31
3.2. Metode Analisis
3.2.1. Analisis Kondisi Perdagangan Indonesia-Uni Eropa dan Daya Saing Komoditi Unggulan Indonesia-Uni Eropa
Analisis kondisi perdagangan Indonesia-Uni Eropa dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis ini menggunakan data perdagangan
Indonesia, yaitu data ekspor Indonesia ke Uni Eropa serta impor Indonesia dari Uni Eropa. Kemudian dari data perdagangan COMTRADE HS empat digit,
ditentukan sepuluh komoditi unggulan Indonesia yang akan dianalisis tingkat daya saingnya menggunakan nilai Revealed Comparative Advantage RCA
serta tingkat integrasi perdagangannya menggunakan indeks Intra-Industry Trade IIT.
Nilai RCA adalah indikator yang bisa menunjukkan perubahan keunggulan komparatif atau perubahan tingkat daya saing industri suatu negara
di pasar global Kuncoro, 1997. Nilai RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap dunia
Tambunan, 2001. Secara matematis, nilai RCA dapat dirumuskan sebagai berikut Ballasa, 1965 :
RCA =
X X W W
Keterangan: Xik = nilai ekspor komoditas k dari negara i Xi
= nilai ekspor total produk k dan lainnya dari negara i Wik = nilai ekspor komoditas k di dunia
Wi = nilai ekspor total dunia Jika nilai RCA suatu negara untuk komoditas tertentu adalah lebih besar
dari satu 1, maka negara bersangkutan memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia untuk komoditas tersebut. Sebaliknya, bila lebih kecil dari satu 1,
berarti keunggulan komparatif untuk komoditi tersebut tergolong rendah, di bawah rata-rata dunia. Semakin besar nilai RCA, semakin tinggi pula tingkat
keunggulan komparatifnya. Dalam kasus penelitian ini, tingkat daya saing yang akan digunakan
merupakan daya saing komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Uni Eropa. Sehingga penelitian ini akan tetap menggunakan rumus RCA tersebut dengan
modifikasi sebagai berikut : RCA
= …… 3.1
Keterangan: Xpq = nilai ekspor komoditas q dari negara p ke Uni Eropa Xp = nilai ekspor total produk q dan lainnya dari negara p ke Uni
Eropa
32
Wpq = nilai ekspor komoditas q dunia ke Uni Eropa Wp = nilai ekspor total dunia ke Uni Eropa
Selanjutnya penentuan komoditas unggulan sebagai objek penelitian dilakukan dengan melihat nilai indeks IIT. Pengukuran IIT dalam penelitian ini
dilakukan dengan menghitung nilai IIT index komoditas sektor unggulan yang mencakup lima jenis produk yang telah ditentukan. Terdapat beberapa cara
untuk menghitung IIT index. Cara yang paling umum digunakan adalah melalui Grubel-Lloyd Index yang dirumuskan sebagai berikut:
100 x
Mi Xi
Mi Xi
Mi Xi
IIT +
∑ −
∑ −
+ ∑
=
...... 3.2 dimana:
Xi = total ekspor dari produk atau industri i. Mi = total impor dari produk atau industri i.
Tanda mutlak yang terdapat diletakkan di luar persamaan Xi-Mi menunjukkan bahwa tanda dari trade balance diabaikan.
IIT index mengukur perdagangan intra-industri sebagai persentase dari total perdagangan X+M sebuah negara yang saling mengimbangi atau
seimbang X=M. Indeks tersebut mempunyai nilai antara 0 sampai 100. Jika semua transaksi perdagangan seimbang, maka indeks akan bernilai 100.
Sebaliknya, jika semua transaksi perdagangan bersifat searah one-way trade, maka indeks akan bernilai 0. Dengan demikian, jika nilai indeks semakin
mendekati 100, berarti semakin besar pula peranan perdagangan intra-industri. Di sisi lain, terdapat beberapa kritik atas cara pengukuran IIT index
dengan menggunakan Grubel-Lloyd Index. Kritik tersebut menyatakan bahwa Grubel-Lloyd Index hanya dapat mengukur perdagangan intra-industri sebagai
sebuah proporsi dari perdagangan total suatu negara dengan negara-negara lainnya, yaitu berupa perdagangan multilateral. Beberapa argumen menyatakan
bahwa kondisi riil yang ditemui dalam dunia perdagangan menunjukkan perdagangan yang tidak selalu bersifat multilateral, oleh karena itulah diperlukan
perumusan yang mampu mengukur perdagangan bilateral, dengan kata lain bilateral intra-industry trade index. Dengan demikian dalam penelitian ini akan
digunakan Grubel-Lloyd Index yang telah dimodifikasi sebagai berikut: IIT
k ij
=
100 x
M X
M X
M X
k ij
k ij
k ij
k ij
k ij
k ij
Σ +
Σ Σ
− Σ
− Σ
+ Σ
...... 3.3 dimana:
33
IIT
k ij
= perdagangan intra-industri produk k antara negara i dan j,
k ij
X
= ekspor produk k dari negara i ke negara j,
k ij
M
= impor produk k oleh negara i dari negara j, i
= negara yang melaporkan nilai perdagangan reporting country, j
= negara mitra dagang partner country, k
= jenis produk. Tanda ∑ menunjukkan jumlah dari produk atau komoditas pada kode HS 4-digit.
Dalam penelitian ini, indeks yang akan diukur berhubungan dengan setiap arus perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Uni Eropa. Hasil dari IIT
index akan digunakan sebagai indikator dari integrasi yang terjadi dalam sektor unggulan. Derajat atau tingkatan integrasi akan ditentukan menurut klasifikasi
rentang nilai-nilai IIT index berikut Austria, 2004:
Tabel 3.2. Klasifikasi Nilai IIT index Nilai IIT index Klasifikasi
Perdagangan intra-ASEAN-5 tidak dilaporkan 0,00
Tidak terjadi integrasi one-way trade 0,0024,99
Integrasi lemah weak integration 25,00-49,99
Integrasi sedang mild integration 50,00-74,99
Integrasi agak kuat moderately strong integration 75,00-99,99
Integrasi kuat strong integration Klasifikasi tersebut mengalami sedikit modifikasi dari klasifikasi yang
digunakan oleh OECD 2002 yang menyatakan bahwa suatu negara diklasifikasikan mempunyai nilai perdagangan intra-industri yang tinggi jika nilai
IIT index-nya di atas 50 dan nilai perdagangan intra-industri rendah jika nilai IIT index-nya di bawah 50.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup sektor unggulan pada kode HS Harmonized System empat digit. HS mempunyai tiga tingkatan
agregasi, yaitu dua digit, empat digit, dan enam digit. Tingkatan dua digit menunjukkan tingkat agregasi yang terlalu tinggi sehingga analisis perdagangan
intra-industri dapat mengalami perkiraan yang terlalu tinggi overestimated. Sebaliknya, tingkatan enam digit menunjukkan tingkat agregasi yang terlalu
rendah sehingga analisis perdagangan intra-industri dapat mengalami perkiraan yang terlalu rendah underestimated. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa HS pada tingkatan empat digit dapat dijadikan tolok ukur yang baik bagi sebuah industri.
34
3.2.2. Analisis Aliran Perdagangan antara Indonesia-Uni Eropa : Aplikasi Gravity Model
Metode yang digunakan untuk menganalisis tujuan kedua dalam penelitian ini adalah metode pengukuran Revealed Comparative Advantage
RCA dan intra-industry trade IIT. Metode tersebut digunakan untuk mengidentifikasi tingkat daya saing dan derajat integrasi pasangan-pasangan
negara yang melakukan perdagangan. Selanjutnya dilakukan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi aliran dan Keterkaitan Perdagangan antara
Indonesia-Uni Eropa menggunakan Gravity Model yang dapat lazim digunakan dalam berbagai literatur dalam bidang perdagangan internasional, dan lebih
spesifik diestimasi secara teknis dengan menggunakan metodologi panel data. Gravity model merupakan model yang telah secara luas digunakan untuk
mengukur potensi perdagangan trade potential dan dampak dari penerapan suatu
kebijakan perdagangan.
Pada dasarnya,
model ini
dapat merepresentasikan kekuatan permintaan dan penawaran. Formula standar
gravity model secara spesifik menerangkan aliran perdagangan antara Negara i dan j berdasarkan tiga faktor. Pertama, model telah mencakup indikasi potensi
penawaran dari negara eksportir i. Kedua, model dapat mengakomodasi potensi permintaan dari negara importir j, dan poin ketiga mencakup faktor-
faktor yang berkaitan dengan hambatan aliran perdagangan. Model gravitasi pertama kali dikembangkan oleh Tinbergen 1962 dan
Poyhonen 1963 untuk mengestimasi hubungan antara perdagangan bilateral antar negara dengan GNP dan jarak antar negara-negara tersebut. Model ini
disebut gravity model, karena menggunakan suatu perumusan yang sama dengan model gravitasi Newton, dimana interaksi antara dua objek adalah
sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing- masing. Dalam bentuknya yang paling umum, konsep gravitasi dapat
dirumuskan sebagai berikut Richardson, H; edisi terjemahan oleh Sihotang, P, 2001
c ij
b j
a i
ij
d A
A k
I =
…………………………………………………………………………3.4 dimana :