap usaha ini. NPV yang semula pada perhitungan normal
memiliki nilai Rp 293 316 530 kemudian mengalami perubahan yang sangat besar setelah adanya kenaikan harga sebesar 28.6 persen, nilai NPV menjadi negatif yakni
Rp 197 127 430. Sama halnya dengan IRR dan Net BC yang mengalami
perubahan yang sangat signifikan, IRR yang semula sebesar 39 persen menjadi tidak memiliki nilai IRR, Net BC yang semula sebesar 3.07 mengalami penurunan hingga
0.03. Untuk perhitungan payback period didapatkan hasil bahwa selama umur usaha belum mampu menghasilkan manfaat bersih. Dapat dilihat dari hasil
perhitungan membuktikan bahwa seluruh kriteria investasi menunjukan angka tidak layak. Dengan demikian, hasil analisis ini menunjukkan bahwa kenaikan harga
kedelai sebesar 28.6 persen terbukti sangat sensitif terhadap kelayakan usaha pembuatan tahu.
2. Penurunan Jumlah Produksi Sebesar 20 persen
Penurunan jumlah produksi adalah salah satu kemungkinan yang terjadi terhadap perubahan pada sisi inflow. Perubahan penurunan jumlah produksi pernah
dialami oleh usaha ini ketika lokasi usaha masih berpindah-pindah. Penurunan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sulitnya akses mencapai lokasi pabrik
sehingga banyak produk yang tidak habis terjual, serta keterbatasan modal disertai dengan harga kedelai yang cukup berfluktuatif. Penurunan yang pernah dialami
berkisar antara 5 kilogram
– 10 kilogram, atau 12,5 sampai 20 persen. Oleh karena itu, hasil analisis sensitivitas yang digunakan berdasarkan data empiris usaha, yaitu
penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen Hasil analisis sensitivitas dengan merubah variabel pada sisi input yaitu
penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen pada perhitungan kelayakan investasi, maka diperoleh NPV sebesar Rp 157 593 001, IRR sebesar 13.34 persen, serta
Net BC 0.29. Seluruh kriteria investasi mengalami penurunan yang sangat signifikan. NPV yang semula Rp 293 316 530 menurun hingga Rp 157 593 001.
Begitu pula dengan IRR semula senilai 39 persen menjadi 13.34 persen serta Net BC semula 3.07 menurun hingga mencapai 0.29. Tidak terlalu berbeda dengan hasil
analisis yang pertama, hasil perhitungan menunjukkan bahwa NPV berada pada angka negatif, IRR kurang dari discount factor, serta Net BC kurang dari 1. Untuk
payback period didapatkan hasil bahwa selama umur usaha belum mampu menghasilkan manfaat bersih. Dengan demikian maka seluruh kriteria investasi dapat
dikatakan tidak layak dan nilai perhitungan mengindikasikan bahwa penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen juga terbukti sensitif terhadap kelayakan usaha.
Hasil Analisis Sensitivitas Tabel 10 Perbandingan antara kondisi normal dan hasil analisis sensitivitas
Kriteria Investasi Kondisi Normal
Kenaikan Harga Kedelai 28.6 persen
Penurunan Jumlah Produksi 20 persen
PV Positif Rp 435 176 313
Rp 6 402 257 Rp 65 726 831
PV Negatif Rp 141 859 783
Rp 203 529 687 Rp 223 319 831
NPV Rp 293 316 530
Rp 197 127 430 Rp 157 593 001
IRR 39 persen
- 13.34 persen
Net BC 3.07
0.03 0.29
Payback Period 5 tahun 7 bulan 17
hari -
- Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga kedelai dan
penurunan jumlah produksi, secara umum dapat disimpulkan bahwa baik kenaikan harga maupun penurunan produksi terbukti sangat sensitif terhadap kelayakan usaha.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh dalam analisis
sensitivitas sama-sama menunjukkan angka negatif, IRR kurang dari discount rate, Net BC kurang dari satu, serta payback period yang dihasilkan melebihi umur usaha.
Seluruh kriteria investasi menunjukan usaha tidak layak. Berdasarkan kedua analisis sensitivitas, jika dilakukan perbandingan, maka kenaikan harga kedelai dinilai lebih
sensitif dibandingkan penurunan jumlah produksi karena memiliki nilai akumulasi yang jauh lebih rendah dibandingkan penurunan jumlah produksi. Perhitungan analisis
sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.
Implikasi Manajerial terhadap Analisis Sensitivitas
Implikasi manajerial adalah perkiraan ke depan mengenai perencanaan kerja dan perumusan tidakan dan formulasi kebijakan untuk meningkatkan produktifitas dengan
cara meningkatkan kapasitas, kualitas, efisensi, dan efektifitas dari sumber daya yang ada. Dalam analisis sensitivitas yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa
suatu perubahan memiliki pengaruh terhadap suatu usaha. Dalam hal ini, perubahan yang dimaksud adalah kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi tahu.
Baik kenaikan harga kedelai maupun penurunan jumlah produksi tahu menghasilkan kriteria investasi yang tidak layak. Kedua variabel menghasilkan NPV dibawah 0, IRR
kurang dari discount rate, Net BC kurang dari 1, serta payback period yang melebihi umur usaha. Berdasarkan hasil perhitungan, jika ingin dibandingkan antara kenaikan
harga kedelai dan penurunan jumlah produksi, maka perubahan yang dinilai lebih peka adalah perubahan terkait dengan kenaikan harga kedelai. Oleh sebab itu, pemilik usaha
harus selalu waspada dengan melakukan beberapa tindakan atau dengan kata lain implikasi manajerial yang sebaiknya dilakukan oleh pemilik, antara lain pembentukan
kelompok pengrajin berbasis kedelai.
Selama ini para pengrajin berbasis kedelai di daerah sekitar pabrik, terutama pengrajin tahu dan tempe memiliki solidaritas yang cukup tinggi. Terbukti dengan
adanya kenaikan harga yang terjadi, para pemilik usaha melakukan musyawarah untuk mencari solusi terbaik terhadap kenaikan harga kedelai agar usaha dapat tetap
berproduksi. Hasil musyawarah serentak dilakukan oleh para pengrajin. Oleh sebab itu, untuk menjaga hubungan dan solidaritas sebaiknya dilakukan pembentukan kelompok
pengrajin secara jelas dan terdaftar keanggotannya, khusunya di sekitar daerah Cihideung Ilir. Dengan adanya pembentukan kelompok ini dapat memudahkan para
pengrajin dalam mengambil keputusan terhadap suatu perubahan yang terjadi. Selain itu, kelompok ini juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah dalam bertukar, pengalaman,
ilmu, maupun informasi yang berguna satu sama lainnya sehingga para pengrajin menjadi lebih berwawasan dan dapat menentukan sikap maupun strategi untuk
memajukan usahannya. Pembelian kedelai juga dapat dilakukan secara kolektif untuk mengurangi biaya pembelian kedelai.
Jika masa kontrak lokasi sudah habis dan tidak dapat diperpanjang, sebaiknya perpindahan lokasi dipertimbangkan dengan baik. Karena lokasi yang strategis sangat
mempengaruhi keberlangsungan usaha. Lokasi strategis terutama mencakup kemudahan akses menuju lokasi karena hal ini akan berdampak langsung terhadap penjualan dan
pemasaran produk.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha tahu bandung Kayun-Yun baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu : 1.
Berdasarkan analisis aspek non finansial, usaha tahu Bandung Kayun-Yun dapat dikatakan layak, kecuali pada aspek manajemen dan aspek lingkungan. Analisis
aspek manajemen dikatakan kurang layak karena usaha tahu ini belum memiliki pencatatan finansial yang baik ataupun pembukuan atas penjualan yang dilakukan.
Usaha ini juga belum memiliki struktur organisasi, akan tetapi pembagian pekerjaan sudah jelas. Sedangkan analisis aspek lingkungan dikatakan kurang layak karena
usaha ini membuang air limbah langsung ke kali terdekat tanpa memberikan perlakukan khusus. Pada jangka panjang, hal ini tentunya dapat menimbulkan
gangguan berupa pencemaran lingkungan.
2. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha tahu Bandung Kayun-Yun
ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV, IRR, Net BC serta payback period yang memenuhi seluruh kriteria investasi.
3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha tahu bandung Kayun-Yun
terbukti sangat sensitif terhadap perubahan dua variabel yaitu kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi. Dari kedua nilai variabel menunjukkan
bahwa seluruh kriteria investasi tidak memenuhi kriteria sehingga usaha menjadi tidak layak. Dengan demikian, baik kenaikan harga maupun penurunan jumlah
produksi memiliki pengaruh yang signifikan dan sangat sensitif terhadap kelayakan suatu usaha. Jika dibandingkan antara kedua variabel maka kenaikan harga memiliki
tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan penurunan jumlah produksi.
Saran
1. Usaha tahu Bandung Kayun-Yun sebaiknya mulai melakukan pencatatan finansial
meliputi data arus masuk dan arus keluar produksi sehingga pemilik usaha dapat melihat peningkatan ataupun penurunan yang terjadi pada kondisi keuangan dan
keuntungan yang diperoleh.
2. Peralatan yang digunakan hendaknya selalu dirawat agar kehigienisan tahu tetap
terjaga dengan baik. 3.
Penerapan perlakuan khusus terhadap air limbah produksi. Salah satunya dengan menerapkan sistem netralisir atau aerodinamis. Hal ini dilakukan untuk mencegah air
limbah mengalir langsung ke sungai yang dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar.
4. Pihak pemerintah sebaiknya dapat menjaga tingkat harga komoditas atau harga
pembelian pemerintah HPP kedelai di tingkat petani agar mereka tertarik untuk menanam kedelai sehingga produksi kedelai lokal dapat meningkat dan
ketergantungan impor menjadi semakin menurun. Selain itu, optimalisasi lahan dan perbaikan tata niaga kedelai juga perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan
produktifitas kedelai dan mengurangi „permainan‟ pada sisi suplai. Beberapa kebijakan ini dilakukan dengan tujuan akhir yaitu menjaga stabilitas harga kedelai di
Indonesia.