46
= +
+ +
+ +
+ +
............. 3.39 Dimana :
ijt
X ln
= Nilai ekspor riil komoditi unggulan ekspor dari Indonesia ke Negara j pada tahun t US
it
GDP ln
= GDP riil Indonesia pada tahun t US
jt
GDP ln
= GDP riil Negara j pada tahun t US
jt
GDPC ln
= Pendapatan per kapita Negara j pada tahun t US
it
ERR ln
= Nilai tukar riil Indonesia terhadap negara tujuan ekspor pada tahun t RpER
j ijt
ED ln
= Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara j pada tahun t Km dikali Share GDP negara pengimpor
ijt
lagX ln
= Ekspor komoditi unggulan Indonesia ke negara tujuan tahun t-1 US
ijt
ε
= error term
β
= intersep
6 5
4 3
2 1
, ,
, ,
, β
β β
β β
β
= slope
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN UNI EROPA
Hubungan perdagangan Indonesia-Uni Eropa sudah terjalin lama. Uni Eropa merupakan salah satu pasar tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS dalam Buletin Kerjasama Perdagangan Internasional 2010, pada periode Januari-Agustus 2010, Uni
Eropa menduduki peringkat ke-4 terbesar total perdagangan US 17.095 juta dari seluruh mitra dagang Indonesia dan merupakan tujuan ekspor pertama
dengan nilai US 10.736 miliar, bersaing tipis dengan Jepang US 10.402 miliar. Pada tahun 2009, total perdagangan bilateral berjumlah US 22,1 miliar
atau turun 14,6 dari tahun 2008 sekitar US 25,9 miliar. Uni Eropa merupakan salah satu kekuatan perdagangan utama di dunia
dengan komitmen multilateral yang kuat. Pasar tunggal Uni Eropa, yang merupakan seperangkat peraturan dagang, cukai dan prosedur bersama yang
berlaku di seluruh 27 negara anggota, menjadikan Uni Eropa sebagai suatu pasar yang sangat menarik bagi negara-negara lain. Sementara itu, Indonesia
termasuk dalam pelaku ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan salah satu mitra penting bagi Uni Eropa baik dalam perdagangan maupun investasi.
Bagi Indonesia, Uni Eropa merupakan tujuan ekspor non-migas terbesar dan volume perdagangan di antara kedua belah pihak terus mengalami tren
pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir. Para investor di Eropa juga telah membuktikan bahwa mereka merupakan salah satu mitra Indonesia yang paling
stabil dan dapat diandalkan. Jumlah ekspor non migas Indonesia ke Uni Eropa selalu meningkat setiap
tahunnya. Hal ini terlihat pada Gambar 1.2 antara tahun 2005 hingga 2010 terdapat peningkatan hingga sebesar 10 trilyun US . Terlebih lagi, pemangku
kepemimpinan tertinggi Indonesia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Komisaris Eropa Jose Manuel Barroso membentuk Kelompok Visi pada
Desember 2009 untuk semakin mendongkrak nilai ekspor non migas Indonesia ke Uni Eropa.
Kelompok Visi ini terdiri dari para pelaku usaha, pejabat pemerintah, dan akademisi. Kelompok ini berhasil merekomendasikan potensi kemitraan ekonomi
yang komprehensif dengan meningkatkan sektor-sektor andalan di bidang
48
perdagangan dan investasi.
1
Potensi ekspor non migas Indonesia sangatlah besar. Pasar Uni Eropa merupakan pasar yang potensial untuk hasil produksi
non migas Indonesia. Badai krisis ekonomi di Eropa tidak mempengaruhi tingkat ekspor Indonesia ke Uni Eropa, seperti terlihat pada Gambar 4.1.
Sumber : COMTRADE, diolah
Gambar 4.1 Jumlah Rata-rata Total Ekspor Indonesia ke Uni Eropa
Belanda menempati posisi teratas penerima ekspor Indonesia. Berbagai komoditi migas dan non migas diserap dengan baik oleh Negara tersebut.
Besarnya daya serap komoditi ekspor Indonesia ke Belada disebabkan karena Belanda dan Indonesia telah memiliki kedekatan sejak masa penjajahan dahulu.
Kemudian dengan lebih dari 16 juta penduduk Belanda, mayoritas dari mereka menganggap komoditi dari Indonesia berkualitas terbaik. Jerman, Spanyol, Italia,
Inggris, Belgia, Perancis termasuk negara-negara tujuan ekspor Indonesia pada 2005 hingga 2010. Persaingan ekspor komoditi ke Uni Eropa termasuk
persaingan yang kuat. Cina merupakan salah satu pesaing terkuat Indonesia yang mengekspor komoditi ke Uni Eropa khususnya dalam bidang komoditi non
migas. Kemudian dalam jumlah total impor Broad Economic Category atau
golongan penggunaan barang dari Uni Eropa ke Indonesia seperti yang terlihat pada Gambar 4.2, kita dapat melihat tiga faktor yang selama ini menjadi komoditi
impor Indonesia. Dari tiga faktor tersebut, impor komoditi barang konsumsi
1
http:www.majalahtopik.co.idreadnews.php?id=203
49
jumlahnya paling kecil diantara komoditi impor bahan baku penolong dan barang modal. Selain itu nilai impor barang konsumsi dari Uni Eropa ke Indonesia relatif
stabil pada 2005 hingga 2010.
Sumber : COMTRADE, diolah
Gambar 4.2. Total Impor Broad Economic Category Uni Eropa ke Indonesia
Rendahnya penyerapan komoditi impor barang konsumsi dari Uni Eropa ke Indonesia pada 2005 hingga 2010 dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain: Indonesia sudah bisa memproduksi barang konsumsi yang didistribusikan ke seluruh wilayah, dan harga barang konsumsi produksi dalam
negeri cenderung lebih murah daripada barang impor. Yang termasuk dalam golongan barang konsumsi antara lain: makanan dan minuman belum diolah
untuk rumah tangga, makanan dan minuman olahan untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, mobil penumpang, alat angkutan bukan
untuk industri, barang konsumsi tahan lama, barang konsumsi setengah tahan lama, barang konsumsi tidak tahan lama, dan barang yang tidak diklasifikasikan
Impor untuk golongan bahan baku penolong dari Uni Eropa ke Indonesia pada 2008 dan 2010 mencapai tingkat tertinggi yaitu sekitar 6 trilyun US . Hal ini
disebabkan pada dua tahun tersebut Uni Eropa sedang mengalami resesi perekonomian. Yang termasuk dalam golongan bahan baku penolong antara
lain: makanan dan minuman belum diolah untuk industri, makanan dan
50
minuman olahan untuk industri, bahan baku belum diolah untuk industri, bahan baku olahan untuk industri, bahan bakar dan pelumas belum diolah,
bahan bakar motor, bahan bakar dan pelumas olahan, suku cadang dan perlengkapan barang modal, dan suku cadang dan perlengkapan alat angkutan.
Sedangkan untuk golongan barang modal, dapat kita lihat pada Gambar 4.3 yaitu pada 2008 nilai impornya mencapai 4 trilyun US. Hal ini terjadi karena
pada 2008, Indonesia sedang memproduksi banyak komoditi yang membutuhkan barang modal dari Uni Eropa. Benda yang termasuk golongan barang modal,
antara lain: barang modal kecuali alat angkutan, mobil penumpang, dan alat angkutan untuk industri.
Hubungan bilateral yang dibentuk Indonesia dengan Uni Eropa sudah berlangsung lama. Terdapat sebuah hubungan saling menguntungkan antara
negara-negara yang terlibat baik dari segi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hubungan tersebut terealisasi dalam bentuk perdagangan konkret ekspor dan
impor antar negara. Pada neraca ekspor dan impor yang tergambar di Gambar 4.4, terlihat jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia ke Uni Eropa jumlahnya jauh
lebih besar daripada jumlah impor. Nilai neraca terbesar terdapat pada tahun 2010, yaitu mendekati angka 8 trilyun US. Nilai ekspor pada tahun tersebut
adalah nilai yang paling tinggi bahkan menembus angka 16 trilyun US. Hal ini dikarenakan ekonomi Eropa sudah mulai pulih setelah diterpa badai resesi pada
2008 dan 2009.
Sumber : COMTRADE, diolah
Gambar 4.3. Neraca Perdagangan Indonesia-Uni Eropa
Pada neraca ekspor dan impor yang tergambar di Gambar 4.4, terlihat jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia ke Uni Eropa jauh lebih besar daripada
51
impor. Nilai neraca terbesar terdapat pada tahun 2010, yaitu mendekati angka 18 trilyun US. Hal ini dikarenakan ekonomi Eropa sudah mulai pulih setelah diterpa
badai resesi pada 2008 dan 2009. Indonesia mayoritas mengekspor komoditi minyak dan gas ke Uni Eropa. Neraca terlihat fluktuatif karena adanya banyak
faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Salah satunya karena pendapatan Indonesia saat ini tidak dapat berharap dari ekspor migas, karena nyatanya
komoditi tak terbarukan ini tak mampu lagi menjadi komoditi andalan ekspor Indonesia termasuk untuk diekspor ke wilayah Uni Eropa.
Ekspor Indonesia ke Uni Eropa nilainya lebih besar daripada impor Indonesia dari Uni Eropa. Impor Indonesia dari Uni Eropa berada pada nilai
tertinggi di tahun 2008, yaitu sebesar 11 trilyun US. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut Indonesia memerlukan komoditi yang didapat dari Uni Eropa.
Perhitungan neraca diperoleh dari hasil pengurangan nilai ekspor dan nilai impor.
Sumber : COMTRADE, diolah
Gambar 4.4. Neraca Minyak dan Gas Indonesia-Uni Eropa
Pada Gambar 4.5. terlihat bahwa Indonesia mayoritas mengekspor komoditi minyak dan gas ke Uni Eropa. Hal ini dapat terlihat pada Gambar
ekspor migas tahun 2006 hingga 2010. Jumlah nilai neraca dari tahun ke tahun pada periode 2006 hingga 2010 tidak simultan. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi nilai tersebut. Faktor besarnya ekspor migas dan rendahnya impor membuat nilai neraca minus yaitu pada tahun 2006, 2007 dan 2010. Pada
52
2006 dan 2007 nilai ekspor minyak dan gas sangat rendah karena Indonesia belum memaksimalkan potensi yang ada.
Kemudian pada neraca komoditi non minyak dan gas pada Gambar 4.5, dapat terlihat Indosia mendominasi tingkat ekspor ke Uni Eropa. Barang-barang
non migas Indonesia memiliki pasar loyal di Uni Eropa.
Sumber : COMTRADE, diolah
Gambar 4.5. Ekspor Indonesia ke Uni Eropa
Mulai tahun 2006, secara perlahan nilai ekspor Indonesia terus mengalami kenaikan, yaitu dari nilai 11 trilyun US ke 17 trilyun US. Meski
demikian, jumlah impor komoditi non migas Uni Eropa ke Indonesia nilainya juga semakin meningkat meski jumlahnya tidak sama dengan nilai ekspor Indonesia
ke Uni Eropa. Neraca ini menggambarkan hubungan Indonesia dan Uni Eropa sangatlah erat dalam hal ekspor dan impor komoditi non migas. Kedua belah
pihak berusaha untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya dengan cara mengimpor barang dari Negara lain. Komoditas yang termasuk dalam komoditi
non migas adalah hasil dari bidang pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan tangan dan bahan mentah lainnya.
Baik Indonesia dan Negara-negara di Uni Eropa saling membutuhkan satu sama lain untuk mendapatkan sejumlah komoditi migas dan non migas.
Kerjasama antara negara-negara ini sudah terjalin sejak lama dan saling menguntungkan. Berbagai aturan kerjasam telah dibahas demi tercapainya
sebuah kesepakatan komersial antara Indonesia dan Uni Eropa. Indonesia