Analysis of Main Processed Foods Export Commodities Indonesia and the factors that influence

(1)

ARYO MUFTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Jakarta, Desember 2012 Aryo Mufti NRP. H151090071


(3)

(4)

and the factors that influence. Under direction of SRI MULATSIH and YETI LIS PURNAMADEWI.

The purpose of this study was to determine the commodity exports of processed foods Indonesia and the factors that influence. The data used in this study is secondary data, the data in this study came from WITS (UNCOMTRADE), Central Bureau of Statistics Indonesia, the World Bank and CEPII. The data used is the data for 2005-2009. The method used in this research is a method of trade performance index and the method of static data using a panel gravity model. Object state in this study were the 10 major importers Indonesia for processed foods, namely: Australia, Japan, Malaysia, Nigeria, Philippina, Saudi Arabia, Singapore, Thailand United State of America and Vietnam. The results of this study were (1) processed food main commodities Indonesia exports are tobacco, cereals, tea and coffee and fish, (2) Commodities tobacco which has the largest export commodity tobacco not stemmed/stripped (240110), tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120), cigarettes containing tobacco (240220). Commodities cereal that has the largest export commodity other pasta (190230), sweet biscuits; waffles and wafers (190530), other bread (190590). Commodities tea and coffee which has the largest export commodity black tea fermented (090230), other black tea fermented (090240), and coffea extracts, essences and concentrates (210111). As well as fish commodities that have the greatest export is commodities fish, whole or in pieces (160414), crab (160510), and shrimps and prawns (160520), (3) factors exports and GDP Per Capita Indonesia overall positive effect on exports of processed food commodities Indonesa. Factors importing countries population overall negative effect on exports of processed food commodities in Indonesia. GDP Per Capita Factor Importer countries, exchange rates and the overall ecodistance no significant effect on exports of processed food commodities in Indonesia.


(5)

(6)

Indonesia dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi. Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan YETI LIS PURNAMADEWI.

Perdagangan internasional merupakan hal yang penting dikarenakan dengan adanya perdagangan internasional akan menggerakkan variabel lainnya, pertumbuhan ekonomi meningkat dengan adanya penambahan devisa, pengangguran berkurang dengan adanya permintaan ekspor yang tinggi serta investasi meningkat dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal. Dalam perdagangan internasional ada tiga keunggulan yang harus dilihat suatu negara. Pertama, adalah keunggulan absolut keunggulan suatu negara mutlak menguasai perdagangan internasional karena memiliki daya saing yang lebih baik. Kedua, adalah keunggulan komparatif keunggulan suatu negara memegang peranan penting dalam suatu perdagangan internasional karena negara tersebut memiliki biaya untuk komoditas suatu barang lebih murah dibandingkan negara lain. Ketiga, adalah keunggulan kompetitif keunggulan suatu negara dapat bersaing dengan negara lain karena empat faktor yaitu: kondisi faktor, kondisi kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif, serta kondisi persaingan, struktur dan strategi industri.

Salah satu ekspor yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah ekspor komoditas makanan olahan. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam melimpah, namun potensi ini belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah. Komoditas makanan olahan seringkali diekspor dalam bentuk bahan mentah sehingga Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah. Oleh karena itu perlu suatu analisis yang mampu melihat potensi dari komoditas makanan olahan. Potensi komoditas makanan olahan dapat dilihat dari dua sisi yakni potensi eksternal yang meliputi pangsa pasar dunia, pertumbuhan impor dunia dan tarif impor dunia. Selain itu dapat dilihat dari sisi internal yang meliputi nilai tambah industri, efisiensi aset dan penyerapan tenaga kerja. Metode untuk menganlisis potensi eksternal dan internal ini adalah dengan menggunakan Metode TPI (Trade Performnace Index) sehingga nantinya akan terlihat komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan Indonesia.

Komoditas unggulan makanan olahan Indonesia harus mampu bersaing dalam perdagangan internasional oleh karena itu harus dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain volume ekspor makanan olahan Indonesia, GDP negara importir, nilai tukar negara importir, serta jarak negara importir terhadap Indonesia. Hasil analisis ini bertujuan untuk pembuatan kebijakan pemerintah untuk membuat strategi kebijakan dalam rangka peningkatan ekspor.

Hasil perhitungan dengan menggunakan metode Trade Performance Index yang menganalisis potensi eksternal dan internal suatu komoditas dan dengan menyelaraskan dengan misi Kementerian Perdagangan RI terdapat empat komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia yaitu: tembakau, sereal, teh dan kopi serta ikan. Komoditas tembakau yang memiliki ekspor terbesar adalah tobacco not


(7)

dan other bread (190590). Komoditas teh dan kopi yang memiliki ekspor terbesar adalah black tea fermented (090230), other black tea fermented (090240), dan coffea extracts, essences and concentrates (210111). Serta komoditas ikan yang memiliki ekspor terbesar adalah fish, whole or in pieces (160414), crab (160510), dan shrimps and prawns (160520).

Hasil perhitungan dengan menggunakan metode data panel statis Faktor volume ekspor dan GDP Per Kapita Indonesia secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia. Faktor jumlah penduduk negara importir secara keseluruhan berpengaruh negatif terhadap ekspor komoditas makanan olahan Indonesia. Faktor GDP Per Kapita negara Importir, nilai tukar dan ecodistance secara keseluruhan tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor komoditas makanan olahan Indonesia.


(8)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(9)

(10)

ARYO MUFTI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(11)

(12)

NRP : H151090071 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr

Ketua Anggota

Dr.Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(13)

(14)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLOH SWT, atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr.Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Dr.Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tesis ini;

2. Bapak Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku penguji luar komisi sidang thesis yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini;

3. Bapak Dr.Ir. Nunung Nuryartono, M.Si selaku ketua program studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana IPB atas bimbingan dan pengarahan selama menempuh kuliah;

4. Para dosen di Program Studi Ilmu Ekonomi, atas segala didikan dan pengajarannya;

5. Para staf di Program Studi Ilmu Ekonomi, atas segala bantuannya;

6. Semua rekan di Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana IPB untuk semangat dan kebersamaannya selama menjalani kuliah; dan

7. Ayah, Ibu, Adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Akhirnya, besar harapan penulis agar tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

Jakarta, Desember 2012


(15)

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 26 Januari 1987, dari Ayah H. Agus Haryoko, S.Sos dan Hj. Ibu Juju Juhaeriah, S.PdI. Penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Perguruan Cikini Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus SNMPTN Tulis dan diterima di Universitas Negeri Jakarta pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi. Penulis menyelesaikan kuliah sarjana pada tahun 2008, yang kemudian melanjutkan kuliah pasca sarjana pada tahun 2009 pada program studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.


(16)

xv Halaman

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permasalahan Penelitian... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Ruang Lingkup Penelitian... 6

1.5 Manfaat Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 9

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep... 9

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional... 9

2.1.2 Komoditas Unggulan... 13

2.1.3 Teori Penawaran... 15

2.1.4 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor... 16

2.2 Penelitian Terdahulu... 21

2.3 Kerangka Analisis... 24

2.4 Hipotesis Penelitian... 26

III. METODE PENELITIAN... 27

3.1 Jenis dan Sumber Data... 27

3.2 Metode Analisis... 27

3.2.1. Metode Trade Performance Index... 27

3.2.2. Metode Deskriptif... 32

3.2.3. Model Gravitasi dengan Data Panel Statis... 32

3.3 Pengujian Model... 37

3.4 Definisi Operasional... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

4.1 Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia... 41

4.1.1 Indeks Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia.. 41

4.1.2 Indeks Performa Pasar Dunia... 43

4.1.3 Indeks Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia.. 44

4.1.4 Indeks Performa Dampak Sosial Ekonomi... 46

4.1.5 Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia... 47

4.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia... 50


(17)

xx

4.3 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas

Unggulan Makanan Olahan Indonesia... 60

4.3.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Tembakau... 60

4.3.1.1 Komoditas Tobacco Not Stemmed/ Stripped (240110) ... 60

4.3.1.2 Komoditas Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120)... 62

4.3.1.3 Komoditas Cigarettes Containing Tobacco (240220)... 63

4.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Sereal... 65

4.3.2.1 Komoditas Other Pasta (190230)... 65

4.3.2.2 Komoditas Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530)... 67

4.3.2.3 Komoditas Other Bread (190590)... 68

4.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Teh dan Kopi... 70

4.3.3.1 Komoditas Black Tea Fermented (090230)... 70

4.3.3.2 Komoditas Other Black Tea Fermented (090240)... 72

4.3.3.3 Komoditas Coffea Extracts, Essences and Concentrates (210111)... 73

4.3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Ikan... 75

4.3.4.1 Komoditas Fish, Whole or in Pieces (160414)... 75

4.3.4.2 Komoditas Crab (160510)... 77

4.3.4.3 Komoditas Shrimps and Prawns (160520) 78

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN... 81

5.1 Kesimpulan... 81

5.2 Implikasi Kebijakan... 82

DAFTAR PUSTAKA... 83


(18)

xvii

No Halaman

1. Pertumbuhan Ekspor dan Share Ekspor Terhadap PDB Indonesia... 2

2. Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia... 2

3. Pangsa Pasar Makanan Olahan Indonesia di Negara Importir Utama... 4

4. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan... 7

5. Data yang Diperlukan... 27

6. Indikator Indeks Performa... 29

7. Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia... 41

8. Indeks Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia... 42

9. Performa Pasar Dunia... 43

10. Indeks Performa Pasar Dunia... 44

11. Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009... 45

12. Indeks Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009.... 45

13. Penyerapan Tenaga Kerja Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009. 46 14. Indeks Performa Dampak Sosial Ekonomi... 47

15. Indeks Komposit Makanan Olahan Ekspor Indonesia... 48

16. Prioritas Komoditas Makanan Olahan Ekspor Indonesia... 49

17. Perkembangan Komoditas Tembakau dengan Kode Periode 2005-2009 (US$)... 51

18. Perkembangan Komoditas Tembakau ke Negara Importir Utama Indonesia pada Periode 2005-2009 (US$)... 52

19. Perkembangan Komoditas Sereal dengan Kode Periode 2005-2009 (US$)... 53

20.Perkembangan Komoditas Sereal ke Negara Importir Utama Indonesia pada Periode 2005-2009 (US$)... 54

21.Perkembangan Komoditas Teh dan Kopi dengan Kode Periode 2005-2009 (US$)... 55

22.Perkembangan Komoditas Teh dan Kopi ke Negara Importir Utama Indonesia pada Periode 2005-2009 (US$)... 56

23.Perkembangan Komoditas Ikan dengan Kode Periode 2005-2009 (US$)... 58

24.Perkembangan Komoditas Ikan ke Negara Importir Utama Indonesia pada Periode 2005-2009... 59

25.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco Not Stemmed/Stripped (240110) ... 61

26.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120) ... 62

27.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cigarettes Containing Tobacco (240220)... 64

28.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Pasta (190230)... 66

29.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530) ... 67


(19)

xx

32.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Black Tea

Fermented (090240)... 72 33.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Coffea Extracts

Essences and Concetrates (210111)... 74 34.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Fish Whole or in

Pieces (160414)... 75 35.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crab (160510) ... 77 36.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Shrimps and Prawns

(160520)... 79 37. Hasil Model Gravitasi... 81


(20)

xix

No Halaman

1. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia... 3

2. Kurva Perdagangan Internasional... 12

3. Variabel Trade Performance Index... 14

4. Kurs Nominal... 17

5. Tabungan dan Investasi pada Perekonomian Terbuka Kecil... 18

6. Ekspansi Fiskal Domestik pada Perekonomian Terbuka Kecil... 18

7. Ekspansi Fiskal Luar Negeri pada Perekonomian Terbuka Kecil... 19

8. Pergeseran Kurva Investasi pada Perekonomian Terbuka Kecil... 19

9. Kerangka Analisis... 25

10.Pengujian Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data Panel... 35

11.Ekspor Tembakau... 50

12.Ekspor Sereal... 52

13.Ekspor Teh dan Kopi... 55


(21)

xx

No Halaman

1. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Daging... 87

2. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Ikan... 89

3. Klasifikasi Komoditas Tembakau... 90

4. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Cokelat... 91

5. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Sereal... 92

6. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Kopi dan Teh... 93

7. Klasifikasi Komoditas Buah dan Sayuran... 94

8. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Mengandung Gula... 97

9. Klasifikasi Komoditas Minuman... 98

10. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Berbahan Baku Susu... 99

11. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Lainnya... 100

12. Ekspor Makanan Olahan Indonesia Periode 2005-2009 (US$)... 101

13. Impor Makanan Olahan Indonesia Periode 2005-2009 (US$)... 102

14. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco Not Stemmed/Stripped (240110) ... 103

15. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120) ... 104

16. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cigarettes Containing Tobacco (240220)... 105

17. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Pasta (190230)... 106

18. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530) ... 107

19. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Bread (190590) ... 108

20. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Black Tea Fermented (090230)... 109

21. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Black Tea Fermented (090240)... 110

22. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Coffea Extracts Essences and Concetrates (210111)... 111

23. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Fish Whole or in Pieces (160414)... 112

24. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crab (160510) ... 113

25. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Shrimps and Prawns (160520)... 114


(22)

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Globalisasi menandakan era perdagangan internasional antar negara, globalisasi menandakan pula dimulainya era persaingan antar negara dalam kegiatan perdagangan internasional. Negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, dampak globalisasi harus mampu diimplementasikan dalam bentuk sebuah kebijakan pemerintah yang mampu menangkap potensi dan peluang dari globalisasi.

Indonesia sebagai negara berkembang dan menganut sistem perekonomian terbuka juga sudah merasakan dampak globalisasi, yakni mulai terbuka luasnya lalu lintas perdagangan internasional yang meliputi kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor dan impor yang mulai dibuka luas ini harus mampu ditangkap sebagai peluang, sehingga kegiatan ekspor dan impor dapat berperan penting dalam perekonomian dalam negeri dan memberi kontribusi yang besar bagi pertumbuhan dan pembangunan Indonesia.

Kegiatan ekspor merupakan kegiatan yang harus diperhatikan dan diprioritaskan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena selain sebagai sarana untuk menjual komoditas–komoditas dalam negeri ke pasar dunia, kegiatan ekspor dapat memacu peningkatan pengadaan barang–barang modal untuk sektor industri dalam negeri. Ekspor sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia, ekspor tidak saja sebagai sumber penerimaan devisa tetapi juga mampu menggairahkan perekonomian Indonesia. Ekspor akan menarik banyak investor, meningkatkan penyerapan tenaga kerja serta pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, sehingga kegiatan ekspor komoditas unggulan dapat menjadi lokomotif penggerak dalam perekonomian nasional.

Selama periode 2005-2009 Indonesia memiliki rata–rata nilai ekspor sebesar US$ 101,7 milyar per tahun, selama periode 2005–2008 trend nilai ekspor Indonesia mengalami peningkatan, namun tahun 2009 nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor hampir 15%, penurunan nilai ekspor Indonesia akibat dari krisis finansial global (ICN). Selama periode 2005-2009 pertumbuhan ekspor Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 11,3%


(24)

dengan pertumbuhan ekspor terbesar pada tahun 2008 dan terkecil tahun 2009 (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Pertumbuhan Ekspor dan Share Ekspor Terhadap PDB Indonesia

Tahun Ekspor (Milyar US$) Pertumbuhan Ekspor (%) PDB (Milyar US$) Share Ekspor Terhadap PDB (%) 2005 2006 2007 2008 2009 85,6 100,7 114,1 137,0 116,5 19,7 17,6 13,3 20,0 -14,0 2.774,2 3.339,2 3.950,8 4.948,6 5.606,2 3,0 3,0 2,8 2,7 2,0

Rata – rata 100,7 11,3 4.123,8 2,7

Sumber: Kementerian Perdagangan (2010)

Dari Tabel 1 diatas terlihat bahwa selama periode 2005-2009 rata-rata PDB Indonesia sebesar US$ 4.123,8 milyar per tahun dengan rata–rata share

ekspor terhadap PDB sebesar 2,7%. Peran ekspor bagi PDB Indonesia masih sangat kecil dan cenderung menurun. Dengan demikian, peran ekspor dalam pertumbuhan ekonomi masih perlu ditingkatkan. Peningkatan nilai ekspor dapat dilakukan jika Indonesia memfokuskan ekspor kepada komoditas unggulan dan potensial untuk dikembangkan. Ekspor yang dilakukan Indonesia terbagi atas ekspor migas dan non migas, selama periode 2005-2009 ekspor Indonesia didominasi oleh ekspor non migas (lihat Tabel 2).

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia

Tahun Migas (Milyar US$) Pertumbuhan (%) Non Migas (Milyar US$) Pertumbuhan (%) 2005 2006 2007 2008 2009 19,2 21,2 22,0 29,1 19,0 23,0 10,4 3,7 32,2 -34,7 66,4 79,5 92,0 107,8 97,4 18,7 19,7 15,7 17,1 -9,6

Rata - Rata 22,1 6,9 88,6 12,3

Sumber: Kementerian Perdagangan (2010)

Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa selama periode 2005–2009, nilai ekspor non migas menggungguli nilai ekspor migas dimana rata–rata nilai ekspor non migas adalah US$ 88,6 Milyar sedangkan nilai ekspor non migas adalah US$ 22,1


(25)

Milyar. Hal ini menjelaskan bahwa ekspor non migas merupakan ekspor yang potensial untuk dikembangkan dikarenakan perbedaan yang cukup besar antara ekspor migas dan ekspor non migas sebesar US$ 66,5 Milyar. Rata–rata pertumbuhan ekspor selama periode 2005–2009 pertumbuhan ekspor non migas pun menggungguli nilai ekspor migas, pertumbuhan ekspor non migas sebesar 12,3% sedangkan pertumbuhan ekspor migas sebesar 6,9%. Perbedaan pertumbuhan ekspor migas dan non migas ini menjelaskan bahwa ekspor non migas potensial untuk dikembangkan dan Indonesia mulai dapat berpikir agar lebih memfokuskan kepada ekspor non migas dibandingkan sektor migas.

Salah satu komoditas ekspor non migas yang potensial untuk dikembangkan adalah komoditas makanan olahan, dengan memperbesar ekspor komoditas makanan olahan akan berdampak besar bagi perekonomian Indonesia, karena komoditas makanan olahan selain memberikan nilai tambah industri juga dapat menambah kesempatan kerja masyarakat. Potensi ekspor makanan olahan Indonesia terlihat dari posisi Indonesia di pasar komoditas makanan olahan dunia, Indonesia menduduki urutan ke 32 dengan pangsa pasar sekitar 0,53% per tahun (Kementerian Perdagangan RI, 2010). Selain itu potensi ekspor makanan olahan Indonesia terlihat dari trend perkembangan ekspor makanan olahan Indonesia selama periode 2005-2009 yang mengalami trend kenaikan (lihat Gambar 1)

Gambar 1 Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa terlihat trend perkembangan ekspor dari komoditas makanan olahan selama periode 2005–2009 mengalami kenaikan,

0 1 1 2 2 3 3 4

2005 2006 2007 2008 2009

M

illio

n


(26)

rata-rata nilai ekspor Indonesia untuk komoditas makanan olahan selama periode 2005-2009, mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dengan rata-rata nilai ekspor US$ 23,4 Milyar dan dengan pertumbuhan rata–rata ekspor sebesar 14,1%. Perbandingan antara pertumbuhan rata-rata ekspor makanan olahan dengan pertumbuhan rata-rata ekspor migas dan non migas Indonesia cukup besar, pertumbuhan rata-rata ekspor makanan olahan sebesar 14,1% mengungguli pertumbuhan rata-rata ekspor migas sebesar 6,9% dan pertumbuhan rata-rata ekspor non migas sebesar 12,3%.

Hal ini menjelaskan bahwa komoditas makanan olahan memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan dalam tahun-tahun mendatang, hal ini memberikan optimisme yang tinggi bagi peningkatan ekspor makanan olahan Indonesia.

1.2 Permasalahan Penelitian

Pertumbuhan ekspor makanan olahan sebesar 14,1% masih belum mampu menangkap peluang permintaan dari negara importir utama Indonesia hal ini dapat terlihat dari pangsa pasar makanan olahan Indonesia di beberapa negara importir utama Indonesia (lihat tabel 3)

Tabel 3. Pangsa Pasar Makanan Olahan Indonesia di Negara Importir Utama

Negara 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

Australia 3,410 3,195 2,891 3,142 2,697 3,067 Jepang 0,001 0,002 0,002 0,002 0,003 0,002 Malaysia 1,387 1,622 2,259 1,652 2,241 1,832 Nigeria 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Philipina 0,040 0,032 0,040 0,023 0,037 0,034 Saudi Arabia 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 Singapura 0,092 0,082 0,107 0,092 0,085 0,092 Thailand 0,043 0,054 0,068 0,061 0,073 0,060

USA 0,003 0,004 0,005 0,006 0,009 0,006

Vietnam 0,023 0,029 0,073 0,049 0,040 0,043 Sumber: UNCOMTRADE (2010)

Pangsa pasar Indonesia di negara importir utama masih sangat kecil, hal ini sejalan dengan pangsa pasar Indonesia di pasar dunia yang hanya memiliki pangsa pasar sebesar 0,87%, serta saat ini Indonesia menduduki peringkat ke 32


(27)

untuk negara eksportir makanan olahan. Keadaan ini masih sangat jauh dari yang diharapkan serta sangat bertolak belakang dengan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia. Pangsa pasar yang masih kecil ini harus mampu ditingkatkan agar ekspor Indonesia meningkat. Harus ada suatu kebijakan untuk meningkatkan pangsa pasar makanan olahan Indonesia.

Kebijakan yang dibuat harus mengikutsertakan strategi untuk menentukan pasar ekspor yang memiliki potensi untuk komoditas makanan olahan tertentu. Komoditas makanan olahan memiliki ragam yang banyak dan tidak semua komoditas makanan olahan memiliki potensi yang sama untuk dikembangkan, terutama jika dilihat dari potensi sosial dan ekonomi yang ditimbulkan baik dari sisi internal maupun dari sisi eksternal. Potensi internal antara lain berkaitan dengan ketersediaan bahan baku, nilai tambah, efisiensi penggunaan asset dan tenaga kerja, sedangkan potensi eksternal berkaitan dengan kebijakan tarif negara importir. Komoditas makanan olahan harus dikembangkan berdasarkan potensi yang dimiliki, komoditas makanan olahan yang memiliki potensi akan menjadi prioritas ekspor dan menjadi komoditas unggulan.

Selain itu hal yang terpenting lainnya dalam membuat suatu kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor komoditas unggulan makanan olahan adalah dengan menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan, sehingga dapat ditetapkan strategi yang tepat untuk meningkatkan nilai ekspor. Berdasarkan penjabaran di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan ekspor

Indonesia?

2. Perkembangan komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia di negara importir utama?

3. Faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia ke negara importir utama?


(28)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan komoditas makanan olahan Indonesia yang berpotensi menjadi komoditas unggulan;

2. Mengkaji perkembangan ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia di negara importir utama serta melihat sub-komoditas yang memiliki perkembangan ekspor terbesar;

3. Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia ke negara importir utama.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis komoditas makanan olahan ekspor Indonesia. Data yang digunakan adalah data ekspor impor makanan olahan dari World Integrated Trade Solution (WITS) dan UNCOMTRADE, data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) untuk potensi suplai domestik dan penyerapan tenaga kerja pada industri makanan olahan, data World Bank untuk GDP negara importir utama makanan olahan Indonesia, data dari International Finance Statistics (IFS) untuk data nilai tukar serta data dari CEPII untuk data jarak antar negara. Makanan olahan dalam penelitian ini mengacu kepada klasifikasi sektor berdasarkan OECD, komoditas makanan olahan adalah komoditas yang termasuk kedalam sektor pertanian (dengan kode dua digit dari 01 sampai 14) dan sektor teknologi rendah, terutama antara kode 15 sampai 24, seperti ditampilkan pada Tabel 3. Data yang diambil adalah data series selama periode tahun 2005-2009. Alasan peneliti menggunakan data 2005-2009 karena kepastian data yang peneliti peroleh serta konsistensi tahun data yang peneliti dapatkan.


(29)

Tabel 4. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan

Sumber: BPS (2009)

Negara–negara importir terbesar makanan olahan Indonesia adalah Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam (Kementerian Perdagangan RI, 2010).

Hasil dari perhitungan metode trade performance index akan terdapat komoditas unggulan makanan olahan yang dapat dijadikan komoditas unggulan ekspor. Komoditas unggulan makanan olahan ini akan dianalisis lagi untuk 3 terbaik dilihat dari ekspor terbesar Indonesia

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Menambah khasanah keilmuan dan berpikir sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan serta menambah pemahaman dan informasi mengenai komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia.

2. Sebagai dasar masukan untuk peneliti lain dalam membuat penelitian yang berhubungan dengan ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia.

3. Sebagai dasar dan masukan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia.

Klasifikasi Kode Produk 2 digit

Daging Ikan Tembakau Cokelat Sereal

Teh dan Kopi Buah dan Sayuran

Makanan mengandung gula Minuman

Makanan berbahan baku susu Makanan olahan lainnya

02, 05, 13 16, 21

24 18 10, 19, 21

09, 21

07, 08, 12, 13, 20, 21 12, 17

22 04, 21 04, 08, 12, 20, 21


(30)

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Menurut Salvatore (1997) perdagangan internasional merupakan bagian dari ekonomi internasional yang lebih bersifat mikroekonomi yang melihat hubungan antara masing–masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal dan berhubungan dengan harga relatif atau komoditi.

Suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain karena dua alasan. Pertama, karena setiap negara mempunyai perbedaan dalam pemilikan sumberdaya alam dan pengolahannya. Kedua, karena negara-negara yang berdagang bermaksud untuk mencapai skala ekonomis (economics of scale). Perbedaan dalam kepemilikan sumberdaya memberi peluang bagi terjadinya perdagangan antar negara dan masing-masing memperoleh keuntungan dari aktivitas perdagangan (Krugman dan Obsvelt,2000).

Perdagangan internasional merupakan dasar dari aktivitas perekonomian dimana terjadi perpindahan secara fisik ataupun non fisik dari satu negara ke negara lainnya. Perdagangan bisa menjadi faktor yang penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena dengan perdagangan dapat meningkatkan kapasitas ekonomi suatu negara, menjadi akses ke sumberdaya yang tidak dimiliki dan pasar internasional yang potensial untuk berbagai komoditas ekspor. Menurut Todaro dan Smith (2003) jika negara miskin tidak memiliki suatu sumberdaya maka dengan adanya perdagangan ini mereka dapat melakukan kegiatan kehidupan perekonomiannya. Hal ini sependapat dengan Jhingan (2000) Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi, maka lingkaran kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan.

Awal kegiatan perdagangan internasional adalah zaman merkantilisme, dasar dari aliran merkantilisme, walaupun suatu negara memiliki segala sumber daya alam dan mampu membeli barang dari negara lain namun hal tersebut


(32)

sifatnya dinamis dan tidak bisa dijadikan pedoman. Menurut Salvatore (1997) satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit impor, pada zaman merkantilisme banyak kalangan yang menerapkan hal itu. Zaman merkantilisme mengukur kesejahteraan nasional suatu negara diukur dengan stok emas dan perak yang dimiliki. Kebijakan ini dinamakan kebijakan bullionisme, dalam bullionisme terdapat aktivitas mendorong impor logam mulia dan melarang ekspor logam mulia. Sehingga pada akhirnya kebijakan ini menjadi aturan dalam perdagangan internasional yang bertujuan untuk mendapatkan logam mulia.

Dalam perekonomian terbuka, output yang diproduksi oleh suatu negara sebagian dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri dan sebagian lain dikonsumsi oleh masyarakat luar negeri. Tindakan mengekspor barang ke luar negeri merupakan injeksi terhadap aliran pendapatan. Di sisi lain, pengeluaran masyarakat sebagian untuk membeli produk dalam negeri dan selebihnya untuk mengkonsumsi impor barang luar negeri. Besar kecilnya ekspor (X) tergantung pada harga dalam negeri (P), nilai tukar (e) dan pendapatan luar negeri (Yf):

X = X (P, e, Yf)...(1) dimana : X’(P) < 0 ; X’(e) < 0 dan X’(Yf) > 0

Sementara impor (M) merupakan fungsi dari harga dalam negeri (P) dan nilai ukar (e) serta pendapatan dalam negeri (Y) sehingga:

M = M (Y, P, e)...(2) dimana M’(Y) > 0 ; M’(P) > 0 dan M’(e) > 0

Selisih antar nilai ekspor dan impor mencerminkan nilai ekspor bersih (nett export). Nilai kurs pada persamaan ekspor dan impor tersebut menggunakan kurs nominal Dengan memperhitungkan nilai kurs riil ke dalam persamaan ekspor dan impor maka fungsi ekspor bersih adalah sebagai berikut:

NX = NX (Y, Yf, R)...(3) dimana NX’(Y) < 0 ; NX(Yf) > 0 dan NX’(R) < 0

NX : ekspor netto

Y : pendapatan dalam negeri

Yf : pendapatan luar negeri


(33)

Apabila faktor-faktor lain dianggap tetap, maka kenaikan pendapatan luar negeri (Yf) akan mendorong permintaan luar negeri sehingga dapat meningkatkan ekspor negara mitra dagangnya. Depresiasi riil yang dilakukan oleh suatu negara akan mengubah harga relatif dan menyebabkan harga dalam negeri relatif lebih murah terhadap produk luar negeri sehingga akan mendorong ekspor dan mengurangi dorongan impor. Kenaikan pendapatan dalam negeri (Y) akan meningkatkan pengeluaran impor (Dornbusch dan Fisher, 2000) .

Adam Smith dalam

Keunggulan komparatif dikembangkan pertama kali oleh David Ricardo, dan dikembangkan oleh Heckscher dan Ohlin. Menurut Heckscher dan Ohlin Salvatore (1997) menyebutkan bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage), jika suatu negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain untuk suatu komoditas, namun kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam komoditas lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing–masing melakukan spesialisasi dalam suatu komoditas yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan komoditas lain yang memiliki kerugian absolut. Selain itu ada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

dalam

Secara keseluruhan terdapat tiga implikasi dari konsep keunggulan komparatif dalam perdagangan internasional. Pertama, bahwa pasar dunia memberikan kesempatan pada suatu negara untuk membeli komoditas pada tingkat harga yang lebih murah sehingga negara tersebut dapat meningkatkan pendapatannya dibandingkan komoditas di dalam negeri tanpa terjadi perdagangan. Kedua, jika suatu negara kurang mampu menguasai akses perdagangan, maka tetap akan memperoleh manfaat potensial dari adanya perdagangan meskipun negara lain akan memperoleh manfaat juga. Ketiga, suatu negara akan memperoleh manfaat lebih besar dari perdagangan dengan

Salvatore (1997) menyatakan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditas yang lebih banyak menyerap sumberdaya yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditas yang memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara itu.


(34)

mengekspor komoditas dengan sumberdaya yang melimpah yang dipunyai dan mengimpor komoditas dengan kelangkaan sumberdaya.

Gambar 2 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi ekuilibrium dengan adanya perdagangan, ditinjau dari keseimbangan parsial. Panel A memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P1. Negara 2 akan berkonsumsi di titik A’ berdasarkan harga relatif P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar antaara P1 dan P3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan ekonominya. Apabila harga yang berlaku di atas P1, maka negara 1 akan memasok atau penawaran komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik. Kelebihan penawaran itu selanjutnya akan diekspor (lihat panel A) ke negara 2. Dilain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada penawaran domestiknya. Hal ini akan

E Px/Py P2 B A Dx 0 Sx P1 Ekspor

X 0 X 0 X

A * B* E* D S

Px/Py Px/Py

A’ E' B’ P3 Dx Sx Impor

Gambar 2 Kurva Perdagangan Internasional

P3 A"

Sumber: Salvatore (1997) Z

Panel A

Pasar di Negara 1 untuk komoditi X

Panel B Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X Panel C

Pasar di Negara 2

untuk Komoditi X


(35)

mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X itu dari negara 1 (lihat panel C).

Negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X (Panel A) karena Px/Py lebih besar dari P1, sehingga kurva penawaran ekspornya atau S mengalami peningkatan (Panel B). Dilain pihak, karena Px/Py lebih rendah dari P3, maka negara 2 mengalami kelebihan permintaan untuk momoditi X (Panel C) dan ini mengakibatkan permintaan impor negara 2 terhadap komoditi X atau D, mengalami kenaikan (Panel B). Panel B juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat harga P2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 akan persis sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh negara 1. P2 merupakan Px/Py atau harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan diantara kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya atau Px/Py, sehingga pada akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P2. Sebaliknya jika Px/Py lebih kecil daripada P2, maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X yang selanjutnya akan menaikkan Px/Py sehingga akan sama dengan P2

Keunggulan–keunggulan tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan ekspor. Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000). Selain itu, Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro dan Smith, 2003).

. Titik Z adalah titik pertemuan antara jumlah barang yang diekspor dan jumlah barang yang diimpor, atau jumlah barang yang diperjual-belikan dalam perdagangan internasional.

2.1.2 Komoditas Unggulan

Menurut Syafaat dan Supena (2000), konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi


(36)

permintaan (demand). Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi bio-fisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah tertentu. Sedangkan menurut Sambodo (2002) kriteria komoditas unggulan sangat bervariasi, hal ini didasarkan oleh besarnya peranan komoditas tersebut dalam perekonomian yaitu memiliki laju pertumbuhan tinggi, memiliki angka penyerapan kerja yang relatif besar, dan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Salah satu metode untuk menentukan komoditas unggulan adalah Trade Performance Index. Metode ini digunakan untuk menentukan skala prioritas komoditas komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan (International Trade Center, 2007). Keunggulan dari metode ini adalah untuk menentukan komoditas komoditas unggulan faktor–faktor yang dipertimbangkan adalah faktor dalam negeri seperti nilai tambah komoditas, efisiensi asset dan penyerapan tenaga kerja dan faktor luar negeri yang berhubungan dengan kegiatan ekspor. Sehingga selain komoditas ekspor itu berpotensi di pasar dunia, komoditas tersebut memiliki potensi sosial ekonomi yang memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja. Variabel penentu indeks komoditas makanan olahan ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Variabel Trade Performance Index

Indeks Potensi Ekspor Makanan Olahan

Potensi Eksternal

Potensi Internal

Performa Ekspor

- Ekspor - Pertumbuhan Ekspor - Neraca Perdagangan Relatif - Share Perdagangan Dunia

Pasar dunia

- Pertumbuhan Impor Dunia - Akses Pasar

Suplai Domestik

- Nilai tambah - Efisiensi asset

Dampak Sosial Ekonomi

- Penyerapan Tenaga Kerja


(37)

2.1.3 Teori Penawaran

Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan pada waktu dan harga tertentu. Hubungan antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan adalah berbanding lurus, sesuai dengan hukum penawaran: “Jika harga barang naik, maka penawaran naik dan sebaliknya jika harga barang turun maka penawaran akan turun ceteris paribus. Sehingga, dalam hal ini harga barang sangat mempengaruhi jumlah barang yang ditawarkan. Menurut Mankiw (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu: biaya produksi, jumlah produsen, teknologi, serta harga barang lain.

Menurut Jean Baptiste Say (Mankiw, 2008) Penawaran menciptakan sendiri permintaan atasnya atau Supply creates its own demand. Menurut pendapatnya dalam setiap perekonomian jarang sekali masalah kelebihan produksi. Masalah kelebihan produksi, apabila hal itu terjadi, adalah masalah sementara. Mekanisme pasar akan membuat penyesuaian-penyesuaian sehingga akhirnya jumlah produksi akan turun di sektor-sektor yang mengalami kelebihan produksi dan akan naik di sektor-sektor di mana permintaan ke atas produksi mereka sangat berlebihan.

Suatu negara akan mengekspor produk yang dibuatnya apabila terjadi kelebihan penawaran di dalam negeri. Kelebihan stok bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya: konsumsi dalam negeri berkurang, pendapatan masyarakat rendah atau produk sudah tidak diminati di dalam negeri. Penawaran barang ke luar negeri dapat pula terjadi karena adanya impor barang dari luar negeri, produk yang diimpor yang memiliki permintaan di dalam negeri kecil maka sisanya akan di ekspor ke luar negeri.


(38)

2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Menurut Batiz (1994), ekspor dipengaruhi oleh harga relatif dan pendapatan riel negara pengimpor, dimana dapat dirumuskan dalam persamaan berikut ini:

X = X (q, Yd)...(4) dimana X adalah kuantitas ekspor negara d, q adalah harga relatif (rasio antara harga barang di negara D terhadap harga barang di negara C), dan Yd adalah pendapatan negara d. Apabila diasumsikan harga suatu barang di negara C dan D adalah sama, peningkatan harga barang di negara C, akan menyebabkan konsumen di negara C mengalihkan pembelian barangnya ke negara D dengan cara mengimpor, ini akan menyebabkan peningkatan ekspor negara D. Dengan demikian terdapat hubungan terbalik antara ekspor negara D dengan harga relatif (q). Sementara itu, apabila pendapatan negara C meningkat, ceteris paribus, maka tambahan peningkatan pendapatannya akan dialihkan untuk pembelian barang-barang dari negara D melalui impor, ini berarti variabel Yc berbanding lurus dengan ekspor negara D. Hal ini sependapat dengan Goswami dan Kazi (2010), bahwa permintaan ekspor merupakan hubungan antara harga dan pendapatan.

Menurut Tinbergen (1962) jika ingin mengukur arus uang (seperti nilai ekspor dan impor) maka variabel yang dapat digunakan adalah GDP. Menurut Kalbasi (2001), GDP dari negara eksportir mengukur kapasitas produksi negara tersebut, sementara GDP negara importir untuk mengukur kapasitas absorsi. Kedua variabel tersebut diperkirakan mempunyai hubungan positif dengan perdagangan. Pendapatan per kapita menunjukkan daya beli setiap individu di dalam suatu wilayah. Hoftyzer (1984) melakukan penelitian semakin rendah tingkat pendapatan per kapita suatu wilayah, maka perdagangan juga akan mengalami penurunan.

Faktor lain yang mempengaruhi ekspor adalah nilai tukar. Nilai tukar adalah mata uang asing atau alat pembayaran yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Putong, 2003). Menurut Mankiw (2008) kurs terbagi menjadi dua macam yaitu (1) kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara; dan (2) kurs rill (real exchange


(39)

D$

D$’ S$

rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Pengaruh permintaan barang terhadap kurs nominal disebut sebagai apresiasi atau depresiasi.

Gambar 4 Kurs Nominal Sumber: Mankiw (2008)

Jika D$ bergeser ke kanan yang berarti permintaan dolar meningkat menyebabkan kurs nominal meningkatkan keadaan ini dikenal sebagai apresiasi

dari dolar. Sebaliknya jika D$

1. Tabungan dan investasi berada dalam perekonomian terbuka kecil;

bergeser ke kiri yang berarti permintaan dolar berkurang menyebabkan kurs nominal berkurang keadaan ini dikenal sebagai

depresiasi dari dolar.

Kurs rill menyatakan tingkat dimana barang-barang dari suatu negara dapat diperdagangkan dengan barang-barang dari negara lain. Jika kurs riil tinggi, maka barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang- barang domestik relatif lebih mahal. Secara umum kurs riil dirumuskan sebagai berikut:

Kurs rill =

Faktor-faktor penentu kurs riil yaitu (1) kurs riil terkait dengan ekspor neto. Jika kurs riil lebih rendah maka barang-barang domestik relatif lebih murah dibandingkan barang-barang luar negeri dan ekspor neto lebih besar; dan (2). neraca perdagangan (ekspor neto) harus sama dengan arus modal keluar neto, yang sama dengan tabungan dikurangi investasi. Menurut Mankiw (2008), dampak kebijakan perdagangan terhadap kurs riil dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya:

e0 e1 e


(40)

Di perekonomian tertutup, suku bunga (r) menyeimbangkan tabungan (S) dan investasi (I). Di perekonomian terbuka kecil, tingkat bunga ditentukan pasar keuangan dunia. Selisih antara tabungan dan investasi menentukan neraca perdagangan. Di kasus ini, karena r* diatas rtertutup dan S melebihi I, maka terdapat surplus perdagangan. Jadi, pada perdagangan berimbang, kenaikan tingkat bunga dunia karena ekspansi fiskal luar negeri menyebabkan surplus perdagangan. Jika tingkat bunga dunia berkurang ke r*, maka I akan melebihi S , yang menyebabkan defisit perdagangan (Gambar ).

Gambar 5. Tabungan dan Investasi pada perekonomian terbuka kecil

2. Ekspansi Fiskal Domestik pada perekonomian terbuka kecil;

Kenaikan belanja pemerintah atau penurunan pajak mengurangi tabungan nasional dan menggeser kurva tabungan ke kiri (Gambar 5).

Gambar 6. Ekspansi Fiskal Domestik Pada Perekonomian Terbuka Kecil


(41)

3. Ekspansi Fiskal Luar Negeri pada perekonomian terbuka kecil;

Ekspansi fiskal di perekonomian luar negeri yang cukup besar untuk mempengaruhi tabungan dan investasi dunia meningkatkan tingkat bunga dunia dari r1* ke r2* (Gambar 6).

Gambar 7. Ekspansi Fiskal Luar Negeri Pada Perekonomian Terbuka Kecil

4. Pergeseran kurva investasi pada perekonomian terbuka kecil

Pergeseran ke kanan pada kurva investasi dari I(r)1 ke I(r)2 meningkatkan jumlah investasi pada tingkat bunga dunia r* (Gambar 7).

Gambar 8. Pergeseran Kurva Investasi Pada Perekonomian Terbuka Kecil


(42)

Nilai tukar merupakan faktor tambahan yang secara eksplisit turut mempengaruhi perilaku ekspor dalam satu dekade terakhir (Rajan, 2001). Hal ini dipertegas oleh Krugman dan Obstfeld (2000), untuk komoditi yang kompetitif, penawaran dan permintaan domestik akan tergantung pada harga dalam mata uang domestik, sedangkan permintaan dan penawaran asing (ekspor) akan bergantung pada harga dalam mata uang asing.

Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi ekspor adalah populasi, menurut Rahardja dan Manurung (2008), jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang Kenaikan jumlah penduduk diasumsikan akan sejalan dengan kenaikan jumlah konsumen di pasar dan sekaligus akan menyebabkan kenaikan permintaan dan kecenderungan harga juga akan naik sehingga kurva permintaan akan bergeser kekanan atas. Penurunan jumlah penduduk atau jumlah konsumen akan menyebabkan hal sebaliknya, yaitu penurunan permintaan.

Populasi digunakan untuk mengukur ukuran negara. Suatu negara yang memiliki ukuran lebih besar menunjukkan bahwa negara tersebut mempunyai produksi yang lebih beragam dan cenderung untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, namun besarnya populasi dapat juga dianggap sebagai potensi pasar yang besar, sehingga besarnya populasi diperkirakan mempunyai hubungan dua arah, baik positif maupun negatif dengan perdagangan.

Faktor lain yang mempengaruhi nilai ekspor adalah jarak antar negara, dikarenakan semakin jauh jarak antar negara maka akan semakin tinggi pula biaya transportasinya, hal ini dijelaskan pula oleh Roberts (2004) nilai ekspor yang menjadi komoditas ditentukan oleh transportation cost yang dalam hal ini didekati dengan menggunakan jarak relatif dari negara eksportir ke negara importir. Hal ini sependapat dengan Krugman (1991) jarak dua mitra dagang menjadi determinan penting pola perdagangan secara geografis.

Dalam penelitian ini jarak yang digunakan adalah perbandingan antara jarak antara Indonesia dan negara importir dengan share gdp negara importir, perhitungan ini sering disebut sebagai Ecodistance. Diperkirakan ecodistance


(43)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian untuk melihat pola perdagangan yang dilakukan oleh setiap propinsi dengan menggunakan pendekatan model gravitasi juga pernah dilakukan oleh Anderson dan Smith (1996). Mereka meneliti secara lebih detail dampak keberadaan perbatasan antara US dan Canada yang telah menurunkan perdagangan internasional pada setiap propinsi di Canada. Sementara hasil penelitian yang lain menemukan perilaku berbeda dari setiap propinsi di Canada dengan partnernya (US) di dalam perdagangan 3internasional sebagai akibat adanya border effect antara US dan Canada.

Penelitian model gravitasi diterapkan oleh Zarzoso dan Lehmann (2003) penelitian menilai perdagangan negara Mercosur dengan Uni Eropa. Model diuji dari 20 negara, empat resmi anggota Mercosur ditambah Chili dan lima belas anggota Uni Eropa. Sebuah analisis data panel digunakan untuk mengurai waktu invarian spesifik efek negara dan untuk menangkap hubungan antara variabel-variabel yang relevan dari waktu ke waktu. Hasil penelitian ini menemukan bahwa model fixed effect lebih baik daripada model random effect. Selain itu, sejumlah variabel, yaitu, infrastruktur perbedaan pendapatan, dan nilai tukar ditambahkan ke persamaan gravitasi standar, ditemukan menjadi penentu penting dari arus perdagangan bilateral.

Penelitian dengan model gravitasi dilakukan oleh Rehman (2003) menerapkan model gravitasi untuk menganalisis perdagangan Bangladesh dengan mitra dagang utama. Hasil menunjukkan bahwa perdagangan Bangladesh adalah positif ditentukan oleh ukuran ekonomi, pendapatan per kapita dari negara-negara yang terlibat, dan keterbukaan perdagangan negara.

Penelitian dengan menggunakan model gravitasi dilakukan oleh Roberts (2004) yang menggunakan variabel–variabel trade flows (total antara ekspor dan impor), GDP, GDP per kapita dan jarak relatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh China–ASEAN Free Trade Area (CAFTA) terhadap negara lainnya (apakah terjadi efek kreasi atau diversi). Hasilnya adalah terjadi efek diversi dengan adanya CAFTA.

Selanjutnya model gravitasi digunakan oleh Managi et al (2005) untuk mengevaluasi faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor dan ,menganalisis efek


(44)

perdagangan. Variabel–variabel yang digunakan adalah volume ekspor, GDP, luas wilayah, populasi, inflasi, jarak, nilai tukar nominal, bahasa, dummy batas negara, dummy anggota NAFTA dan EU. Hasilnya adalah NAFTA lebih efektif di dalam peningkatan ekspor bila dibandingkan dengan EU dan efek integrasi ekonomi regional lebih efektif untuk komoditas pertanian bila dibandingkan sektor lain

Model gravitasi digunakan juga oleh Cortes (2005) untuk menganalisis nilai barang yang diekspor melalui perdagangan antara Australia dan 9 negara Amerika Latin dengan menggunakan model gravitasi dari tahun 1998–2004. Variabel–variabel yang digunakan adalah nilai ekspor/impor, GDP, populasi, real

openness, real exchange rate, dan jarak. Hasilnya adalah perdagangan

dipengaruhi oleh variabel jarak, openness, populasi, dan pengaruh politik. GDP dan jarak signifikan untuk komoditas manufaktur dan pengaruh politik pada hubungan bilateral signifikan kecuali untuk Argentina, Chile dan Uruguay.

Kristjandottir (2005) menggunakan model gravitasi dalam kajiannya yang bertujuan untuk menganalisis variabel–variabel yang berpengaruh terhadap ekspor Islandia. Variabe –variabel yang digunakan adalah volume ekspor, GDP, Populasi, jarak, sektor perikanan, industri, sektor lainnya, blok EFTA, NAFTA, dan Non Blok Member. Hasilnya adalah jumlah penduduk dan GDP tidak berpengaruh terhadap volume ekspor dan blok perdagangan dan sektor perikanan sensitif terhadap jarak.

Montenegro dan Soloaga (2006) memperkirakan ekonometris dampak NAFTA pada AS-Meksiko dan AS-negara ketiga (kelompok negara) arus perdagangan. Menggunakan kerangka gravitasi-persamaan tradisional, kami mencoba untuk melihat sejauh mana perdagangan bilateral mengalir antara negara-negara AS dan berbeda berbeda dari spesifikasi gravitasi-jenis. Dengan menggabungkan serangkaian variabel dummy ke spesifikasi, kita menafsirkan perubahan dalam variabel dummy dari waktu ke waktu sebagai bukti apakah NAFTA mempengaruhi pola perdagangan. Kesimpulan utama adalah bahwa NAFTA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola perdagangan AS, baik dengan Meksiko atau dengan negara-negara lain di dunia (dengan pengecualian CACM).


(45)

Penelitian model gravitasi digunakan oleh Kien (2009) penelitian ini membahas faktor-faktor penentu arus ekspor negara-negara di Kawasan ASEAN Free Trade (AFTA) melalui estimasi data panel dengan menggunakan model gravitasi. Secara khusus, penelitian ini menggunakan tiga puluh sembilan negara selama periode 1988-2002 didasarkan pada bentuk dua arah komponen error dari model gravitasi. Estimasi menunjukkan bahwa ekspor arus meningkat secara proporsional dengan GDP, dan bahwa pembentukan AFTA telah menghasilkan dalam penciptaan perdagangan yang signifikan di antara para anggotanya. Penelitian ini menyarankan bahwa kebijakan perdagangan fasilitasi dapat memainkan peran penting dalam menetapkan panggung untuk transisi AFTA ke Free Trade Area.

Model gravitasi digunakan juga oleh Saptanto (2009) untuk menganalisis potensi ekspor perikanan Indonesia di 28 negara tujuan ekspor. Variabel–variabel yang digunakan Nilai ekspor riil, GDP Nominal, jumlah penduduk, jarak relatif, nilai tukar riil efektif dan interaksi antara tarif dengan dummy integrasi ekonomi. Hasilnya adalah seluruh variabel berpengaruh signifikan kecuali nilai tukar riil efektif Indonesia. Tanda variabel yang berlawanan dengan hipotesis adalah jumlah penduduk mitra dagang yang seharusnya bernilai positif dan interaksi antara tarif dan integrasi ekonomi yang seharusnya bernilai negatif. Peningkatan jumlah penduduk mitra dagang menyebabkan penurunan nilai ekspor. Sedangkan variabel interaksi antara tarif dan integrasi ekonomi bernilai positif karena tujuan perikanan ekspor Indonesia lebih banyak ke Amerika Serikat dan Jepang yang memang masuk ke dalam integrasi ekonomi dengan Indonesia yakni keanggotaan APEC. Kemudian terdapat 5 negara yang umumnya menjadi tujuan ekspor komoditas perikanan Indonesia yakni Amerika Serikat, China, Mesir, Inggris dan Jepang.

Penelitian selanjutnya berasal dari Alam, Gazi dan Raziuddin (2009) penelitian teori gravitasi untuk impor Bangladesh dengan delapan utama mitra negara-India perdagangan, China, Singapura, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Malaysia. Data terdiri dari data tahunan 1985-2003 dalam pendekatan panel. Hasil penelitian ini adalah Teori gravitasi konsisten dengan impor dari Bangladesh. Artinya, jarak geografis dari Bangladesh dengan yang


(46)

negara-negara mitra memiliki dampak signifikan pada impor. Tapi dalam waktu dekat ini dapat berubah karena faktor yang berbeda seperti profitabilitas, prosedur perdagangan, pengiriman produk dan lain-lain, waktu yang mempengaruhi keputusan impor lebih daripada jarak geografis. Makalah ini menemukan hubungan campuran antara GDP dan impor dari Bangladesh. Hal ini juga menunjukkan bahwa impor dari Bangladesh mempengaruhi produksi dalam negeri sangat sedikit karena sebagian besar Bangladesh mengimpor barang konsumen daripada barang modal. Selain itu, penduduk Bangladesh memiliki dampak signifikan terhadap impor yang pada gilirannya menunjukkan bahwa Bangladesh tidak mampu menghasilkan barang-barang konsumsi yang memadai untuk memenuhi peningkatan permintaan yang dihasilkan dari pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini juga menunjukkan bahwa negara-negara mitra PDB memiliki dampak positif yang signifikan dan negara-negara mitra populasi memiliki dampak campuran pada impor dari Bangladesh.

Penelitian persamaan gravitasi selanjutnya dilakukan oleh Tulug (2010) penelitian ini menguji dengan menggunakan data panel dari 140 pengamatan selama periode 2000-2008. Ini menghasilkan spesifikasi yang memungkinkan untuk (i) respon pendapatan lebih fleksibel, (ii) daya saing suatu efek dengan umum dan komponen tertentu, dan (iii) alternatif dan konsisten ukuran keterpencilan. Ekstensi yang ditemukan menjadi faktor signifikan dalam menjelaskan intra-perdagangan Uni Eropa.

2.3 Kerangka Analisis

Perdagangan internasional merupakan hal yang penting dikarenakan dengan adanya perdagangan internasional akan menggerakkan variabel lainnya, pertumbuhan ekonomi meningkat dengan adanya penambahan devisa, pengangguran berkurang dengan adanya permintaan ekspor yang tinggi serta investasi meningkat dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal. Dalam perdagangan internasional ada tiga keunggulan yang harus dilihat suatu negara. Pertama, adalah keunggulan absolut keunggulan suatu negara mutlak menguasai perdagangan internasional karena memiliki daya saing yang lebih baik. Kedua, adalah keunggulan komparatif keunggulan suatu negara memegang peranan


(47)

penting dalam suatu perdagangan internasional karena negara tersebut memiliki biaya untuk komoditas suatu barang lebih murah dibandingkan negara lain. Ketiga, adalah keunggulan kompetitif keunggulan suatu negara dapat bersaing dengan negara lain karena empat faktor yaitu: kondisi faktor, kondisi kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif, serta kondisi persaingan, struktur dan strategi industri.

Salah satu ekspor yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah ekspor komoditas makanan olahan. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam melimpah, namun potensi ini belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah. Komoditas makanan olahan seringkali diekspor dalam bentuk bahan mentah sehingga Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah. Oleh karena itu perlu suatu analisis yang mampu melihat potensi dari komoditas makanan olahan. Potensi komoditas makanan olahan dapat dilihat dari dua sisi yakni potensi eksternal yang meliputi pangsa pasar dunia, pertumbuhan impor dunia dan tarif impor dunia. Selain itu dapat dilihat dari sisi internal yang meliputi nilai tambah industri, efisiensi aset dan penyerapan tenaga kerja. Metode untuk menganlisis potensi eksternal dan internal ini adalah dengan menggunakan Metode TPI (Trade Performnace Index) sehingga nantinya akan terlihat komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan Indonesia.

Komoditas unggulan makanan olahan Indonesia harus mampu bersaing dalam perdagangan internasional oleh karena itu harus dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain volume ekspor makanan olahan Indonesia, GDP negara importir, nilai tukar negara importir, serta jarak negara importir terhadap Indonesia. Hasil analisis ini bertujuan untuk pembuatan kebijakan pemerintah untuk membuat strategi kebijakan dalam rangka peningkatan ekspor.


(48)

Gambar 9 Kerangka Analisis

2.4 Hipotesis Penelitian

Dari teori-teori yang ada serta kerangka pemikiran yang terbentuk maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Volume ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor

Hal ini artinya bila terjadi peningkatan volume komoditas unggulan makanan olahan Indonesia menyebabkan kenaikan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia.

2. GDP Per Kapita Indonesia berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor

Hal ini artinya bila terjadi peningkatan GDP dari negara Indonesia menyebabkan penurunan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia.

3. GDP Per Kapita negara importir berpengaruh positif terhadap nilai ekspor

Komoditas Makanan Olahan Indonesia

Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia Analisis Trade Performance

Index (TPI)

1. Indeks Performa ekspor 2. Indeks Pasar Dunia 3. Indeks Suplai Domestik 4. Indeks Dampak Sosial

Ekonomi

Rekomendasi Kebijakan Untuk Meningkatkan Ekspor Komoditas

Unggulan Makanan Olahan Faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas

unggulan makanan olahan Indonesia

Analisis Deskriptif

Mengkaji Perkembangan Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia

Analisis Model Gravitasi dengan Data Panel Statis


(49)

Hal ini artinya bila terjadi peningkatan GDP dari negara importir menyebabkan peningkatan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia.

4. Jumlah penduduk negara importir berpengaruh positif terhadap nilai ekspor Hal ini artinya bila terjadi peningkatan jumlah penduduk dari negara importir menyebabkan peningkatan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia

5. Nilai tukar negara importir berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor

Hal ini artinya bila terjadi penurunan nilai tukar negara importir menyebabkan kenaikan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia.


(50)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun 2005-2009 yang berasal dari World Integrated Trade Solutions (WITS),

United Nations Commodity Trade Statistics Database (UNCOMTRADE). Selain itu digunakan pula data pendukung lain yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), World Bank, International Finance Statistics (IFS) serta berasal dari CEPII.

Tabel 5. Data yang Diperlukan

Data Sumber

Nilai ekspor – impor makanan olahan Indonesia Nilai ekspor – impor makanan olahan Dunia Tarif makanan olahan Dunia

Nilai tambah industri makanan olahan Indonesia Nilai aset makanan olahan Indonesia

Jumlah tenaga kerja makanan olahan Indonesia Volume ekspor makanan olahan Indonesia

GDP negara importir utama makanan olahan Indonesia Nilai tukar negara importir utama makanan olahan Indonesia terhadap US$

Jarak negara importir utama makanan olahan Indonesia terhadap Indonesia

WITS dan UNCOMTRADE WITS dan UNCOMTRADE WITS dan UNCOMTRADE BPS Indonesia

BPS Indonesia BPS Indonesia

WITS dan UNCOMTRADE World Bank

IFS

CEPII

Sumber: Data Peneliti

3.2 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan tiga metode analisis yakni metode Trade Performance Index, metode deskriptif dan model gravitasi dengan menggunakan metode data panel statis.

3.2.1. Metode Trade Performance Index

Untuk menentukan makanan olahan prioritas ekspor ditentukan dengan metode Trade Performance Index (TPI) yang berasal dari International Trade


(51)

Center (ITC). Analisis ini menggunakan metode indeks komposit dengan empat (4) indeks, yaitu indeks performa ekspor, indeks performa pasar dunia, indeks performa suplai domestik, dan indeks performa dampak sosial ekonomi. Indeks komoditas unggulan merupakan rataan dari keempat indeks tersebut. Adapun langkah – langkah untuk menentukan komoditas makanan olahan prioritas ekspor adalah sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan komoditas makanan olahan sesuai dengan klasifikasi utamanya.

2. Mengklasifikasikan komoditas makanan olahan ke dalam indeks performa, adapun untuk mencari indeks performa harus dicari terlebih dahulu indeks indikatornya. Indeks performa terdiri dari:

a. Indeks performa ekspor

Mengukur kinerja ekspor produk tahun terakhir analisis yang mencakup indikator nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009, pangsa pasar makanan olahan Indonesia tahun 2009, neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009, serta pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia selama periode 2005–2009.

b. Indeks performa pasar dunia

Mengukur permintaan komoditas makanan olahan di pasar dunia saat ini, yang mencakup indikator pertumbuhan permintaan makanan olahan dunia selama periode 2005-2009 dan tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009.

c. Indeks performa suplai domestik

Mengukur keadaan suplai makanan olahan di Indonesia, yang mencakup indikator nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009, efisiensi penggunaan asset makanan olahan di Indonesia serta efisiensi penyerapan tenaga kerja makanan olahan di Indonesia.

d. Indeks performa dampak sosial ekonomi

Mengukur penyerapan tenaga kerja untuk industri makanan olahan di Indonesia, adapun Indikator yang dinilai adalah kemampuan menyerap tenaga kerja.


(52)

Adapun penjelasan mengenai indikator indeks performa terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Indikator Indeks Performa

Indeks Performa Indikator

Indeks Performa Ekspor

Indeks Pasar Dunia

Indeks Suplai Domestik

Indeks Dampak Sosial Ekonomi

Nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009

Pangsa pasar makanan olahan Indonesia tahun 2009

Neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009

Pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2005 – 2009

Pertumbuhan impor makanan olahan dunia tahun 2005 – 2009

Tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009

Nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009

Efisiensi tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009

Efisiensi aset makanan olahan Indonesia tahun 2009

Penyerapan tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009

Sumber: International Trade Center, Peneliti

Dari tabel diatas untuk indeks performa ekspor, indikator nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009 dihitung berdasarkan total nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009 untuk setiap komoditasnya, untuk indikator pangsa pasar makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara ekspor makanan olahan yang dilakukan Indonesia dengan ekspor makanan olahan yang dilakukan oleh dunia, untuk indikator neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan neraca perdagangan dengan total ekspor dikurangi impor, untuk


(53)

pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2005-2009 dihitung berdasarkan total nilai ekspor makanan olahan Indonesia setiap tahunnya selama periode 2005-2009.

Selanjutnya untuk indeks performa pasar dunia, indikator pertumbuhan impor makanan olahan dunia tahun 2005-2009 dihitung berdasarkan total nilai impor makanan olahan dunia setiap tahunnya selama periode 2005-2009, untuk tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009 diperoleh dari hasil rata–rata tarif untuk setiap komoditas makanan olahan.

Untuk indeks suplai domestik, indikator nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009, untuk indikator Efisiensi tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara nilai tambah industri dengan total tenaga kerja, dan untuk indikator Efisiensi aset makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara nilai tambah industri dengan total asset komoditas.

Untuk indeks yang terakhir yakni indeks dampak sosial ekonomi, indikator penyerapan tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari total penyerapan tenaga kerja untuk setiap komoditas makanan olahan. Setelah seluruh indeks performa diketahui hal terakhir yang dilakukan adalah dengan menggunakan indeks komposit, dari indeks komposit inilah akan diketahui komoditas unggulan makanan olahan ekspor indonesia.

3. Langkah selanjutnya setelah mengklasifikasikan setiap komoditas makanan olahan dan mendapatkan data untuk indikator dari setiap indeks performa adalah menentukan nilai Indeks indikator untuk masing–masing komoditas makanan olahan, adapun rumus yang digunakan:

...(5)

Keterangan:

IIj = Indeks indikator ke-j (yang dicari indeknya)) It = Indeks tertinggi (yaitu 5)

Ir = Indeks terendah (yaitu 1) Nt = Nilai indikator tertinggi

Nr Nt

Ir It Nj Nt It


(54)

j IIj IP=

(

pi pi

)

piIPi piIPi

Ik

+ +

+ + =

.. ...

Nr = Nilai indikator terendah

Nj = Nilai indikator ke-j (yang dicari indeknya)

Untuk menentukan indeks dari masing–masing indikator rumus yang digunakan sama, indeks tertinggi dalam hal ini 5 dikurangi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan yang tertinggi dikurangi dengan nilai komoditas makanan olahan yang diteliti dikalikan dengan indeks tertinggi dikurangi indeks terendah dalam hal ini 4 dibagi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan tertinggi dikurangi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan terendah. Setelah mendapatkan nilai indikator langkah selanjutnya adalah menentukan nilai indeks performa.

4. Dalam menentukan nilai indeks performa digunakan rumus:

...(6)

Keterangan:

IP = Indeks performa IIj = Indeks indikator ke-j j = Jumlah indikator performa

Nilai indeks performa berasal dari jumlah nilai indeks indikator dibagi dengan jumlah indikatornya. Untuk indeks performa ekspor, nilai indeks indikator dibagi dengan 4. Untuk indeks pasar dunia, nilai indeks indikator dibagi dengan 2. Untuk indeks suplai domestik, nilai indeks indikator dibagi dengan 3 dan untuk indeks dampak sosial ekonomi, nilai indeks indikator dibagi dengan 1. Setelah mendapatkan nilai indeks performa untuk masing–masing komoditas, langkah selanjutnya adalah menentukan indeks komposit untuk masing – masing komoditas.

5. Untuk menentukan Indek komposit untuk masing-masing komoditas digunakan rumus:

...(7)

Keterangan:

Ik = Indek komposit IPi = Indek performa ke-i


(55)

i = Jumlah performa yang dipertimbangkan

Pemberian indeks komposit harus sesuai dengan tujuan yang ingin dilakukan, dalam penelitian ini pemberian indeks komposit sesuai dengan rencana strategis kementerian perdagangan Republik Indonesia tahun 2010–2014. Dimana pembangunan perdagangan periode 2010-2014 difokuskan untuk mencapai tiga misi utama, yaitu:

(1) Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas; (2) Menguatkan pasar dalam negeri; dan

(3) Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional (Renstra Kementerian Perdagangan RI, 2010).

Dari tiga misi utama ini, misi pertama adalah meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan misi pertama kementerian perdagangan adalah performa ekspor dan pasar dunia sehingga performa ekspor dan pasar dunia diberi angka pembobot 4 dan 3. Setelah itu misi kedua kementerian perdagangan adalah menguatkan pasar dalam negeri, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan penguatan pasar dalam negeri adalah suplai domestik sehingga suplai domestik diberi angka pembobot 2, serta untuk dampak sosial ekonomi diberi angka pembobot 1.

3.2.2 Metode Deskriptif

Metode deskriptif digunakan untuk mengkaji perkembangan ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia. Hasil dari komoditas unggulan makanan olahan Indonesia akan dilihat perkembangan ekspor ke 10 negara importir utama Indonesia. Ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia akan dibagi menjadi tiap sub komoditas makanan olahan yang merupakan komoditas unggulan Indonesia.

3.2.3 Model Gravitasi dengan Data Panel Statis

Pada tahun 1962, Jan Tinbergen memperkenalkan model gravitasi yang diadaptasi dari model gravitasi Sir Isaac Newton, model gravitasi Jan Tinbergen digunakan untuk menghitung arus perdagangan internasional. Adapun persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut (ARNet, 2008):


(56)

...(8)

Keterangan:

Fij = Arus dari tempat asal i ke tempat tujuan j, atau Fij adalah total interaksi antara negara i dan j

G = Konstanta, nilainya tergantung dari unit yang akan digunakan dalam perhitungan

Mi dan Mj = Variabel yang menggambarkan besarnya suatu negara, berdasarkan faktor ekonominya. Jika ingin mengukur arus uang (seperti nilai ekspor dan impor) maka variabel yang dapat digunakan adalah GDP. Jika ingin mengukur pergerakan tenaga kerja maka variabel yang dapat digunakan adalah populasi Dij = Jarak antar kedua negara

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model gravitasi untuk menganalisa faktor–faktor yang mempengaruhi komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia, alasan peneliti menggunakan model gravitasi karena model gravitasi mengukur interaksi antar negara yang berupa arus perdagangan internasional. Dalam penelitian ini interaksi antar negara yang diukur adalah nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia kepada negara importir utama makanan olahan Indonesia yakni Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam. Selain itu dalam model gravitasi, untuk mengukur interaksi antar negara digunakan variabel dependen GDP serta jarak antar negara. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

ln = ln EXPORTVOLUMEit + ln GDPCAPINDOit

ln GDPCAPIMP

+ it + ln POPit + ln XRATEit ln ECODISTANCE

+ it

Keterangan:

...(9)

= Nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia ke negara importir utama (Ribu US$/Kg);


(1)

Lampiran 20. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Black Tea

Fermented (090230)

Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 6.310574 (6,20) 0.0008 Cross-section Chi-square 35.057666 6 0.0000

Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0008 yang

berarti model terbaik adalah FEM.

Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:12

Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 7

Total panel (unbalanced) observations: 33 Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

VOLUME 1.559042 0.037893 41.14353 0.0000 GDPINDO 5.016048 1.509669 3.322614 0.0034 GDPCAPITA -8.293267 4.682686 -1.771049 0.0918 POPULATION -21.39947 9.813006 -2.180725 0.0413 XRATE 9.061868 1.630680 5.557110 0.0000 ECODISTANCE -6.646702 5.322653 -1.248757 0.2262 C 417.1090 247.0967 1.688040 0.1069

R-squared 0.992662 Mean dependent var 15.33565 Adjusted R-squared 0.988259 S.D. dependent var 7.194090 S.E. of regression 0.510420 Sum squared resid 5.210575 F-statistic 225.4538 Durbin-Watson stat 1.935730 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Lampiran 21. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Black

Tea Fermented (090240)

Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 1.714321 (9,23) 0.1427 Cross-section Chi-square 20.019297 9 0.0178

Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,1427 yang

berarti model terbaik adalah POLS.

Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:07

Sample: 2005 2009 Periods included: 5

Cross-sections included: 10

Total panel (unbalanced) observations: 39 Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

VOLUME 1.191659 0.157342 7.573677 0.0000 GDPCAPINDO -0.173160 0.391993 -0.441743 0.6616 GDPCAPIMP 0.677035 0.369327 1.833159 0.0761 POPULATION 0.097636 0.057444 1.699658 0.0989 XRATE -0.249068 0.130679 -1.905950 0.0657 ECODISTANCE 0.539292 0.355235 1.518128 0.1388 C -21.80098 7.959734 -2.738908 0.0100

R-squared 0.993183 Mean dependent var 41.58283 Adjusted R-squared 0.991905 S.D. dependent var 48.78662 S.E. of regression 0.657521 Sum squared resid 13.83467 F-statistic 777.0554 Durbin-Watson stat 1.005370 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Lampiran 22. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Coffea

Extracts Essences and Concetrates (210111)

Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2.549003 (8,30) 0.0300 Cross-section Chi-square 23.338595 8 0.0030

Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0300 yang

berarti model terbaik adalah FEM.

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 4.916656 6 0.5545

Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square =

0,5545 yang berarti model terbaik adalah REM.

Dependent Variable: EXPORTVALUE

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/26/12 Time: 11:09

Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 9

Total panel (balanced) observations: 45

Swamy and Arora estimator of component variances

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

VOLUME 0.974163 0.020460 47.61268 0.0000 GDPCAPINDO 1.089333 0.175628 6.202491 0.0000 GDPCAPIMP -0.460871 0.194447 -2.370167 0.0230 POPULATION -0.391163 0.091566 -4.271921 0.0001 XRATE -0.108484 0.033152 -3.272345 0.0023 ECODISTANCE -0.659342 0.160255 -4.114336 0.0002 C 6.484151 4.295545 1.509506 0.1394

R-squared 0.979686 Mean dependent var 5.967467 Adjusted R-squared 0.976478 S.D. dependent var 1.552660 S.E. of regression 0.238128 Sum squared resid 2.154781 F-statistic 305.4369 Durbin-Watson stat 2.229118 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Lampiran 23. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Fish Whole

or in Pieces (160414)

Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 1.503832 (8,26) 0.2040 Cross-section Chi-square 15.592139 8 0.0486

Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,2040 yang

berarti model terbaik adalah POLS.

Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:17

Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 9

Total panel (unbalanced) observations: 41 Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

VOLUME 1.166700 0.051069 22.84550 0.0000 GDPCAPINDO 0.581598 0.116852 4.977204 0.0000 GDPCAPIMP 0.047118 0.099588 0.473131 0.6391 POPULATION -0.169497 0.093446 -1.813848 0.0785 XRATE -0.041306 0.023502 -1.757517 0.0878 ECODISTANCE 0.008457 0.069143 0.122316 0.9034 C -10.96173 2.115131 -5.182527 0.0000

R-squared 0.995916 Mean dependent var 34.01879 Adjusted R-squared 0.995195 S.D. dependent var 22.84959 S.E. of regression 0.424840 Sum squared resid 6.136631 F-statistic 1381.709 Durbin-Watson stat 1.962668 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Lampiran 24. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crab

(160510)

Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 5.280571 (7,18) 0.0021 Cross-section Chi-square 35.721813 7 0.0000

Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0021 yang

berarti model terbaik adalah FEM.

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 9.883336 6 0.1297

Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square =

0,1297 yang berarti model terbaik adalah REM.

Dependent Variable: EXPORTVALUE

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/26/12 Time: 11:19

Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 8

Total panel (unbalanced) observations: 32

Swamy and Arora estimator of component variances

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

VOLUME 1.560171 0.288903 5.400325 0.0000 GDPCAPINDO -0.984103 0.264813 -3.716220 0.0010 GDPCAPIMP 0.432263 0.998849 0.432761 0.6689 POPULATION 0.002629 0.436982 0.006016 0.9952 XRATE 0.051396 0.254581 0.201883 0.8416 ECODISTANCE 1.067373 1.271869 0.839216 0.4093 C -25.03247 29.84287 -0.838809 0.4095

R-squared 0.854034 Mean dependent var 5.068105 Adjusted R-squared 0.819002 S.D. dependent var 2.506023 S.E. of regression 1.146904 Sum squared resid 32.88474 F-statistic 24.37884 Durbin-Watson stat 1.121320 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Lampiran 25. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Shrimps and

Prawns (160520)

Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 10.526403 (8,20) 0.0000 Cross-section Chi-square 57.774065 8 0.0000

Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0000 yang

berarti model terbaik adalah FEM.

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 63.145001 6 0.0000

Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square =

0,0000 yang berarti model terbaik adalah FEM.

Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel Least Squares Date: 09/26/12 Time: 11:15 Sample: 2005 2009

Periods included: 5 Cross-sections included: 9

Total panel (unbalanced) observations: 35

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

VOLUME 1.051625 0.121356 8.665617 0.0000 GDPINDO -0.875968 0.811304 -1.079704 0.2931 GDPCAPITA 1.449963 1.580325 0.917509 0.3698 POPULATION 8.160844 5.363389 1.521583 0.1438 XRATE 0.281717 0.519865 0.541903 0.5939 ECODISTANCE 1.955490 1.825433 1.071247 0.2968 C -182.8541 124.0069 -1.474548 0.1559

R-squared 0.988777 Mean dependent var 13.51978 Adjusted R-squared 0.980921 S.D. dependent var 2.961017 S.E. of regression 0.408996 Akaike info criterion 1.347304 Sum squared resid 3.345554 Schwarz criterion 2.013882 Log likelihood -8.577822 Hannan-Quinn criter. 1.577407 F-statistic 125.8616 Durbin-Watson stat 2.721510 Prob(F-statistic) 0.000000