Analysis of Special Safeguard Mechanism for the Indonesia‟s Main Foodstuff Commodities under the Auspice of World Trade Organization

(1)

ANALISIS

SPECIAL SAFEGUARD MECHANISM

KOMODITAS PANGAN UTAMA INDONESIA

DALAM RANGKA PERJANJIAN

WORLD TRADE ORGANIZATION

ADI SETIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:

ANALISIS

SPECIAL SAFEGUARD MECHANISM

KOMODITAS PANGAN UTAMA INDONESIA

DALAM RANGKA PERJANJIAN

WORLD TRADE ORGANIZATION

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2010

ADI SETIYANTO NRP. H 353 070 171


(3)

ABSTRACT

ADI SETIYANTO. Analysis of Special Safeguard Mechanism for the Indonesia‟s Main Foodstuff Commodities under the Auspice of World Trade Organization Agreement (DEDI BUDIMAN HAKIM as Chairman and NOER AZAM ACHSANI as Member of the Advisory Committee)

Based on July Framework 2004 as a mandate of the sixth World Trade Organization (WTO) Ministerial Conference, Special Safeguard Mechanism (SSM) is a temporary protection mechanism for the developing countries due to import surges as a negative impact of WTO agreement implementation. This research was aimed to formulate SSM scheme of rice, corn, and soybean as

Indonesia‟s main foodstuff commodities and used monthly time series data from

September 1994 to October 2009. This research used Structural Vector Auto Regression (SVAR) model, International Price Pass-Through Effect (IPPTE) analysis, and Hodrick-Prescott Filter (HPF) analysis. This research found that import surges frequency of rice was more than the others, and Indonesia is eligible country to apply the SSM for rice, corn and soybean. The remedial tariff based on the price trigger will be better and must be higher than the amount of the

producer‟s price decline, with the duration time of SSM implementation is about four years. The SSM scheme for the next negotiation schedule needs to be redesign including the policy of foreign trade, domestic market and production development.

Key words: WTO, SSM, Rice, Corn, Soybean, SVAR Model, IPPTE Analysis, HPF Analysis


(4)

RINGKASAN

ADI SETIYANTO. Analisis Special Safeguard Mechanism Komoditas Pangan Utama Indonesia dalam Rangka Perjanjian World Trade Organization (DEDI BUDIMAN HAKIM sebagai Ketua dan NOER AZAM ACHSANI sebagai Anggota Komisi Pembimbing)

Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO VI di Hong Kong pada tanggal 13-18 Desember 2005, diperoleh satu hasil penting yaitu July Framework 2004 (Kerangka Kerja Juli 2004). Salah satu mandat penting berdasarkan July Framework 2004 adalah penyelesaian tuntas perundingan mengenai Special Safeguard Mechanism (SSM) yang hingga kini belum selesai, karena belum ada kesepakatan antara negara-negara berkembang yang bergabung dalam kelompok Government 33 (G-33) dengan kelompok negara-negara maju mengenai rumusan SSM dan metodologi pembuktiannya. Pembuktian ini digunakan untuk menunjukkan bahwa telah terjadi banjir impor (import surge) pada komoditas pertanian tertentu yang melanda salah satu atau beberapa negara anggota WTO. Beras, jagung dan kedele merupakan komoditas pangan utama Indonesia yang tidak hanya memiliki kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, luas areal pengusahaan dan pemenuhan konsumsi, namun juga memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap impor. Oleh karena itu, beras, jagung dan kedele merupakan komoditas pangan utama yang perlu memperoleh perlakuan khusus agar terhindar dari dampak negatif banjir impor. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan SSM dalam rangka melindungi komoditas pangan utama Indonesia khususnya beras, jagung dan kedele dari dampak negatif liberalisasi perdagangan khususnya banjir impor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan merupakan data deret waktu atau time series bulanan untuk periode September 1994 - Oktober 2009 yang terdiri dari data produksi, konsumsi, impor, harga konsumen, harga perdagangan besar, harga impor, harga harga dunia, harga tingkat petani, nilai tukar terhadap mata uang asing dan tarif impor. Data bersumber dari instansi baik dalam mupun luar negeri yang relevan dengan penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah model Structural Vector Auto Regression (SVAR), menghitung efek pengaruh perubahan harga internasional terhadap harga domestik dengan analisis International Price Pass-Through Effect (IPPTE) dan menghitung frekuensi banjir impor, harga dan volume impor pemicu (imported price and volume trigger) banjir impor dengan analisis Hodrick-Presscot Filter (HPF). Struktur dasar model analisis dimulai dengan guncangan yang menyebabkan terjadinya banjir impor yang diidentifikasi melalui penurunan harga dunia, dengan adanya gejolak itu, maka akan terjadi penurunan harga impor, peningkatan volume impor dan penurunan harga konsumen serta penurunan harga konsumen akan mempengaruhi konsumsi dan produksi dan selanjutnya akan menekan tingkat harga produsen.

Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 terbukti telah terjadi banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia, dengan tingkat intensitas dan tekanan yang berbeda-beda. Komoditas beras dan jagung memiliki tekanan dan intensitas banjir impor yang lebih tinggi jika dibandingkan


(5)

kedele. Dalam periode tersebut, Indonesia dilanda banjir impor dalam frekuensi yang banyak, dan jatuhnya harga beras baik secara nominal maupun riil lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan jagung dan kedele. Rumusan SSM sebagai tujuan dan kesimpulan akhir dari penelitian ini mengandung delapan aspek penting. Pertama dari segi country eligibility Indonesia merupakan salah satu Negara yang layak untuk memperoleh fasilitas SSM dan sesuai dengan usulan kelompok G-33 yang menyepakati bahwa semua negara berkembang layak untuk mendapat SSM (country eligibility) dan semua produk layak untuk mendapat SSM (product eligibility). Kedua, dari segi product eligibility seluruh produk turunan dari komoditas beras, jagung, dan kedele layak untuk memperoleh fasiltas SSM, dengan tidak memperdulikan apakah memiliki tingkat bound tariff tinggi atau rendah. Ketiga, besaran volume trigger apabila didasarkan atas pengaruh perubahan harga dunia adalah untuk komoditas beras 5 persen, untuk komoditas jagung 10 persen, dan untuk kedele 9 persen di atas rata-rata trendnya.

Keempat, besaran price trigger atas dasar harga impor nominal adalah 12 persen untuk beras, 14 persen untuk jagung, dan 14 persen untuk kedele di bawah rata-rata trendnya. Sedangkan dari segi harga impor riil (2007 = 100), besaran price trigger adalah 10 persen untuk beras, 11 persen untuk jagung, dan 10 persen untuk kedele di bawah rata-rata trendnya. Kelima, berdasarkan volume trigger, SSM diperlakukan apabila terjadi peningkatan impor akibat penurunan dunia dan harga impor maksimum 5 persen untuk komoditas beras, 10 persen untuk jagung, dan 9 persen untuk kedele di atas rata-rata trendnya. Keenam, dalam penerapan SSM Indonesia seharusnya berhak menggunakan salah satu dari dasar penentuan baik harga dunia ataupun harga impor dan juga menggunakan satu pilihan trigger baik volume ataupun price. Dalam hal ini indicator price trigger dinilai relatif lebih tepat, karena lebih cepat diketahui dan direspon. Ketujuh, tindakan yang perlu dilakukan apabila terjadi banjir impor dengan memberlakukan tambahan tarif atau remedial tariff adalah: (1) apabila terjadi penurunan harga produsen yang diakibatkan oleh penurunan harga dunia sebesar satu persen, maka tambahan tarif yang diperlukan adalah 11.16 persen untuk beras, 2.93 persen untuk jagung, dan 2.81 persen untuk kedele; (2) apabila penurunan harga produsen yang diakibatkan oleh harga impor sebesar satu persen, besaran tambahan tarif yang diperlukan adalah 10.68 persen untuk beras, 11.60 persen untuk jagung, dan 2.81 persen untuk kedele; dan (3) apabila terjadi penurunan harga produsen diakibatkan oleh lonjakan volume impor sebesar satu persen, maka besaran tambahan tarif yang diperlukan adalah 14.48 persen untuk beras, 6.01 persen untuk jagung, dan 2.70 persen untuk kedele. Kedelapan, durasi pemberlakuan SSM dengan menggunakan tambahan tarif adalah hingga terjadi titik keseimbangan dimana guncangan harga dunia maupun harga impor tidak lagi berpengaruh adalah empat tahun dan dapat diperlakukan secara umum. Jangka waktu pemberlakuan selama empat tahun terdapat tambahan antisipasi waktu akibat perbedaan panjang siklus jatuhnya harga dunia terhadap kondisi spesifik lokasi Indonesia selama satu tahun atau dua belas bulan.

Hasil dari penelitian ini memiliki beberapa implikasi kebijakan. Pertama, tim tarif dan Delegasi Republik Indonesia (DELRI) untuk WTO dapat melakukan usulan perubahan dan penyempurnaan formula SSM pada agenda perundingan berikutnya, khususnya untuk komoditas beras, jagung dan kedele sebagai bagian dari komoditas pangan utama. Kedua, dalam kaitannya dengan faktor-faktor


(6)

yang mempengaruhi banjir impor, menunjukkan kondisi pasar tidak bersaing dan intervensi pemerintah sangat kuat dan memiliki kecenderungan untuk ikut mempengaruhi harga produsen, sehingga pemerintah perlu mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan yang terkait dengan pengembangan komoditas beras, jagung dan kedele, terutama dari segi harga, subsidi, kelembagaan dan infrastruktur. Ketiga, pemerintah perlu semakin meningkatkan kualitas, kapasitas dan kuantitas infrastruktur pertanian dan pedesaan, untuk menekan dampak negatif banjir impor. Keempat, mengingat perundingan dalam forum WTO membutuhkan waktu sangat panjang, sementara perlindungan bagi produksi dan produsen tidak dapat ditunda, maka kebijakan pengaturan impor melalui penunjukkan pelabuhan impor tertentu yang merupakan daerah defisit pangan, pengaturan waktu impor agar tidak bersamaan dengan waktu panen dan melokalisir dampak negatif banjir impor dengan pembatasan-pembatasan tertentu lainnya yang tidak melanggar aturan WTO perlu dilakukan. Kelima, salah satu persyaratan dalam penerapan SSM adalah data harus bisa dirunut dan terbuka untuk diakses. Mengingat data base deret waktu bulanan relatif tidak tersedia, maka disarankan pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian bersama instansi terkait terutama Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik melakukan koordinasi penyusunan data base yang bersifat bulanan secara lebih komprehensif. Adapun penelitian lanjutan yang disarankan berdasarkan hasil dari penelitian ini adalah pertama, penelitian untuk menentukan besaran volume trigger, price trigger, tarif optimal dan kisaran remedial tarifnya untuk komoditas beras, jagung dan kedele. Kedua, penelitian untuk produk-produk turunan dari beras, jagung, dan kedele baik yang langsung ataupun tidak langsung berdasarkan negara asal impor masing-masing komoditas.

Ketiga, penelitian mengenai kebijakan pengaturan impor melalui penunjukkan pelabuhan, pengaturan waktu dan besaran volume impor yang tepat dalam melokalisir dampak negatif banjir impor, sementara SSM belum disepakati dalam perundingan WTO.

Kata Kunci : WTO, SSM, Beras, Jagung, Kedele, Model SVAR, Analisis IPPTE, Analisis HPF


(7)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(8)

ANALISIS

SPECIAL SAFEGUARD MECHANISM

KOMODITAS PANGAN UTAMA INDONESIA

DALAM RANGKA PERJANJIAN

WORLD TRADE ORGANIZATION

ADI SETIYANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(9)

Penguji Luar Komisi:

Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS

(Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)

Penguji Wakil Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang: Dr. Ir. Heny Kuswanti Daryanto, M.Ec

(Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)


(10)

Judul Tesis : Analisis Special Safeguard Mechanism Komoditas Pangan Utama Indonesia Dalam Rangka Perjanjian World Trade Organization

Nama Mahasiswa : Adi Setiyanto

Nomor Pokok : H 353070171

Mayor : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Koordinator Mayor 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(11)

PRAKATA

Segenap puji syukur dan doa penulis panjatkan kepada ALLAH SWT karena hanya atas berkat rahmat, karunia dan ridho ALLAH SWT semata, penulis

dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Special Safeguard Mechamism Komoditas Pangan Utama Indonesia Dalam Rangka Perjanjian World Trade Organization”. Penelitian ini dimaksudkan untuk merumuskan sebuah mekanisme perlindungan bagi bangsa dan negara Indonesia secara umum dan produsen komoditas pangan utama Indonesia yaitu beras, jagung dan kedele secara khusus dari dampak negatif liberalisasi perdagangan terutama banjir impor. Sebuah perlindungan khusus sangat dibutuhkan karena segera setelah perjanjian WTO mulai diimplementasikan, harga-harga komoditas pertanian pada pasar dunia menunjukkan kecenderungan yang menurun dengan tajam dan disertai dengan meningkatnya volume impor pangan secara mendadak atau banjir impor di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Para petani dan produsen di negara-negara maju memiliki kemampuan bertahan menghadapi penurunan harga dalam jangka waktu yang panjang karena mereka memperoleh subsidi dan proteksi yang amat besar. Sementara itu, petani di negara-negara sedang berkembang pada umumnya (termasuk Indonesia) tidak memperoleh subsidi dan memiliki proteksi sangat kecil. Kondisi yang demikianlah yang dinyatakan bahwa liberalisasi perdagangan menyebabkan dampak negatif dan sumber injury bagi negara-negara berkembang yang umumnya adalah negara net importir dari produk-produk atau komoditas pangan yang dihasilkan oleh negara maju. Tanpa memiliki mekanisme perlindungan yang efektif, negara-negara berkembang sebagai negara-negara yang memiliki tingkat ketergantungan impor tinggi terhadap impor dan net importir khususnya produk pertanian dan pangan, produksi domestiknya tidak hanya akan mengalami kehancuran, tetapi juga mengalami penurunan pendapatan dan kesejahteraan petani dan produsen pangan, serta mengalami peningkatan jumlah pengangguran.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus hati, penghargan dan penghormatan setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec dan Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, yang telah dengan integritas yang tinggi dan penuh kesabaran sudi membimbing, mengarahkan dan memberikan saran perbaikan serta masukan dalam proses penelitian dan pelaksanaan penulisan hingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Kepala dan Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian beserta seluruh pegawai dan stafnya yang telah memberikan dukungan dan kesempatan bagi penulis mendapatkan beasiswa untuk mengikuti Program Magister Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB.

2. Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian beserta seluruh staf peneliti dan pegawai Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan yang telah kepercayaan, dukungan dan kesempatan bagi penulis mendapatkan untuk mengikuti Program Magister di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana, IPB.

3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA. selaku Koordinator Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan proses pembelajaran selama penulis kuliah.


(12)

4. Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku Penguji Luar Komisi dan Dr. Ir. Heny Kuswanti Daryanto, M.Ec selaku Penguji yang mewakili Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang pada Ujian Tesis, yang telah banyak memberikan masukan bagi perbaikan tesis ini

5. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS, Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, MS, Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS, Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec, Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, dan Dr. Ir. Budiman Hutabarat, MS yang telah memberikan rekomendasi dan senantiasa memberikan motivasi, arahan dan nasehat yang sangat berharga. 6. Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec, Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS, Ir. Triana

Angraenie, M.Sc dan Ade Holis, SE beserta seluruh staf dan karyawan International Centre for Applied Finance and Economics (InterCAFE) IPB atas segala dukungan dan bantuan baik moral dan material sehingga studi dan penelitian tesis dapat penulis selesaikan dengan baik.

7. Ir. Saktyanu Kristantyoadi Dermoredjo, MSi, Ir. Tardi Toyib, MM, Muhamad Syuhud, B.Sc, Tonny Sulistyo Wahyudi, B.Sc dan Eddy Supriyadi Yusuf, SE atas segala bantuannya.

8. Muhammad Suryadi, Narta, Ambar Kurniawan, Feryanto Karo Karo, Zulkifli Mantau, Asri Dwi Andari, Desi Apriani, Wiwik Hidayati, Dian Hafizah, Wanti Fitriati, Roni Afrizal dan seluruh rekan lain dari Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian Angkatan 2007 atas segala kebersamaan dan kerjasamanya selama mengikuti kuliah.

9. Seluruh staf dan karyawan Sekretariat Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian yang senantiasa dan sabar membantu penulis selama perkuliahan sampai akhir penulis menyelesaikan studi.

10. Pihak-pihak lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu namun telah banyak memberikan bantuan, dukungan, sumbang saran dan informasi selama penulisan tesis ini.

Secara khusus dengan penuh rasa hormat dan cinta, penulis mengucapkan terima kasih atas segala doa dan dukungan dari Ayahanda Kasdi, Ibunda Puryanti, Istri tercinta Yuli Sulistyowati, Kanda Agus Sulistiyanto, Kanda Didik Budi Wahyono dan Kanda Agus Heru Susanto. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat dalam khasanah pengembangan pendidikan, pembangunan sektor pertanian dan pangan utama khususnya beras, jagung dan kedele di Indonesia. Semoga ALLAH SWT memberikan keikhlasan hati dan keridhoan kepada penulis dan menerima karya kecil ini sebagai amal ibadah dan tanda syukur setulus hati. Amiin.

Bogor, April 2010


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Ngleses, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 13 September 1969 dari Ibu Puryanti dan Ayah Kasdi. Penulis merupakan putra bungsu dari lima bersaudara kandung. Setelah menamatkan SMA I Purwodadi Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Program Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada tahun 1988. Pada tahun berikutnya, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB dan lulus pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang master pada Program Magister Sains di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB pada tahun 2007 dengan dana beasiswa anggaran DIPA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Republik Indonesia.

Pada tahun 1994 hingga 1998, penulis bekerja sebagai staf Bidang Investasi pada Pusat Pengembangan Investasi dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Badan Agribisnis, Departemen Pertanian yang berkedudukan di Jakarta. Selama bekerja pada lembaga tersebut, penulis merupakan salah satu anggota Tim Task Force Badan Agribisnis. Sebuah tim yang diberi tugas untuk menyusun dan merumuskan perencanaan dan program pembangunan agribisnis di lingkup Departemen Pertanian khususnya dan Indonesia umumnya.

Sejak tahun 1999 hingga saat ini penulis bekerja sebagai peneliti pada Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Republik Indonesia yang berkedudukan di Bogor. Pada lembaga ini, penulis sebagai anggota kelompok peneliti dan memiliki konsentrasi penelitian dan pengembangan pada bidang Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional. Penulis adalah salah satu peneliti yang diberi tugas oleh Menteri Pertanian sebagai anggota Tim Penanganan untuk Perundingan Perdagangan Internasional Bidang Pertanian (TP3I TAN), Departemen Pertanian, Republik Indonesia.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ... xx

DAFTAR GAMBAR ... ... xxvi

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xxx

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 16

1.4. Hasil yang Diharapkan ... 16

1.5. Manfaat Penelitian ... 17

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 17

1.7. Keterbatasan Penelitian ... 18

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 21

2.1. Perlindungan Terhadap Dampak Negatif Liberalisasi Perdagangan ... 21

2.1.1. Special Safeguard ... 21

2.1.2. Special Safeguard Mechanism ... 24

2.2. Analisis yang Digunakan Untuk Membuktikan Terjadinya Banjir Impor ... 29

2.2.1. Moving Average ... 30

2.2.2. Vector Auto Regression ... 32

2.3. Analisis Pass-Through Effect ... 37

2.4. Review Hasil Penelitian Sebelumnya ... 40

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 48

3.1. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Banjir Impor ... 48

3.2. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 52

3.3. Kerangka Pemikiran Analisis ... 57


(15)

3.5. Hipotesis Penelitian ... 65

IV. METODE PENELITIAN ... 67

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 67

4.2. Cakupan Komoditas ... 67

4.3. Data dan Sumber Data ... 67

4.4. Metode Analisis ... 68

4.4.1. Analisis Structured Vector Autoregression ... 68

4.4.1.1. Uji Stasioneritas Data Augmented Dickey Fuller Test ... 69

4.4.1.2. Penentuan Lag Optimal ... 72

4.4.1.3. Uji Kointergensi ... 72

4.4.2. Restriksi Sementara ... 73

4.4.3. Model Restriksi ... 74

4.4.4. Innovation Accounting ... 75

4.4.4.1. Impuls Respons Function ... 75

4.4.4.2. Decomposition of Forecasting Error Variance . 76 4.4.5. Derajat Pass-Through ... 76

4.4.5.1. Pass-Through Effect Harga Dunia ... 76

4.4.5.2. Pass-Through Effect Harga Impor ... 78

4.4.5.3. Pass-Through Effect Volume Impor ... 81

4.4.5.4. Pass-Through Effect Tarif Impor ... 83

4.4.6. Analisis Banjir Impor dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 85

4.4.7. Analisis Frekuensi Banjir Impor ... 87

4.4.8. Perumusan Special Safeguard Mechanism ... 90

4.5. Definisi dan Pengukuran Variabel ... 91

V. GAMBARAN UMUM SITUASI DAN KONDISI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS, JAGUNG, DAN KEDELE DUNIA DAN INDONESIA TAHUN 1994 - 2009 ... 96

5.1. Perkembangan Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele ... 96

5.2. Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Mata Uang Dollar Amerika Serikat ... 109


(16)

5.3. Perkembangan Tarif Impor dan Nilai Marjin Perdagangan Dunia dan Importir Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia ... 113

5.4. Perkembangan Harga Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia ... 116

5.5. Perkembangan Volume Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia ... 124

5.6. Perkembangan Nilai Marjin Perdagangan Importir dan Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia ... 130

5.7. Perkembangan Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia ... 133

5.8. Perkembangan Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia ... 137

5.9. Perkembangan Nilai Marjin Perdagangan Produsen dan Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia ... 142

5.10. Perkembangan Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia ... 146

5.11. Perkembangan Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia ... 156

5.12. Pentingnya Perlindungan Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia dari Dampak Negatif Liberalisasi ... 173

VI. ANALISIS BANJIR IMPOR KOMODITAS BERAS, JAGUNG, DAN KEDELE INDONESIA, SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ... 186

6.1. Hasil Analisis Proses Penyiapan Data ... 186

6.1.1. Uji Stasioneritas Data ... 186

6.1.2. Penentuan Selang Optimal ... 186

6.1.3. Pengujian Stabilitas Vector Auto Regression ... 188

6.1.4. Pengujian Kointegrasi ... 189

6.2. Analisis Banjir Impor ... 190

6.2.1. Uji BivariateGranger Casuality ... 190

6.2.2. Uji Multivariate Granger Casuality/ Block Exogeneity Wald Tests ... 192

6.3. Analisis Impulse Response Function ... 196

6.3.1. Respon Harga Dunia Terhadap Guncangan Harga Dunia ... 196


(17)

6.3.2. Respon Harga Impor Terhadap Guncangan

Harga Dunia ... 199 6.3.3. Respon Volume Impor Terhadap Guncangan

Harga Dunia ... 201 6.3.4. Respon Harga Konsumen Terhadap Guncangan

Harga Dunia ... 204 6.3.5. Respon Volume Konsumsi Terhadap Guncangan

Harga Dunia ... 206 6.3.6. Respon Harga Produsen Terhadap Guncangan

Harga Dunia ... 209 6.3.7. Respon Volume Produksi Terhadap Guncangan

Harga Dunia ... 211 6.3.8. Respon Tarif Impor Terhadap Guncangan

Tarif Impor ... 213 6.3.9. Respon Harga Impor Terhadap Guncangan

Tarif Impor ... 216 6.3.10. Respon Volume Impor Terhadap Guncangan

Tarif Impor ... 218 6.3.11. Respon Harga Konsumen Terhadap Guncangan

Tarif Impor ... 220 6.3.12. Respon Volume Konsumsi Terhadap Guncangan

Tarif Impor ... 222 6.3.13. Respon Harga Produsen Terhadap Guncangan

Tarif Impor ... 225 6.3.14. Respon Volume Produksi Terhadap Guncangan

Tarif Impor ... 227 6.3.15. Respon Harga Impor Terhadap Guncangan

Harga Impor ... 230 6.3.16. Respon Volume Impor Terhadap Guncangan

Harga Impor ... 232 6.3.17. Respon Harga Konsumen Terhadap Guncangan

Harga Impor ... 234 6.3.18. Respon Volume Konsumsi Terhadap Guncangan

Harga Impor ... 236 6.3.19. Respon Harga Produsen Terhadap Guncangan

Harga Impor ... 238 6.3.20. Respon Volume Produksi Terhadap Guncangan


(18)

6.3.21. Respon Volume Impor Terhadap Guncangan

Volume Impor ... 244 6.3.22. Respon Harga Impor Terhadap Guncangan

Volume Impor ... 246 6.3.23. Respon Harga Konsumen Terhadap Guncangan

Volume Impor ... 249 6.3.24. Respon Volume Konsumsi Terhadap Guncangan

Volume Impor ... 251 6.3.25. Respon Harga Produsen Terhadap Guncangan

Volume Impor ... 254 6.3.26. Respon Volume Produksi Terhadap Guncangan

Volume Impor ... 256 6.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Banjir Impor ... 258 6.4.1. Analisis Simulasi Dekomposisi Varian Harga Impor ... 259 6.4.2. Analisis Simulasi Dekomposisi Varian Volume Impor .. 262 6.4.3. Analisis Simulasi Dekomposisi Varian

Harga Konsumen ... 264 6.4.4. Analisis Simulasi Dekomposisi Varian

Volume Konsumsi ... 268 6.4.5. Analisis Simulasi Dekomposisi Varian

Harga Produsen ... 271 6.4.6. Analisis Simulasi Dekomposisi Varian

Volume Produksi ... 274 6.5. Analisis Efek Perubahan atau Pass-Through Effect ... 277

6.5.1. Analisis Pass-Through Effect Terhadap

Harga Konsumen ... 277 6.5.2. Analisis Pass-Through Effect Terhadap

Volume Konsumsi ... 278 6.5.3. Analisis Pass-Through Effect Terhadap

Harga Produsen ... 280 6.5.4. Analisis Pass-Through Effect Terhadap

Volume Produksi ... 281

VII. ANALISIS FREKUENSI BANJIR IMPOR, PEMICU HARGA

DAN VOLUME IMPOR, DAN RUMUSAN KERANGKA

SPECIAL SAFEGUARD MECHANISM BAGI KOMODITAS

BERAS, JAGUNG, DAN KEDELE INDONESIA ... 284 7.1. Analisis Frekuensi Banjir Impor dan


(19)

7.2. Rumusan Kerangka Special Safeguards Mechanism ... 287

7.2.1. Country Eligibility ... 287

7.2.2. Product Eligibilty ... 288

7.2.3. Volume and Price Trigger ... 289

7.2.4. Remedial Tariff ... 290

7.2.5. Durasi Waktu Pemberlakuan Special Safeguards Mechanism ... 292

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 295

8.1. Kesimpulan ... 295

8.2. Implikasi Kebijakan ... 300

8.3. Saran Penelitian Lanjutan ... 303

DAFTAR PUSTAKA... ... 305


(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Waktu Pelaksanaan dan Hasil Perundingan Agreement on Agriculture pada Forum World Trade Organization,

Periode Januari 2000 - Desember 2005 ... 2 2. Kejadian Banjir Impor Berdasarkan Jenis Komoditas di Beberapa

Negara Wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Latin, Tahun 1984-2000 7 3. Rata-Rata Kontribusi Komoditas Pangan Utama Sektor

Pertanian Terhadap Perekonomian Indonesia, Tahun 2005 – 2009 .. 9 4. Tambahan Tarif Menurut Kelompok Gejolak Impor Berdasarkan

Proposal G-33, Tahun 2006 ... 29 5. Perubahan Tingkat Kesejahteraan sebagai Dampak Terjadinya

Banjir Impor pada Negara Importir Akibat Berlakunya GATT 1994. . 56 6. Variabel dan Sumber Data Penelitian ... 68 7. Rata-rata Persentase Komponen Impor Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia, Tahun 1994 - 2009 ... 92 8. Rata-rata Persentase Konsumsi Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia Menurut Jenisnya, Tahun 1994 - 2009 ... 94 9. Perkembangan Rata-rata Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Dunia, dalam Nilai Mata Uang US $,

Tahun 1994 – 2009 ... 97 10. Perkembangan Volume Produksi, Ekspor dan Impor Komoditas

Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Tahun 1994 – 2008 ... 99 11. Perkembangan Perubahan Volume Produksi, Ekspor dan Impor

Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Tahun 1994 – 2008 ... 100 12. Perkembangan Rata-rata Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Dunia, dalam Nilai Mata Uang Rupiah,

Tahun 1994 – 2009 ... 107 13. Perkembangan Rata-rata Nilai Marjin Perdagangan Harga Importir Indonesia dan Harga Dunia, dan Tarif Impor Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Indonesia, Tahun 1994 – 2009 ... 114 14. Perkembangan Rata-rata Harga Impor Bulanan Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Indonesia, dalam Nilai Mata US $,

Tahun 1994 – 2009 ... 117 15. Perkembangan Rata-rata Harga Impor Bulanan Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Indonesia, dalam Nilai Mata Uang Rupiah,

Tahun 1994 – 2009 ... 121 16. Perkembangan Volume Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele


(21)

17. Perkembangan Rata-rata Volume Bulanan Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Tahun 2004 – 2009 ... 126 18. Perkembangan Rata-rata Nilai Marjin Perdagangan Importir dan

Konsumen Bulanan Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia, Tahun 1994 – 2009 ... 130 19. Perkembangan Rata-rata Harga Konsumen Bulanan Komoditas

Beras,Jagung, dan Kedele Indonesia, Tahun 1994 – 2009 ... 134 20. Perkembangan Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia, Tahun 2004 – 2009 ... 138 21. Perkembangan Rata-rata Volume Konsumsi Bulanan Komoditas

Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Tahun 2004 – 2009 ... 139 22. Perkembangan Rata-rata Nilai Marjin Perdagangan Konsumen dan

Produsen Bulanan Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia, Tahun 1994 – 2009 ... 143 23. Perkembangan Rata-rata Harga Produsen Bulanan Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Tahun 1994 – 2009 ... 147 24. Perkembangan Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia, Tahun 1994 – 2009 ... 157 25. Perkembangan Rata-rata Volume Produksi Bulanan Komoditas

Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Tahun 1994 – 2009 ... 158 26. Perkembangan Luas Panen dan Produktivitas Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Indonesia, Tahun 1994 – 2009 ... 160 27. Perkembangan Luas Areal Tanaman yang Terkena dan Puso

Akibat Banjir dan Kekeringan serta Besarnya Kehilangan

Volume Produksi Komoditas Beras Indonesia, Tahun 1994 – 2009 .. 163 28. Perkembangan Luas Areal Tanaman yang Terkena dan Puso

Akibat Banjir dan Kekeringan serta Besarnya Kehilangan Volume Produksi Komoditas Jagung Indonesia,

Tahun 1994 – 2009 ... 164 29. Perkembangan Luas Areal Tanaman yang Terkena dan Puso

Akibat Banjir dan Kekeringan serta Besarnya Kehilangan Volume Produksi Komoditas Kedele Indonesia,

Tahun 1994 – 2009 ... 165 30. Perkembangan Pangsa Volume Impor Indonesia Terhadap

Volume Impor Dunia, dan Pangsa Volume Impor Indonesia

Terhadap Volume Konsumsi Indonesia, Tahun 1994 – 2008 ... 174 31. Besarnya Nilai Producer Support Estimate Komoditas Beras,

Jagung, dan Biji Berlemak atau Oils Seeds di Negara-negara OECD dan Beberapa Negara Terpilih Lainnya, Tahun 1986 - 2004 ... 178 32. Perubahan Rata-rata Peranan Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Terhadap Perekonomian Indonesia, Tahun 2005 – 2009


(22)

33. Hasil Analisis Uji Stasioneritas Data Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 187 34. Hasil Analisis Penentuan Lag Optimal Data Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 188 35. Hasil Analisis Stabilitas Vector Auto Regression Data Komoditas

Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 189 36. Hasil Analisis Uji Kointegrasi Data Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 190 37. Hasil Uji Bivariate Granger Causality Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 191 38. Hasil Analisis Vector Auto RegressionGranger Causality/

Block Exogeneity Wald Tests Harga Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 193 39. Hasil Analisis Vector Auto RegressionGranger Causality/

Block Exogeneity Wald Tests Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 194 40. Hasil Analisis Vector Auto RegressionGranger Causality/

Block Exogeneity Wald Tests Harga Produsen Komoditas, Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 195 41. Hasil Analisis Respon Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Dunia Terhadap Guncangan Masing-masing Komoditas Harga Dunia Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 198 42. Hasil Analisis Respon Harga Impor Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh

Bulan ke Depan ... 200 43. Hasil Analisis Respon Volume Impor Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh

Bulan ke Depan ... 203 44. Hasil Analisis Respon Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Dunia Komditas Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Selama

Enam Puluh Bulan ke Depan ... 206 45. Hasil Analisis Respon Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Selama


(23)

46. Hasil Analisis Respon Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Selama

Enam Puluh ke Depan ... 210 47. Hasil Analisis Respon Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Dunia, Selama

Enam Puluh Bulan ke Depan ... 213 48. Hasil Analisis Respon Tarif Impor Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama

Enam Puluh Bulan ke Depan ... 215 49. Hasil Analisis Respon Harga Impor Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama

Enam Puluh Bulan ke Depan ... 217 50. Hasil Analisis Respon Volume Impor Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama

Enam Puluh Bulan ke Depan ... 220 51. Hasil Analisis Respon Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama

Enam Puluh Bulan ke Depan ... 222 52. Hasil Analisis Respon Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh

Bulan ke Depan ... 224 53. Hasil Analisis Respon Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh

Bulan ke Depan ... 227 54. Hasil Analisis Respon Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh

Bulan ke Depan ... 229 55. Hasil Analisis Respon Harga Impor Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 232 56. Hasil Analisis Respon Volume Impor Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,


(24)

57. Hasil Analisis Respon Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 236 58. Hasil Analisis Respon Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 238 59. Hasil Analisis Respon Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 240 60. Hasil Analisis Respon Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 243 61. Hasil Analisis Respon Volume Impor Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 246 62. Hasil Analisis Respon Harga Impor Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh

Bulan ke Depan ... 249 63. Hasil Analisis Respon Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 251 64. Hasil Analisis Respon Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 253 65. Hasil Analisis Respon Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulanke Depan ... 255 66. Hasil Analisis Respon Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 258 67. Hasil Analisis Dekomposisi Varian Harga ImporHarga Impor

Komoditas Beras, Jagung dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 261


(25)

68. Hasil Analisis Dekomposisi Varian Volume Impor Komditas Beras, Jagung dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 262 69. Hasil Analisis Dekomposisi Varian Harga Konsumen Komoditas

Beras, Jagung dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 266 70. Hasil Analisis Dekomposisi Varian Volume Konsumsi Komoditas

Beras, Jagung dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 270 71. Hasil Analisis Dekomposisi Varian Harga Produsen Komoditas

Beras, Jagung dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 272 72. Hasil Analisis Dekomposisi Varian Volume Produksi Komoditas

Beras, Jagung dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 276 73. Derajat Pass-Through Harga Dunia, Harga Impor Indonesia, dan

Tarif Impor Indonesia Terhadap Harga Konsumen Komoditas Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia,

Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 277 74. Derajat Pass-Through Harga Dunia, Harga Impor Indonesia, dan

Tarif Impor Indonesia Terhadap Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 279 75. Derajat Pass-Through Harga Dunia, Harga Impor Indonesia, dan

Tarif Impor Indonesia Terhadap Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 281 76. Derajat Pass-Through Harga Dunia, Harga Impor Indonesia, dan

Tarif Impor Indonesia Terhadap Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 282 77. Hasil Analisis Frekuesi Banjir Impor Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia, Berdasarkan Metode Hodrick-Prescott Filter,

Periode September 1994 -Oktober 2009 ... 286 78. Hasil Analisis Remedial Tariff Berdasarkan Pengaruh Harga Dunia, Harga Impor, Volume Impor, dan Tarif Impor Terhadap

Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung dan Kedele Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 291 79. Jangka Waktu yang Diperlukan oleh Harga Produsen dan Harga

Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia untuk Stabil Kembali Akibat Guncangan Harga Dunia, Harga Impor, Volume Impor, dan Tarif Impor Indonesia pada Masing-masing


(26)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Tarif Impor, Volume Impor, Harga Impor, Harga Konsumen, dan Harga Produsen Komoditas Beras Indonesia,

Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 10 2. Perkembangan Tarif Impor, Volume Impor, Harga Impor, Harga

Konsumen, dan Harga Produsen Komoditas Jagung Indonesia,

Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 11 3. Perkembangan Tarif Impor, Volume Impor, Harga Impor, Harga

Konsumen, dan Harga Produsen Komoditas Kedele Indonesia,

Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 12 4. Kerangka Spesial Safeguard Mechanism dalam Rangka Mengatasi

Dampak Banjir Impor Akibat Berlakunya Perjanjian Penurunan

Tarif Sesuai Kesepakatan World Trade Organization ... 55 5. Analisis Dampak Banjir Impor pada Negara Importir ... 56 6. Skema Alur Proses Analisis Transmisi dari Pasar Dunia kepada Pasar

Domestik untuk Membuktikan Terjadinya Banjir Impor dan

Perlunya Pemberlakuan Spesial Safeguard Mechanism ... 61 7. Perkembangan Rata-rata Harga Dunia Bulanan Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, dalam Nilai Mata Uang US $,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 98 8. Perkembangan Rata-rata Harga Dunia Bulanan Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, dalam Nilai Mata Uang Rupiah,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 108 9. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap US $,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 110 10. Perkembangan Rata-rata Nilai Marjin Perdagangan Harga Impor dan

Harga Dunia Bulanan Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 115 11. Perkembangan Rata-rata Harga Impor Bulanan Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Indonesia, dalam Nilai Mata Uang US $,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 118 12. Perkembangan Rata-rata Harga Impor Bulanan Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Indonesia, dalam Nilai Mata Uang Rupiah,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 122 13. Perkembangan Volume Impor Bulanan Komoditas Beras, Jagung,


(27)

14. Perkembangan Rata-rata Nilai Marjin Perdagangan Harga Impor dan Harga Konsumen Bulanan Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 131 15. Perkembangan Rata-rata Harga Konsumen Bulanan Komoditas

Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 –

Oktober 2009 ... 135 16. Perkembangan Rata-rata Volume Konsumsi Bulanan Komoditas

Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 –

Oktober 2009 ... 140 17. Perkembangan Rata-rata Nilai Marjin Perdagangan Harga Konsumen

dan Harga Produsen Bulanan Komoditas Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 144 18. Perkembangan Rata-rata Harga Produsen Bulanan Komoditas

Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 –

Oktober 2009 ... 148 19. Perkembangan Rata-rata Volume Produksi Bulanan Komoditas

Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Periode September 1994 –

Oktober 2009 ... 159 20. Respon Harga Dunia Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Komoditas Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 197 21. Respon Harga Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 199 22. Respon Volume Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 202 23. Respon Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 204 24. Respon Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 207 25. Respon Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 210 26. Respon Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Beras,

Jagung, dan Kedele Dunia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 212 27. Respon Tarif Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia

Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung,


(28)

28. Respon Harga Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 216 29. Respon Volume Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia

Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung,

dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 219 30. Respon Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan 221 31. Respon Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras,

Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan 223 32. Respon Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia Selama Enam Puluh Bulan ke Depan . 225 33. Respon Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Tarif Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan 228 34. Respon Harga Impor Komoditas Beras, Jagung dan Kedele Indonesia

Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia Selama Enam Puluh Bulan ke Depan ... 230 35. Respon Volume Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan 233 36. Respon Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan 235 37. Respon Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan 237 38. Respon Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Harga Impor Beras, Jagung, dan

Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan ke Depan... 239 39. Respon Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia, Terhadap Guncangan Masing-masing Harga Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 242 40. Respon Volume Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan


(29)

41. Respon Harga Impor Komoditas Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 247 42. Respon Harga Konsumen Komoditas Beras, Jagung dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 250 43. Respon Volume Konsumsi Komoditas Beras, Jagung dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 252 44. Respon Harga Produsen Komoditas Beras, Jagung dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan

ke Depan ... 254 45. Respon Volume Produksi Komoditas Beras, Jagung dan Kedele

Indonesia Terhadap Guncangan Masing-masing Volume Impor Beras, Jagung, dan Kedele Indonesia, Selama Enam Puluh Bulan


(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Analisis Unit Root Test Data Komoditas Beras Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 365 2. Hasil Analisis Unit Root Test Data Komoditas Jagung Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 373 3. Hasil Analisis Unit Root Test Data Komoditas Kedele Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 381 4. Hasil Analisis Uji Penentuan Panjang Lag Maksimal

Data Komoditas Beras Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 389 5. Hasil Analisis Uji Penentuan Panjang Lag Maksimal

Data Komoditas Jagung Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 392 6. Hasil Analisis Uji Penentuan Panjang Lag Maksimal

Data Komoditas Kedele Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 395 7. Hasil Analisis Penentuan Panjang Lag Optimal Data Komoditas

Beras Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 397 8. Hasil Analisis Penentuan Panjang Lag Optimal Data Komoditas

Jagung Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 398 9. Hasil Analisis Penentuan Panjang Lag Optimal Data Komoditas

Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 399 10. Hasil Analisis Uji Kointegrasi Data Komoditas Beras Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 400 11. Hasil Analisis Uji Kointegrasi Data Komoditas Jagung Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 301 12. Hasil Analisis Uji Kointegrasi Data Komoditas Kedele Indonesia,

Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 402 13. Hasil Analisis Granger Causality atau Bivariate Granger Tests

Data Komoditas Beras Indonesia, Periode

September 1994 – Oktober 2009 ... 403 14. Hasil Analisis Granger Causality atau Bivariate Granger Tests

Data Komoditas Jagung Indonesia, Periode

September 1994 – Oktober 2009 ... 406 15. Hasil Analisis Granger Causality atau Bivariate Granger Tests

Data Komoditas Kedele Indonesia, Periode


(31)

16. Hasil Analisis Vector Auto Regression Granger Causality/ Block Exogeneity Wald Tests atau Multivariate Granger Tests Data Komoditas Beras Indonesia, Periode

September 1994 – Oktober 2009 ... 413 17. Hasil Analisis Vector Auto Regression Granger Causality/

Block Exogeneity Wald Tests atau Multivariate Granger Tests Data Komoditas Jagung Indonesia, Periode

September 1994 – Oktober 2009 ... 417 18. Hasil Analisis Vector Auto Regression Granger Causality/

Block Exogeneity Wald Tests atau Multivariate Granger Tests Data Komoditas Kedele Indonesia, Periode

September 1994 – Oktober 2009 ... 421 19. Hasil Analisis Structural Vector Auto Regression Data Komoditas

Beras Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 425 20. Hasil Analisis Structural Vector Auto Regression Data Komoditas

Jagung Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 428 21. Hasil Analisis Structural Vector Auto Regression Data Komoditas

Kedele Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 431 22. Hasil Analisis Impulse Response Function Data Komoditas Beras

Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 434 23. Hasil Analisis Impulse Response Function Data Komoditas Jagung

Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 438 24. Hasil Analisis Impulse Response Function Data Komoditas Kedele

Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 442 25. Hasil Analisis Variance Decomposition Data Komoditas Beras

Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 446 26. Hasil Analisis Variance Decomposition Data Komoditas Jagung

Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 452 27. Hasil Analisis Variance Decomposition Data Komoditas Kedele

Indonesia, Periode September 1994 – Oktober 2009 ... 458

28. Perkembangan Lonjakan Volume Impor Komoditas Beras Indonesia,

Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 464

29. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Dunia Komoditas

Beras Dunia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 464 30. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Impor Komoditas Beras

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 465 31. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Konsumen Komoditas

Beras Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 465 32. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Produsen Komoditas Beras


(32)

33. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Dunia Komoditas Beras Dunia,

Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 466 34. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Impor Komoditas Beras

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 467 35. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Konsumen Komoditas Beras

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 467 36. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Produsen Komoditas Beras

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 468 37. Perkembangan Jatuhnya Harga Rill Impor Komoditas Beras Indonesia

Dibandingkan Harga Riil Impor Komoditas Beras Referensi SSG,

Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 468 38. Perkembangan Lonjakan Volume Impor Komoditas Jagung

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 469 39. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Dunia Komoditas

Jagung Dunia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 469 40. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Impor Komoditas Jagung

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 470 41. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Konsumen Komoditas

Jagung Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 470 42. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Produsen Komoditas

Jagung Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 471 43. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Dunia Komoditas Jagung Dunia,

Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 471 44. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Impor Komoditas Jagung

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 472 45. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Konsumen Komoditas Jagung

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 472 46. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Produsen Komoditas Jagung

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 473 47. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Impor Komoditas Jagung

Indonesia Dibandingkan Harga Riil Impor Komoditas Jagung

Referensi SSG, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 473 48. Perkembangan Lonjakan Volume Impor Komoditas Kedele

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 474 49. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Dunia Komoditas Kedele

Dunia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 474 50. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Impor Komoditas Kedele

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 475 51. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Konsumen Komoditas


(33)

52. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Produsen Komoditas

Kedele Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 476 53. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Komoditas Kedele Dunia,

Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 476 54. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Impor Komoditas Kedele

Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 477 55. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Komsumen Komoditas

Kedele Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 477 56. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Produsen Komoditas

Kedele Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009 ... 478 57. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Impor Komoditas Kedele

Indonesia Dibandingkan Harga Riil Impor Komoditas Kedele


(34)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi anggota forum kerjasama perdagangan multilateral dalam bentuk organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO). Dalam forum WTO ini, perjanjian kerjasama perdagangan dalam berbagai bidang disepakati dan salah satunya adalah bidang pertanian. Perundingan bidang pertanian di dalam forum WTO berlangsung secara perlahan-lahan dan terjadwal karena beragamnya latar belakang tingkat perekonomian, tahapan pembangunan pertanian dan ekonomi negara-negara anggotanya. Atas dasar keberagaman itu, hasil negoisasi dan perundingan bidang pertanian dalam Uruguay Round (UR) atau Putaran Uruguay (PU), yaitu General Agreement on Tariff and Trade tahun 1994 (GATT 1994), disepakati sebagai tahap awal perjanjian, sehingga perlu diperbaiki dan disempurnakan.

Bagi negara berkembang termasuk Indonesia, perjanjian berlaku sepuluh tahun ke depan sejak mulai berlakunya GATT 1994 (1 Januari 1995 sampai dengan 31 Desember 2005) dan perundingan untuk mencapai kesepakatan baru dalam perjanjian bidang pertanian dimulai kembali lima tahun ke depan sejak mulai berlakunya GATT 1994. Dengan demikian perundingan untuk menyempurnakan perjanjian bidang pertanian atau Agreement on Agriculture (AoA) WTO, dimulai kembali Januari 2000. Dalam masa perundingan antara Januari 2000 hingga Desember 2005, seperti terinci pada Tabel 1, diharapkan akan menghasilkan kesepakatan baru dalam AoA WTO. Kesepakatan yang dihasilkan tersebut dalam perundingan akan digunakan untuk menyempurnakan


(35)

perjanjian khusus bidang pertanian yang sebelumnya merupakan salah satu bagian dari perjanjian GATT 1994.

Tabel 1. Waktu Pelaksanaan dan Hasil Perundingan Agreement on Agriculture pada Forum World Trade Organization, Periode Januari 2000 - Desember 2005

Waktu Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Perundingan

1 Januari 2000 Dimulai perundingan babak baru bidang pertanian dan diharapkan batas akhir perundingan adalah 31 Desember 2005 14 November 2001

Konferensi Tingkat Menteri (KTM) IV WTO Doha Qatar, Deklarasi Menteri untuk memulai Doha Development Agenda (DDA) atau Doha Round (DR)

14 – 20 November 2002 Perundingan Sesi Khusus Komite Pertanian, penyampaian Proposal dan Modalitas dari Negara-Negara Anggota

12 Februari 2003

Draf pertama modalitas dari Harbinson (Harbinson Texts). Draf pertama bahan perundingan yang diusulkan oleh tim juru runding negara berkembang yang dimotori oleh negara-negara maju.

24 – 28 Februari 2003

Perundingan Sesi Khusus Komite Pertanian, dengan mempertimbangkan draf pertama modalitas untuk membangun komitmen lebih lanjut dan penetapan modalitas sebagai dasar untuk penyusunan jadwal draf yang lebih komprehensif

31 Maret 2003 Batas waktu penyusunan formula dan modalitas lainnya sebagai komitmen negara-negara anggota

10 – 14 September 2003

KTM V di Cancun Meksiko, pembahasan draf komprehensif komitmen negara dan melihat kembali modalitas dan komitmen perundingan yang masih tersisa (stock taking). Perundingan gagal mencapai kesepakatan

Januari – Desember 2004

Pertemuan Sesi Khusus Komite Pertanian di Genev agar dicapai kesepakatan pada Desember 2005. Menghasilkan July Frame Work 2004 yang dijadikan dasar untuk membuat modalitas perjanjian dan dirundingkan pada KTM VI di Hong Kong, China

13-18 Desember 2005

KTM VI di Hongkong China, belum mencapai kesepakatan dan perundingan dilanjutkan kembali. July Frame Work 2004 desepakati sebagai draf deklarasi menteri (Draft Ministerial Declaration) sebagai bahan perundingan selanjutnya.

Sumber : WTO dalam berbagai publikasi selama tahun 2000 – 2009

Perundingan untuk bidang pertanian yang dilanjutkan kembali mulai Januari tahun 2000 tersebut, dilakukan dengan tujuan mengurangi lebih lanjut proteksi dan meningkatkan dukungan terhadap bidang pertanian. Agenda perundingan dilaksanakan di Doha, Qatar, sehingga proses perundingan di bidang pertanian ini disebut Doha Agenda. Proses perundingan bidang pertanian


(36)

selanjutnya berdasarkan Doha Agenda dalam forum WTO dirundingkan dalam Committee on Agriculture (CoA) WTO di Jenewa, Swiss.

Dalam periode Januari 2000-Desember 2005, perundingan perjanjian bidang pertanian pada forum WTO menunjukkan tiga perkembangan yang sangat penting. Pertama, pada pertemuan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) IV WTO di Doha, Qatar pada tanggal 14 November 2001 dihasilkan sebuah deklarasi yang disebut dengan Doha Development Agenda (DDA) dan tahapan perundingan selanjutnya disebut Doha Round (DR). Kedua, pada pertemuan KTM V WTO di Cancun, Mexico pada tanggal 10-14 September 2003 gagal dicapai kesepakatan. Kegagalan ini meningkatkan kesadaran negara-negara anggota WTO mengenai pentingnya penerapan DDA dan juga kesadaran bahwa selama sepuluh tahun sejak berlakunya GATT 1994, belum banyak terjadi perubahan dalam AoA.

Ketiga, pada pertemuan KTM VI WTO di Hong Kong pada tanggal 13-18 Desember 2005 juga tidak dicapai kesepakatan menyeluruh, namun diperoleh satu hasil penting yaitu July Framework 2004 (Kerangka Kerja Juli 1994), berhasil ditetapkan sebagai Ministerial Declaration Draft (draf deklarasi menteri), setelah sebelumnya menjadi keputusan General Council (GC) atau Majelis Umum (MU) WTO pada tanggal 1 Agustus 1994. July Framework 2004 inilah yang dijadikan dasar oleh negara-negara anggota WTO untuk membuat modalitas perjanjian dalam melakukan perundingan selanjutnya.

Dalam Ministerial Declaration Draft, KTM VI WTO tercatat lima hal yang dapat dianggap sangat penting. Pertama, para peserta sidang masih tetap sepakat untuk mendukung deklarasi dan keputusan yang telah dihasilkan di Doha tahun 2001, dan juga keputusan GC WTO pada tanggal 1 Agustus 2004 mengenai


(37)

July Framework 2004. Kedua, para peserta sidang juga berusaha menyelesaikan sepenuhnya DDA dan mentuntaskannya mulai tahun 2006 di Doha. Hal ini menjadikan perundingan yang rencananya diakhiri Desember 2005, menjadi dibuka kembali dengan batas akhir yang belum ditentukan. Ketiga, para peserta sidang juga menekankan mengenai betapa pentingnya dimensi rural development (pembangunan perdesaan), livelihood security (ketahanan sumber penghidupan) dan food security (ketahanan pangan) dalam setiap aspek DDA dan semuanya bertekad kembali untuk membuat setiap aspek DDA menjadi kenyataan bagi semua anggota WTO. Keempat, setiap aspek DDA tersebut harus tercakup dalam setiap hasil perundingan tentang akses pasar (market access), bantuan domestik (domestic supports), subsidi ekspor (export subsidies), penyusunan aturan perjanjian dan isu-isu khusus yang berkaitan dengan pembangunan.

Kelima, khusus bagi negara-negara berkembang dalam Ministerial Declaration Draft secara tegas disebutkan bahwa :

“…. Developing country Members will have the flexibility to self-designate an appropriate number of tariff lines as Special Products guided by indicators based on the criteria of food security, livelihood security, and rural development. Developing country Members will also have the right to have recourse to a Special Safeguard Mechanism based on import quantity and price triggers, with precise arrangements to be further defined. Special Products and the Special Safeguard Mechanism shall be an integral part of the modalities and the outcome of negotiations in agriculture” (WT/MIN (05)/W/3/Rev.2, Page 2: paragraph no.7, WTO, 2005).

Dalam tahapan perundingan selanjutnya, sejak awal tahun 2006 hingga pertengahan tahun 2010, perundingan mengenai Special Safeguard Mechanism


(38)

(SSM) belum juga selesai, karena belum adanya kesepakatan antara negara-negara berkembang yang bergabung dalam kelompok Government 33 (G-33) dengan kelompok negara-negara maju mengenai rumusan SSM dan metode pembuktiannya. Pembuktian ini digunakan untuk menunjukkan bahwa telah terjadi banjir impor (import surge) pada komoditas pertanian tertentu yang melanda salah satu atau beberapa negara anggota WTO. Indonesia adalah salah satu negara berkembang (sebagai koordinator G-33), di mana pertanian tidak hanya memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, namun juga mengalami net import komoditas pangan. Oleh karena itu, keberhasilan dalam memperjuangkan SSM dan menerapkannya untuk memberikan perlindungan kepada petani dan produsen pangan olahan menjadi suatu kebutuhan. Dengan demikian, perumusan SSM dan metodologi pembuktian terjadinya banjir impor menjadi sangat penting.

Dalam setiap rapat dan konsultasi teknis yang diadakan oleh Tim Penanganan untuk Perundingan Perdagangan Internasional Bidang Pertanian (Tim P3I TAN), delegasi Indonesia memerlukan dukungan berupa data dasar (data base), metodologi, hasil analisis, dan hasil kajian yang memadai, namun hingga saat ini penelitian dan kajian mengenai SSM masih sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan Delegasi Republik Indonesia (DELRI) dan Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk WTO di Jenewa sering mengalami kesulitan untuk memberikan argumentasi yang meyakinkan di dalam forum WTO. Dalam rapat yang diadakan pada bulan November 2006 misalnya, Ketua PTRI di Jenewa menyampaikan bahwa kelemahan yang sama umumnya juga dialami oleh negara berkembang lainnya. Indonesia sangat memerlukan suatu kajian yang


(39)

komprehensif mengenai SSM dan metodologi pembuktian mengenai terjadinya banjir impor sebagai bahan modalitas (proposal) perundingan berikutnya.

1.2. Perumusan Masalah

Liberalisasi dan reformasi perdagangan yang ditandai salah satunya adalah dengan penurunan tarif impor di sektor pertanian yang dilakukan dalam rangka penerapan perjanjian WTO, telah mendorong terjadinya ketidakstabilan harga, penurunan harga impor dan serbuan produk impor yang mengancam tidak saja industri pertanian, tetapi juga lapangan kerja, dan pembangunan pedesaan. Penurunan tarif menyebabkan hambatan perdagangan menjadi berkurang dan harga impor yang lebih rendah memberikan tekanan terhadap harga domestik. Tekanan ini menyebabkan penurunan harga konsumen domestik dan selanjutnya akan menekan harga produsen. Penurunan harga internasional dan harga impor yang menjadi lebih murah juga menyebabkan volume impor meningkat secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang melebihi rata-rata trendnya. Hal ini tentunya berpengaruh buruk terhadap produksi dalam negeri, pembangunan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, dan usaha pengentasan kemiskinan khususnya bagi negara-negara berkembang.

Hasil penelitian FAO (2005) menunjukkan bahwa dalam periode 1984 -2000, telah terjadi peristiwa banjir impor yang cukup beragam di banyak negara berkembang baik di wilayah Asia, Afrika maupun Amerika Latin terhadap berbagai jenis komoditas dan atau produk yang dihasilkan di negara berkembang, seperti terlihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa komoditas dan atau produk yang paling banyak mengalami banjir impor adalah daging dan minyak nabati. Adapun negara yang paling banyak mengalami banjir


(1)

Sumber : BPS (diolah)

Lampiran 52. Perkembangan Jatuhnya Harga Nominal Produsen Komoditas Kedele Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009

Sumber : World Bank, IMF, FAO, USDA dan Bank Indonesia (diolah)

Lampiran 53. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Dunia Komoditas Kedele Dunia, Periode September 1994 - Oktober 2009

0.00 1 000 000.00 2 000 000.00 3 000 000.00 4 000 000.00 5 000 000.00 6 000 000.00 7 000 000.00 8 000 000.00 9 000 000.00 10 000 000.00

H

a

rg

a

P

ro

du

sen

K

edele

(Rp

per

T

o

n)

Bulan

Harga Nominal Produsen Kedele Indonesia

HPTREND Harga Nominal Produsen Kedele Indonesia

0.00 1 000 000.00 2 000 000.00 3 000 000.00 4 000 000.00 5 000 000.00 6 000 000.00 7 000 000.00 8 000 000.00 9 000 000.00 10 000 000.00

H

a

rg

a

K

edele

Duni

a

(

Rp per

T

o

n)

Bulan

Harga Riil Kedele Dunia

HPTREND Harga Riil Kedele Dunia


(2)

Sumber : Bank Indonesia dan BPS (diolah)

Lampiran 54. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Impor Komoditas Kedele Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009

Sumber : BPS (diolah)

Lampiran 55. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Konsumen Komoditas Kedele Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009

0.00 1 000 000.00 2 000 000.00 3 000 000.00 4 000 000.00 5 000 000.00 6 000 000.00 7 000 000.00 8 000 000.00

H

a

rg

a

I

m

po

r

K

edele

(Rp

per

T

o

n)

Bulan

Harga Riil Impor Kedele Indonesia HPTREND Harga Riil Impor Kedele

Indonesia

0.00 2 000 000.00 4 000 000.00 6 000 000.00 8 000 000.00 10 000 000.00 12 000 000.00 14 000 000.00 16 000 000.00

H

a

rg

a

K

o

ns

um

en

K

edele

(Rp per

T

o

n)

Bulan

Harga Riil Konsumen Kedele Indonesia

HPTREND Harga Riil Konsumen Kedele Indonesia


(3)

Sumber : BPS (diolah)

Lampiran 56. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Produsen Komoditas Kedele Indonesia, Periode September 1994 - Oktober 2009

Sumber : Bank Indonesia dan BPS (diolah)

Lampiran 57. Perkembangan Jatuhnya Harga Riil Impor Komoditas Kedele Indonesia Dibandingkan Harga Riil Impor Komoditas Kedele Referensi SSG, Periode September 1994 - Oktober 2009 0.00

2 000 000.00 4 000 000.00 6 000 000.00 8 000 000.00 10 000 000.00 12 000 000.00

H

a

rg

a

P

ro

du

sen

K

edele

(Rp per

T

o

n)

Bulan

Harga Riil Produsen Kedele Indonesia

HPTREND Harga Riil Produsen Kedele Indonesia

0.00 1 000 000.00 2 000 000.00 3 000 000.00 4 000 000.00 5 000 000.00 6 000 000.00 7 000 000.00 8 000 000.00

H

a

rg

a

I

m

po

r

K

edele

(Rp

per

T

o

n)

Bulan

Harga Riil Impor Kedele Indonesia

Harga Riil Impor Kedele Referensi (SSG Ref 1986-1988)


(4)

RINGKASAN

ADI SETIYANTO. Analisis Special Safeguard Mechanism Komoditas Pangan Utama Indonesia dalam Rangka Perjanjian World Trade Organization (DEDI BUDIMAN HAKIM sebagai Ketua dan NOER AZAM ACHSANI sebagai Anggota Komisi Pembimbing)

Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO VI di Hong Kong pada tanggal 13-18 Desember 2005, diperoleh satu hasil penting yaitu July Framework 2004 (Kerangka Kerja Juli 2004). Salah satu mandat penting berdasarkan July Framework 2004 adalah penyelesaian tuntas perundingan mengenai Special Safeguard Mechanism (SSM) yang hingga kini belum selesai, karena belum ada kesepakatan antara negara-negara berkembang yang bergabung dalam kelompok

Government 33 (G-33) dengan kelompok negara-negara maju mengenai rumusan SSM dan metodologi pembuktiannya. Pembuktian ini digunakan untuk menunjukkan bahwa telah terjadi banjir impor (import surge) pada komoditas pertanian tertentu yang melanda salah satu atau beberapa negara anggota WTO. Beras, jagung dan kedele merupakan komoditas pangan utama Indonesia yang tidak hanya memiliki kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, luas areal pengusahaan dan pemenuhan konsumsi, namun juga memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap impor. Oleh karena itu, beras, jagung dan kedele merupakan komoditas pangan utama yang perlu memperoleh perlakuan khusus agar terhindar dari dampak negatif banjir impor. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan SSM dalam rangka melindungi komoditas pangan utama Indonesia khususnya beras, jagung dan kedele dari dampak negatif liberalisasi perdagangan khususnya banjir impor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan merupakan data deret waktu atau time series bulanan untuk periode September 1994 - Oktober 2009 yang terdiri dari data produksi, konsumsi, impor, harga konsumen, harga perdagangan besar, harga impor, harga harga dunia, harga tingkat petani, nilai tukar terhadap mata uang asing dan tarif impor. Data bersumber dari instansi baik dalam mupun luar negeri yang relevan dengan penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah model Structural Vector Auto Regression (SVAR), menghitung efek pengaruh perubahan harga internasional terhadap harga domestik dengan analisis International Price Pass-Through Effect (IPPTE) dan menghitung frekuensi banjir impor, harga dan volume impor pemicu (imported price and volume trigger) banjir impor dengan analisis Hodrick-Presscot Filter (HPF). Struktur dasar model analisis dimulai dengan guncangan yang menyebabkan terjadinya banjir impor yang diidentifikasi melalui penurunan harga dunia, dengan adanya gejolak itu, maka akan terjadi penurunan harga impor, peningkatan volume impor dan penurunan harga konsumen serta penurunan harga konsumen akan mempengaruhi konsumsi dan produksi dan selanjutnya akan menekan tingkat harga produsen.

Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 terbukti telah terjadi banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia, dengan tingkat intensitas dan tekanan yang berbeda-beda. Komoditas beras dan jagung memiliki tekanan dan intensitas banjir impor yang lebih tinggi jika dibandingkan


(5)

kedele. Dalam periode tersebut, Indonesia dilanda banjir impor dalam frekuensi yang banyak, dan jatuhnya harga beras baik secara nominal maupun riil lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan jagung dan kedele. Rumusan SSM sebagai tujuan dan kesimpulan akhir dari penelitian ini mengandung delapan aspek penting. Pertama dari segi country eligibility Indonesia merupakan salah satu Negara yang layak untuk memperoleh fasilitas SSM dan sesuai dengan usulan kelompok G-33 yang menyepakati bahwa semua negara berkembang layak untuk mendapat SSM (country eligibility) dan semua produk layak untuk mendapat SSM (product eligibility). Kedua, dari segi product eligibility seluruh produk turunan dari komoditas beras, jagung, dan kedele layak untuk memperoleh fasiltas SSM, dengan tidak memperdulikan apakah memiliki tingkat bound tariff tinggi atau rendah. Ketiga, besaran volume trigger apabila didasarkan atas pengaruh perubahan harga dunia adalah untuk komoditas beras 5 persen, untuk komoditas jagung 10 persen, dan untuk kedele 9 persen di atas rata-rata trendnya. Keempat, besaran price trigger atas dasar harga impor nominal adalah 12 persen untuk beras, 14 persen untuk jagung, dan 14 persen untuk kedele di bawah rata-rata trendnya. Sedangkan dari segi harga impor riil (2007 = 100), besaran price trigger adalah 10 persen untuk beras, 11 persen untuk jagung, dan 10 persen untuk kedele di bawah rata-rata trendnya. Kelima, berdasarkan volume trigger, SSM diperlakukan apabila terjadi peningkatan impor akibat penurunan dunia dan harga impor maksimum 5 persen untuk komoditas beras, 10 persen untuk jagung, dan 9 persen untuk kedele di atas rata-rata trendnya. Keenam, dalam penerapan SSM Indonesia seharusnya berhak menggunakan salah satu dari dasar penentuan baik harga dunia ataupun harga impor dan juga menggunakan satu pilihan trigger

baik volume ataupun price. Dalam hal ini indicator price trigger dinilai relatif lebih tepat, karena lebih cepat diketahui dan direspon. Ketujuh, tindakan yang perlu dilakukan apabila terjadi banjir impor dengan memberlakukan tambahan tarif atau remedial tariff adalah: (1) apabila terjadi penurunan harga produsen yang diakibatkan oleh penurunan harga dunia sebesar satu persen, maka tambahan tarif yang diperlukan adalah 11.16 persen untuk beras, 2.93 persen untuk jagung, dan 2.81 persen untuk kedele; (2) apabila penurunan harga produsen yang diakibatkan oleh harga impor sebesar satu persen, besaran tambahan tarif yang diperlukan adalah 10.68 persen untuk beras, 11.60 persen untuk jagung, dan 2.81 persen untuk kedele; dan (3) apabila terjadi penurunan harga produsen diakibatkan oleh lonjakan volume impor sebesar satu persen, maka besaran tambahan tarif yang diperlukan adalah 14.48 persen untuk beras, 6.01 persen untuk jagung, dan 2.70 persen untuk kedele. Kedelapan, durasi pemberlakuan SSM dengan menggunakan tambahan tarif adalah hingga terjadi titik keseimbangan dimana guncangan harga dunia maupun harga impor tidak lagi berpengaruh adalah empat tahun dan dapat diperlakukan secara umum. Jangka waktu pemberlakuan selama empat tahun terdapat tambahan antisipasi waktu akibat perbedaan panjang siklus jatuhnya harga dunia terhadap kondisi spesifik lokasi Indonesia selama satu tahun atau dua belas bulan.

Hasil dari penelitian ini memiliki beberapa implikasi kebijakan. Pertama, tim tarif dan Delegasi Republik Indonesia (DELRI) untuk WTO dapat melakukan usulan perubahan dan penyempurnaan formula SSM pada agenda perundingan berikutnya, khususnya untuk komoditas beras, jagung dan kedele sebagai bagian dari komoditas pangan utama. Kedua, dalam kaitannya dengan faktor-faktor


(6)

yang mempengaruhi banjir impor, menunjukkan kondisi pasar tidak bersaing dan intervensi pemerintah sangat kuat dan memiliki kecenderungan untuk ikut mempengaruhi harga produsen, sehingga pemerintah perlu mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan yang terkait dengan pengembangan komoditas beras, jagung dan kedele, terutama dari segi harga, subsidi, kelembagaan dan infrastruktur. Ketiga, pemerintah perlu semakin meningkatkan kualitas, kapasitas dan kuantitas infrastruktur pertanian dan pedesaan, untuk menekan dampak negatif banjir impor. Keempat, mengingat perundingan dalam forum WTO membutuhkan waktu sangat panjang, sementara perlindungan bagi produksi dan produsen tidak dapat ditunda, maka kebijakan pengaturan impor melalui penunjukkan pelabuhan impor tertentu yang merupakan daerah defisit pangan, pengaturan waktu impor agar tidak bersamaan dengan waktu panen dan melokalisir dampak negatif banjir impor dengan pembatasan-pembatasan tertentu lainnya yang tidak melanggar aturan WTO perlu dilakukan. Kelima, salah satu persyaratan dalam penerapan SSM adalah data harus bisa dirunut dan terbuka untuk diakses. Mengingat data base deret waktu bulanan relatif tidak tersedia, maka disarankan pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian bersama instansi terkait terutama Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik melakukan koordinasi penyusunan data base yang bersifat bulanan secara lebih komprehensif. Adapun penelitian lanjutan yang disarankan berdasarkan hasil dari penelitian ini adalah pertama, penelitian untuk menentukan besaran volume trigger, price trigger, tarif optimal dan kisaran remedial tarifnya untuk komoditas beras, jagung dan kedele. Kedua, penelitian untuk produk-produk turunan dari beras, jagung, dan kedele baik yang langsung ataupun tidak langsung berdasarkan negara asal impor masing-masing komoditas. Ketiga, penelitian mengenai kebijakan pengaturan impor melalui penunjukkan pelabuhan, pengaturan waktu dan besaran volume impor yang tepat dalam melokalisir dampak negatif banjir impor, sementara SSM belum disepakati dalam perundingan WTO.

Kata Kunci : WTO, SSM, Beras, Jagung, Kedele, Model SVAR, Analisis IPPTE, Analisis HPF