Analisis Sensitivitas Dampak Kebijakan Pemerintah

65 maka yang terjadi adalah kebijakan pemerintah membuat keuntungan yang diterima oleh produsen lebih kecil bila dibandingkan tidak ada kebijakan, dan sebaliknya apabila PC bernilai negatif. Koefisisien keuntungan dirumuskan: 4 Nilai Rasio Subsidi bagi Produsen Subsidy Ratio to Producer SRP Menunjukkan tingkat penambahan dan pengurangan penerimaan karena adanya kebijakan pemerintah. SRP yang bernilai negatif SRP lebih kecil dari nol berarti kebijakan pemerintah menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya sosial untuk berproduksi. SRP dirumuskan:

4.5. Analisis Sensitivitas

Setelah dilakukan analisis PAM maka perlu dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat bagaimana hasil analisis suatu aktivitas ekonomi bila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Suatu analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu indikator atau mengkombinasikan indikator-indikator dan menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis semula. Indikator analisis sensitivitas berupa kenaikan harga pupuk anorganik, tingkat produksi output, dan harga penjualan output padi semiorganik. Indikator tersebut dianggap sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat penerimaan dan pendapatan petani yang dikaitkan dengan keunggulan komparatif dan kompetitif pada usahatani padi semiorganik ini. Pendekatan analisis sensitivitas dilakukan PC = SRP = 66 dengan cara membuat nilai PCR mendekati nilai satu. Nilai PCR dijadikan dasar dalam analisis sensitivitas dikarenakan nilai PCR menggunakan harga aktual kondisi lapang atau harga privat. Hasil analisis sensitivitas akan menunjukkan seberapa besar respon usahatani padi semiorganik terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif akibat adanya perubahan indikator analisis sensitvitas. Berikut analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini: 1. Analisis sensitivitas keunggulan komparatif dan kompetitif dengan asumsi jika terjadi penurunan jumlah output, dengan faktor lainnya dianggap tetap ceteris paribus . Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara langsung kepada petani, bahwa penurunan jumlah output disebabkan apabila terjadi serangan hama atau gangguan cuaca pada usahatani padi semiorganik ini. Selain itu peneliti ingin melihat sampai sejauh mana penurunan jumlah output mempengaruhi keunggulan komparatif dan kompetitif atau sampai sejauh mana perubahan penurunan jumlah output hingga mendekati nilai PCR sama dengan satu. 2. Analisis sensitivitas keunggulan komparatif dan kompetitif dengan asumsi jika terjadi kenaikan harga pupuk anorganik pada setiap kategori petani padi semiorganik. Perubahan pada harga pupuk urea berdasarkan ketetapan peraturan menteri pertanian no 87permentanSR.1302011 17 yaitu sebesar 12,5 persen, sedangkan untuk peningkatan harga pupuk lainnya berdasarkan wawancara petani dan kondisi lapang. 3. Analisis sensitivitas keunggulan komparatif dan kompetitif dengan asumsi jika terjadi penurunan harga jual output, dengan asumsi faktor lainnya dianggap tetap ceteris paribus. Hal tersebut berdasarkan data yang dikumpulkan di 17 http:www.bisnis.comarticleskenaikan-harga-pupuk-urea-tak-bebankan-petani diakses pada tanggal 1 Sepetember 2012 67 tingkat petani, dan melihat sampai sejauh mana penurunan harga jual output mendekati dan mempengaruhi keunggulan komparatif dan kompetitif atau sampai sejauh mana perubahan penurunan harga jual output hingga mendekati nilai PCR sama dengan satu. 4. Analisis sensitivitas gabungan yaitu dengan menggabungkan kondisi pada saat terjadi penurunan jumlah output, diikuti dengan kenaikan harga pupuk anorganik, serta adanya penurunan harga jual output. Hal tersebut perlu dilakukan untuk melihat kepekaan usahatani padi semiorganik terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif pada kondisi yang tidak menguntungkan bagi petani. 68

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Bogor

Secara geografis Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukota Cibinong. Kabupaten Bogor terletak antara 6,19 o – 6,47 o Lintang Selatan dan 106,1 o – 107,103 o Bujur Timur. Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah sebesar ± 2.237,09 Km 2 dan merupakan salah satu wilayah administratif terluas ke-6 di Propinsi Jawa Barat. Batas wilayah Kabupaten Bogor dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Depok 2. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Sukabumi 3. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak – Provinsi Banten 4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak – Provinsi Banten Berdasarkan jumlah penduduk menurut hasil sensus Badan Pusat Statistik tahun 2010 berjumlah 4.763.209 orang yaitu terdiri dari 2.446.251 penduduk laki- laki dan 2.316.958 penduduk perempuan. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor meningkat sebanyak 3 persen dari tahun sebelumnya. Kepadatan penduduk Kabupaten Bogor sekitar 1.589 jiwaKm 2 . Ketinggian tempat di Kabupaten Bogor berkisar dari 15 mdpl pada dataran di bagian utara hingga 2.500 mdpl pada puncak-puncak gunung di bagian selatan dengan monografi wilayah utara hingga selatan berturut-turut meliputi: 1. Dataran rendah 15-100 mdpl, sekitar 29,28 persen dari luas wilayah, 2. Dataran bergelombang 100-150 mdpl, sekitar 46,62 persen dari luas wilayah, 3. Pegunungan 500-1.000 mdpl, sekitar 19,53 persen dari luas wilayah, 4. Pegunungan tinggi 1000-1200 mdpl, sekitar 8,43 persen dari luas wilayah.