Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
suatu perlakuan khusus untuk meminimalisir bahkan mencegah gangguan terhadap lingkungan sekitar. Salah satu perlakuan yang dapat dilakukan adalah penerapan sistem
netralisir atau aerodinamis. Pembuangan limbah hasil aerodinamis tidak perlu dibuang ke sungai, akan tetapi dapat dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman. Perlakuan
ini membutuhkan tiga kolam besar dan satu kolam kecil dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Kolam kecil digunakan untuk menghilangkan benda padat. Kolam ini dilengkapi dengan saringan kawat. Dari kolam penyaringan, air limbah disalurkan ke kolam
besar pertama. 2.
Kolam besar pertama terdiri atas 8 skat, skat tersebut berisi ijuk, pasir, dan batu koral. Air limbah dialirkan secara bergantian mulai dari skat satu sampai skat
delapan. Sebelum dialirkan ke kolam besar pertama, air limbah diberi bahan penetral terlebih dahulu yaitu kapur, kaporit, dan karbit.
3. Kolam besar kedua berisi ijuk, pasir, dan batu koral yang berfungsi sebagai
penyerapan. 4.
Kolam besar ketiga digunakan untuk penampungan terakhir. Air limbah tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
Analisis Aspek Finansial
Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis suatu usaha dari segi keuangan. Terdapat empat kriteria penilaian investasi, antara lain Net Present Value
NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Payback Period PP. Dalam melakukan analisis empat kriteria investasi digunakan arus kas
untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu.
Analisis
Inflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Penerimaan usaha pembuatan tahu berasal dari hasil penjualan tahu, ampas tahu dan nilai sisa investasi yang telah dilakukan. Pendapatan didapat dari total penjualan
dikali dengan harga jual.
Analisis finansial dilakukan secara forecasting untuk melihat dampak yang terjadi terhadap kenaikan harga bahan baku, yaitu kedelai. Tahun awal dimulainya
perhitungan adalah tahun 2010, yaitu tahun dimana produsen melanjutkan usaha ke lokasi baru yang sesuai dengan keinginannya, yaitu Desa Cihideung Ilir. Tahun ini
dipilih dengan pertimbangan bahwa usaha melakukan perpindahan lokasi kepada lokasi saat ini sehingga cashflow dibuat untuk melihat bagaimana arus kas mulai tahun 2010
hingga 10 tahun mendatang disertai dengan adanya kenaikan harga kedelai. Periode bisnis 10 tahun berdasarkan umur ekonomis investasi terbesar, yaitu bangunan.
Pada tahun pertama pendirian usaha, terdapat pengeluaran untuk biaya investasi diikuti dengan kegiatan produksi sehingga usaha tetap mendapatkan penerimaan awal
walaupun pada tahun pertama usaha masih mengalami kerugian. Pada tahun 2010, produsen masih memiliki kapasitas produksi yang cukup
rendah yaitu sekitar 50 kilogram. Pada tahun berikutnya, kapasitas produksi mulai mengalami peningkatan yaitu tahun 2011 kapasitas produksi mencapai 70 kilogram,
tahun 2012 kapasitas produksi mencapai 100 kilogram, hingga pada tahun 2013 kapasitas produksi mencapai titik tertinggi yaitu 120 kilogram. Peningkatan kapasitas
produksi diperoleh dari tambahan modal pemilik usaha yang dikumpulkan dari setiap hasil usahanya. Pada tahun 2010
– 2011 produksi hanya memiliki satu jenis ukuran tahu, yaitu tahu berukuran 4 cm. Tahun 2012 ketika produksi sudah mencapai produksi
100 kilogram, produsen mulai menambah jenis ukuran tahu sehingga menjadi dua ukuran, yaitu tahu berukuran 4 cm dan 5 cm. Ketika harga kedelai mengalami kenaikan,
yaitu pada tahun 2013, produsen melakukan musyawarah dengan beberapa pengrajin sekitar untuk mencari alternatif penyesuaian agar keberlangsungan usaha tetap terjaga.
Salah satu alternatif penyesuaian yang disepakati bersama adalah kenaikan harga jual tahu. Karena itu, produsen menaikkan harga jual untuk setiap jenis ukuran tahu sebesar
Rp 50. Pada tahun 2010 total penerimaan sebesar Rp 233 400 000. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2011 dan 2013, total penerimaan terus mengalami peningkatan,
yaitu masing-masing sebesar Rp 325 500 000 dan Rp 498 600 000. Hingga pada tahun 2013 dan selanjutnya, penerimaan berada pada titik tertinggi yaitu Rp 661 500 000.
Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rincian pendapatan penjualan usaha tahu Bandung Kayun-Yun per tahun
Tahun ke-
Produk Kapasitas
Produksi Produksi
Harga jual
Rp Pendapatan
Rp Pendapatan
Per Tahun Rp
Total pendapatan per
tahun Rp 2010
Tahu 4 cm 50
kilogram 3 000
250 750 000
225 000 000 233 400 000
Ampas tahu
4 7 000
28 000 8 400 000
2011 Tahu 4 cm
70 kilogram
4 200 250
1 050 000 315 000 000
Ampas tahu
5 7 000
35 000 10 500 000
325 500 000 2012
Tahu 4 cm 100
kilogram 3 600
250 900 000
270 000 000 Tahu 5 cm
2 400 300
720 000 216 000 000
498 600 000 Ampas
tahu 6
7 000 42 000
12 600 000 2013
- 2020 Tahu 4 cm
120 kilogram
4 200 300
1 260 000 378 000 000
Tahu 5 cm 2 500
350 875 000
262 500 000 661 500 000
Ampas tahu
7 10 000 70 000
21 000 000
Selain penerimaan di atas, terdapat penerimaan lain yaitu berasal dari nilai sisa atau salvage value. Salvage value merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak
habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada akhir umur bisnis. Nilai sisa pada barang investasi ini tidak terlalu banyak, hanya terdapat pada pompa air. Perhitungan
menggunakan periode 10 tahun berdasarkan umur ekonomis yang paling lama, yaitu lahan dan bangunan. Pompa memiliki umur ekonomis 7 tahun, sehingga produsen
melakukan pembelian ulang pada tahun ke-8 untuk pompa air sebesar Rp 308 660 dengan jumlah total 1 buah sehingga total nilai sisa yang didapat sebesar Rp 171 426.
Analisis Outflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan tahu ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang
dikeluarkan pada saat persiapan usaha atau pada saat awal proyek. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proses produksi
berlangsung Biaya investasi tidak langsung habis pakai, berbeda dengan biaya
operasional. Biaya operasional terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya investasi yang sering disebut biaya pra-usaha merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat
beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun
kemudian. Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, misalkan untuk mengganti
peralatan investasi yang umur pakainya sudah habis tapi operasional bisnisnya masih berjalan, biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut biaya re-investasi. Berikut
penjabaran rincian biaya investasi yang dikeluarkan usaha tahu bandung Kayun-Yun dan harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat melakukan pembelian.
Tabel 5 Biaya investasi usaha tahu Bandung Kayun-Yun
No Jenis Investasi
Satuan Jumlah HargaSatuan
Rp Total Nilai
Rp Umur
ekonomis 1
Bangunan m
2
72 -
25 000 000 10
2 Mesin diesel
Unit 1
3 000 000 3 000 000
10 3
Molen Unit
1 2 000 000
2 000 000 10
4 Tungku semen
Unit 2
1 000 000 2 000 000
6 5
Bak semen Unit
2 200 000
400 000 6
6 Tahang kayu
Unit 3
600 000 1 800 000
5 7
Tanggok bambu Unit
1 200 000
200 000 1
8 Pompa air
Unit 1
300 000 300 000
7 9
Saringan air Unit
1 30 000
30 000 1
10 Cetakan
Unit 5
140 000 700 000
5 11
Tampir Unit
20 25 000
500 000 5
12 Serok
Unit 3
150 000 450 000
5 13
Rak bambu Unit
1 50 000
50 000 6
14 Tampanayakan
Unit 3
15 000 45 000
1 15
Bak plastik biru Unit
1 200 000
200 000 10
16 Ember plastik
Unit 12
5 000 60 000
5 17
Gentong plastik Unit
10 40 000
400 000 5
18 Box plastik
Unit 20
60 000 1 200 000
5 19
Mistar Unit
2 10 000
20 000 6
20 Kendaraan
Unit 1
70 000 000 70 000 000
10
TOTAL BIAYA INVESTASI 103 355 000
Pembelian peralatan investasi dilakukan pada awal produsen memulai untuk mendirikan usaha tahu, yaitu pada tahun 2004. Pada saat itu, lokasi usaha masih berada
di daerah Warung Borong Kecamatan Ciampea. Produsen mengalami perpindahan lokasi hingga menempati lokasi usaha pada saat ini, yaitu Desa Cihideung Ilir
Kecamatan Ciampea pada tahun 2010. Lokasi ini dinilai cukup strategis serta memenuhi keinginan produsen. Oleh sebab itu, perhitungan dimulai pada tahun 2010 sejak
terjadinya perpindahan lokasi usaha. Agar perhitungan menjadi lebih representative, maka beberapa biaya investasi yang umur ekonomisnya melebihi rentang waktu antara
tahun dimulainya usaha dengan tahun awal yang digunakan dalam perhitungan