GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Bogor

68

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Bogor

Secara geografis Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukota Cibinong. Kabupaten Bogor terletak antara 6,19 o – 6,47 o Lintang Selatan dan 106,1 o – 107,103 o Bujur Timur. Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah sebesar ± 2.237,09 Km 2 dan merupakan salah satu wilayah administratif terluas ke-6 di Propinsi Jawa Barat. Batas wilayah Kabupaten Bogor dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Depok 2. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Sukabumi 3. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak – Provinsi Banten 4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak – Provinsi Banten Berdasarkan jumlah penduduk menurut hasil sensus Badan Pusat Statistik tahun 2010 berjumlah 4.763.209 orang yaitu terdiri dari 2.446.251 penduduk laki- laki dan 2.316.958 penduduk perempuan. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor meningkat sebanyak 3 persen dari tahun sebelumnya. Kepadatan penduduk Kabupaten Bogor sekitar 1.589 jiwaKm 2 . Ketinggian tempat di Kabupaten Bogor berkisar dari 15 mdpl pada dataran di bagian utara hingga 2.500 mdpl pada puncak-puncak gunung di bagian selatan dengan monografi wilayah utara hingga selatan berturut-turut meliputi: 1. Dataran rendah 15-100 mdpl, sekitar 29,28 persen dari luas wilayah, 2. Dataran bergelombang 100-150 mdpl, sekitar 46,62 persen dari luas wilayah, 3. Pegunungan 500-1.000 mdpl, sekitar 19,53 persen dari luas wilayah, 4. Pegunungan tinggi 1000-1200 mdpl, sekitar 8,43 persen dari luas wilayah. 69 Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Bogor termasuk tipe A sangat basah untuk bagian selatan sedangkan bagian barat termasuk tipe B basah. Suhu udara berkisar antara 20 – 30 C, sementara suhu rata-rata tahunan sekitar 25 C. Curah hujan tahunan berkisar 2.500 – 5.000 mm tahun, kecuali sebagian kecil di bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta dengan Curah Hujan yang kurang dari 2.500 mm. Secara umum wilayah Kabupaten Bogor mempunyai kemiringan relatif ke arah utara. Sungai-sungai mengalir dari daerah pegunungan, pegunungan di bagian selatan ke arah utara yang meliputi 6 Daerah Aliran Sungai yaitu DAS Cidurian, Cimanceuri, Cisadane, Ciliwung, Bekasi dan Citarum khususnya DAS Cipamingkis dan Cibeet. Dengan demikian wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah hulu bagi wilayah-wilayah di sebelah utara Tangerang, Depok, DKI Jakarta dan Bekasi. Sungai-sungai pada masing-masing DAS tersebut mempunyai fungsi yang sangat strategis yaitu sebagai sumber air irigasi pertanian, perikanan, rumah tangga dan industri serta drainase utama wilayah. Selain itu, terdapat situ-situ yang berfungsi sebagai reservoar dalam peresapan air dan dapat juga dimanfaatkan usaha perikanan, penampungan air dan rekreasi.

5.2. Kondisi Wilayah Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong

Desa Ciburuy merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cigombong. Secara geografis Desa Ciburuy terletak pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, dimana desa ini berbatasan dengan beberapa desa yang juga termasuk dalam Kecamatan Cigombong. Batas wilayah Desa Ciburuy sebagai berikut: 70 1. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciadeg 2. Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cigombong 3. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisalada 4. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Srogol Jarak desa dengan ibukota kabupaten atau kota adalah 50 Km, lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor dapat ditempuh dengan waktu 2 jam. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor dapat ditempuh dengan waktu 24 jam. Jarak dengan ibukota provinsi adalah 165 Km. Lama jarak tempuh ke ibukota provinsi dengan kendaraan bermotor dapat ditempuh dengan waktu 12 jam. Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor dengan waktu 3x24 jam. Data pada bulan November tahun 2011 menunjukkan jumlah penduduk di Desa Ciburuy sebanyak 11.993 orang yang terdiri dari 2.458 kepala keluarga. Dari total jumlah peduduk tersebut diketahui sebanyak 6.129 orang berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebanyak 5.864 orang berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk yaitu berprofesi sebagai petani, yaitu sebanyak 1.416 orang 52,7 persen. Selanjutnya sebagai wirausahawan sebanyak 306 orang 11,39 persen, sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 24 orang 0,9 persen, sebagai karyawan swasta sebanyak 614 orang 22,85 persen, sebagai tukang ojek sebanyak 259 orang 9,64 persen, sebagai pengemudi sebanyak 30 orang 1,12 persen, sebagai dokter sebanyak dua orang 0,07 persen, sebagai bidan sebanyak dua orang 0,07 persen, dan sisanya sebagai paraji atau dukun sebanyak 34 orang 1,26 persen. 71 Tabel 8. Penggolongan Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian di Desa Ciburuy, Tahun 2011 Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase Petani 1.416 52,70 Wirausahawan 306 11,39 Pegawai Negeri Sipil 24 0,90 Karyawan Swasta 614 22,85 Tukang Ojek 259 9,64 Pengemudi 30 1,12 Dokter 2 0,07 Bidan 2 0,07 Parajidukun 34 1,26 Total 2.687 100 Sumber: Desa Ciburuy 2011 Sebagian besar penduduk Desa Ciburuy yang berprofesi di bidang pertanian merupakan pemilik lahan, yaitu berjumlah 920 orang 64,97 persen, sedangkan sisanya merupakan petani penggarap sebanyak 350 orang 24,72 persen dan buruh tani sebanyak 146 orang 10,31 persen. Pemilik lahan di Desa Ciburuy biasanya mempekerjakan orang lain untuk mengolah tanah lahan pertaniannya. Petani pemilik lahan yang luas biasanya dibantu oleh buruh tani dalam mengelola lahannya. Petani penggarap di Desa Ciburuy membagi hasil panennya dengan pemilik lahan sekitar 50:50 atau 60:40. Hal tersebut diartikan jika petani penggarap tersebut memperoleh panen 100 kuintal, maka yang akan didapatkan petani penggarap tersebut 60 kilogram dan pemilik lahan memperoleh 40 kilogram. Begitu juga sebaliknya dengan pembagian input seperti benih atau pun pupuk. Tabel 9. Penggolongan Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Desa Ciburuy Tahun 2011 Status Kepemilikan Lahan Jumlah orang Persentase Pemilik 920 64,97 Petani Penggarap 350 24,72 Buruh Tani 146 10,31 Total 1.416 100 Sumber: Desa Ciburuy 2011 Curah hujan di Desa Ciburuy pada tahun 2011 tercatat sebesar 23,1 milimeter per tahun dengan suhu rata-rata 30 derajat celcius. Desa Ciburuy 72 memiliki luas wilayah sebesar 160 hektar. Dari luas lahan sejumlah tersebut, 53 hektar diantaranya lahan sawah. Lahan sawah tersebut terdiri dari dua hektar sawah irigasi teknis, 30 hektar sebagai sawah irigasi sederhana, dan 21 hektar sawah tadah hujan. Hampir sebagian lahan sawah milik petani mengandalkan irigasi desa. Irigasi tersebut dikelola oleh salah seorang petani yang dipercaya dapat mengatur aliran air irigasi secara adil. Setiap petani yang mendapatkan air irigasi dikenakan distribusi yang jumlahnya tidak ditentukan dan dibayarkan ketika panen tiba. Hasil distribusi tersebut digunakan untuk perawatan saluran irigasi dan jasa petani yang mengatur aliran air irigasi tersebut.

5.3. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy, pemilihan dikarenakan pada desa tersebut telah mengusahakan padi semiorganik selama kurang lebih 10 tahun lamanya. Karakteristik responden yang dianggap penting dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman bertani organik, luas lahan, sumber modal, status kepemilkan sawah, status usahatani, dan varietas yang digunakan. Pemilihan karakteristik tersebut dianggap penting karena akan mempengaruhi pelaksanaan usahatani padi semiorganik terutama dalam melakukan teknik budidaya yang nantinya akan berpengaruh pada produksi yang dihasilkan petani tersebut.

5.3.1. Usia

Usia petani responden di Desa Ciburuy dibagi menjadi lima kelompok usia. Yaitu kurang dari 40 tahun, 40 sampai dengan 50 tahun, 51 sampai dengan 60 tahun, 61 sampai dengan 70 tahun, dan lebih dari 70 tahun. Usia petani responden di Desa Ciburuy mayoritas diantara 51 sampai 60 tahun, sebanyak 23 73 orang atau 38 persen. Umur yang paling tua dalam petani responden yaitu 90 tahun, sedangkan usia yang paling muda yaitu 28 tahun. Rata-rata umur responden 55,21 tahun. Tabel 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Aspek Usia Usia Jumlah Petani Persentase a 40 Tahun b 40 – 50 Tahun c 51 – 60 Tahun d 61 – 70 Tahun e 70 Tahun 3 27 26 16 6 3,8 34,6 33,4 20,5 7,7 Sumber: Data Primer 2012 Secara umum kondisi usia petani responden di Desa Ciburuy sudah tidak pada masa usia produktif. Hal ini berakibat mayoritas petani responden mempekerjakan buruh tani lainnya, sehingga akan mengakibatkan biaya tenaga kerja yang tinggi. Disisi lain, tingginya tingkat usia petani responden di Desa Ciburuy menunjukkan tingkat pengalaman yang tinggi juga, sehingga proses usahatani padi semiorganik dilakukan oleh petani yang sudah kompeten.

5.3.2. Tingkat Pendidikan

Petani responden di Desa Ciburuy mayoritas sudah lulus Sekolah Dasar SD sebanyak 45 orang atau 57,7 persen. Petani yang tidak lulus SD sebanyak 15 orang atau 19,2 persen. Diantara petani responden terdapat dua orang petani yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Petani yang lulus Sekolah Menengah Pertama SMP berjumlah 12 orang atau 15,4 persen. Petani yang lulus Sekolah Menengah Atas SMA sebanyak enam orang atau 7,7 persen. Tabel 11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase a Tidak Lulus SD b Lulus SD c Lulus SMP d Lulus SMA 15 45 12 6 19,2 57,7 15,4 7,7 Sumber: Data Primer 2012 74 Tingkat pendidikan petani responden berpengaruh terhadap tingkat penyerapan ilmu dan teknologi baru, khususnya dalam pengelolaan padi semiorganik. Semakin lama tingkat pendidikan petani, maka semakin mudah petani dalam memahami dan mengerti pengelolaan padi semiorganik.

5.3.3. Pengalaman Bertani Dengan Sistem Semiorganik

Pengalaman petani dalam menjalankan sistem padi semiorganik akan mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam budidaya padi semiorganik. Pada Tabel 12 menjelaskan bahwa mayoritas petani sudah berpengalaman dalam usahatani padi semiorganik selama enam sampai dengan sembilan tahun, sebanyak 53 orang atau 68 persen. Tabel 12. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani Dengan Sistem Semiorganik Pengalaman Bertani Jumlah Petani Persentase a 2 – 5 Tahun b 6 – 9 Tahun c 9 Tahun 21 53 4 27 68 5 Sumber: Data Primer 2012 Hal ini mengindikasikan bahwa sistem usahatani padi semiorganik sudah cukup lama dilakukan oleh para petani di Desa Ciburuy. Semakin lama pengalaman petani dalam usahatani padi semiorganik, maka pengetahuan petani dalam memahami usahatani padi semiorganik semakin tinggi.

5.3.4. Luas Lahan

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui luas areal rata-rata usahatani padi semiorganik ini secara keseluruhan adalah seluas 0,46 hektar. Mayoritas petani responden memiliki luasan areal usahatani padi semiorganik seluas 0,2 sampai dengan 0,4 hektar sebanyak 31 orang atau 52 persen. Luas lahan yang paling sempit yang diusahakan oleh responden yaitu 0,075 hektar, sedangkan luas lahan yang paling besar yang diusahakan oleh responden yaitu empat hektar. 75 Tabel 13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Luas Lahan Jumlah Petani Persentase a 0.2 Ha b 0.2 – 0.4 Ha c 0.5 – 1 Ha d 1 Ha 7 41 28 2 9 52,6 35,9 2,5 Sumber: Data Primer 2012 Hampir sebagian besar petani responden memiliki luas lahan yang sempit atau bisa dikatakan sebagai petani gurem. Hal tersebut dicirikan dengan kepemilikan luas lahan yang kurang dari 0,5 hektar. Hasil panen petani gurem biasanya dikonsumsi pribadi petani tersebut.

5.3.5. Sumber Modal

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa mayoritas petani responden mendapatkan modal dari koperasi Lisung Kiwari sebanyak 44 orang atau 56,4 persen. Kemudian sebanyak 33 orang atau 42,3 persen dari modal sendiri. Lalu sebanyak satu orang atau 1,3 persen mendapatkan modal dari pemilik lahan. Tabel 14. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Sumber Modal Sumber Modal Jumlah Petani Persentase a Koperasi b Pemilik c Sendiri 44 1 33 56,4 1,3 42,3 Sumber: Data Primer 2012 Desa Ciburuy memiliki sebuah koperasi yang bernama Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari. Mayoritas petani yang kesulitan modal meminjam dari koperasi ini. Salah satu syaratnya adalah menjadi anggota koperasi dan Gapoktan Silih Asih. Petani yang bermodalkan sendiri biasanya memiliki pekerjaan sampingan selain bertani, misal sebagai pedagang kebutuhan pokok sehari-hari. Untuk petani yang bermodal dari pemilik lahan, petani tersebut tergolong kedalam petani penggarap, dimana hal tersebut menjadi kesepakatan bersama. 76

5.3.6. Status Kepemilikan Lahan

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa mayoritas petani responden sebanyak 43 orang atau 55,2 persen adalah petani penggarap lahan. Petani pemilik sebanyak 15 orang atau 19,2 persen dan petani penyewa lahan sebanyak 20 orang atau 25,6 persen. Tabel 15. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Status Kepemilikan Lahan Jumlah Petani Persentase a Pemilik b Sewa c Bagi Hasil 15 20 43 19,2 25,6 55,2 Sumber: Data Primer 2012 Sistem bagi hasil yang diterapkan di Desa Ciburuy ada dua jenis, yaitu 50:50 dan 60:40. Sistem bagi hasil 50:50 maksudnya adalah pemilik dan penggarap mendapatkan masing-masing 50 persen dari hasil panen dan biaya input ditanggung oleh pemilik sebesar 50 persen dan penggarap menanggung biaya input sebesar 50 persen. Begitu juga dengan sistem bagi hasil 60:40. Untuk sistem petani sewa lahan, harga sewa lahan relatif berbeda-beda. Hal tersebut bisa disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah yang berbeda, kontur tanah, dan akses jalan. Biasanya petani menyewa dalam jangka waktu tahunan.

5.3.7. Status Usahatani

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa mayoritas petani responden menjadikan usahatani padi semiorganik sebagai penghasilan utama, yaitu sebanyak 43 orang atau 55,2 persen. Sebanyak 35 orang atau 44,8 persen petani responden menjadikan usahatani padi semiorganik sebagai pekerjaan sampingan. Tabel 16. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Usahatani Status Usahatani Jumlah Petani Persentase a Utama b Sampingan 43 35 55,2 44,8 Sumber: Data Primer 2012 77 Banyak petani responden yang menggantungkan kehidupannya dari bertani, khususnya bertani padi semiorganik. Hal tersebut terlihat dari petani responden yang menjadi bertani padi semiorganik sebagai penghasilan utama. Petani responden yang menjadikan usahatani padi semiorganik sebagai utama atau pun sampingan memiliki pekerjaan lain, misalnya memelihara domba, pedagang asongan, buruh bangunan, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari petani.

5.3.8. Varietas Benih yang Digunakan

Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa varietas yang banyak digunakan oleh petani di lokasi penelitian adalah Inpari Inhibrida Padi Irigasi, sebanyak 33 orang petani atau sekitar 42,3 persen. Inpari yang digunakan adalah Inpari 4, Inpari 9, Inpari 10, dan Inpari 13. Tabel 17. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Varietas yang Digunakan Varietas Benih yang Digunakan Jumlah Petani Persentase a Ciherang 18 23,1 b Inpari 33 42,3 c IR 64 14 18 d Pandan Wangi 10 12,8 e Lainnya 3 3,8 Sumber: Data Primer 2012 Penggunaan varietas benih yang berbeda-beda akan mempengaruhi hasil panen, dikarenakan suatu lahan sawah tertentu hanya akan cocok dengan varietas benih tertentu saja. Sehingga penting diperhatikan penggunaan varietas yang tepat oleh petani untuk lahan tertentu di lokasi penelitian. 78

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI PADI SEMIORGANIK BERDASARKAN