TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

Melihat perkembangan dunia pangan, dimana para konsumen lebih memilih menggunakan produk-produk hasil pertanian organik. Hal ini didukung dengan potensi pengembangan pertanian organik di Indonesia yang terbuka lebar. Untuk mengetahui mengenai pertanian organik lebih lanjut, maka tinjauan pustaka pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1. Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis 7 . Menurut Riyanto 2005, pertanian organik pada dasarnya merupakan sistem pertanian yang dijalankan nenek moyang kita dulu sebelum penemuan banyak bahan-bahan pertanian buatan diciptakan. Teknologi ramah lingkungan ini sendiri merupakan cerminan penghargaan tinggi masyarakat dulu pada alam yang memberikan mereka penghidupan yang artinya harus dijaga, dihormati, dan digunakan secara bijaksana. Menurut Las et al. 2006, berdasarkan pengembangan pertanian organik dan penggunaan pupuk organik dibedakan atas dua pemahaman umum. Pertama, pertanian organik “absolut” POA sebagai sistem pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia anorganik, hanya menggunakan bahan alami berupa bahan organik atau pupuk organik. Sasaran utamanya adalah menghasilkan produk dan lingkungan tanah dan air yang bersih dan sehat ecolabeling attributes . Kedua, pertanian organik “rasional” POR atau pertanian semiorganik 7 http:www.litbang.deptan.go.idberitaone17 diakses pada tanggal 7 April 2012 12 sebagai sistem pertanian yang menggunakan bahan organik sebagai salah satu masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dan suplemen pupuk buatan kimia anorganik. Pestisida dan herbisida digunakan secara selektif dan terbatas, atau menggunakan biopeptisida. Landasan utamanya adalah sistem pertanian modern yang mengutamakan produktivitas, efisiensi sistem produksi, keamanan, serta kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut Daryanto dalam Winangun 2005, pertanian organik merupakan sistem dengan ciri utama bekerja selaras dengan alam untuk mencukupi kebutuhan pangan sehat bagi umat manusia. Pertanian organik dirancang menjadi sebuah sistem usahatani yang mengikuti prinsip-prinsip alam dalam membangun keseimbangan agroekosistem agar bermanfaat bagi tanah, air, udara, tanaman, dan seluruh makhluk hidup yg ada termasuk organisme pengganggu serta menyediakan bahan pangan yang sehat untuk manusia. Menurut dokumen BSN SNI 01-6729-2002 dalam Saragih 2008, pertanian organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai standar produksi organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi resmi. Standar yang dimaksud adalah standar proses produksi. Untuk mendapatkan sertifikat organik tidaklah mudah. Oleh karena itu pemerintah Indonesia menetapkan draft empat jenis label yang menggambarkan tingkat keorganikan dari suatu sistem produksi. Label-label tersebut adalah sebagai berikut: 1. Label biru; label ini mengindikasikan bahwa proses produksi yang dilakukan sudah bebas dari pestisida sintetik. 13 2. Label kuning; label ini mengindikasikan bahwa proses produksi sedang mengalami masa transisi dari cara bertani yang selama ini menggunakan bahan kimia sintetik ke cara bertani yang tidak menggunakan sama sekali bahan kimia sintetik. 3. Label hijau organik; label ini mengindikasikan bahwa proses produksi sudah setara dengan standar SNI. 4. Label hijau organically grown; label ini mengindikasikan produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya.

2.1.2. Kendala Pertanian Organik

Menurut Susanto 2002, petanian organik masih sering dianggap sebagai pertanian yang memerlukan biaya mahal, tenaga kerja yang banyak, kembali pada sistem tradisional, serta hasil produksi yang rendah. Pemahaman tersebut adalah keliru yang sering dinilai oleh masyarakat maupun petani. Beberapa kendala mengenai pertanian organik, yaitu ketersediaan bahan organik terbatas dan takarannya harus banyak, menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik, dan tidak adanya nilai tambah dari harga produk pertanian organik.

2.1.3. Tujuan Pertanian Organik

Menurut IFOAM International Federation of Organic Agriculture Movements dalam Winangun 2005, tujuan yang hendak dicapai dari pertanian organik antara lain: 1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah cukup 14 2. Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada. 3. Mendorong serta meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasa renik,tanah, flora, dan fauna. 4. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan. 5. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaharui yang berasal dari sistem usaha tani itu sendiri. 6. Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik di dalam maupun di luar usaha tani. 7. Menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan perilakunya yang hakiki. 8. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian. 9. Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan. 10. Mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kegiatan usaha tani terhadap kondisi fisik dan sosial.

2.1.4. Kegunaan Pertanian Organik

Menurut Susanto 2002, kegunaan pertanian organik pada dasarnya adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pertanian organik dapat menghemat penggunaan hara tanah, sehingga dapat memperpanjang umur produktif tanah. Selain itu, pertanian organik juga dapat memelihara ekosistem tanah karena tidak membahayakan flora dan fauna tanah, bahkan dapat menyehatkannya. Serta 15 pertanian organik tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran sumberdaya air, karena zat-zat kimia yang terkandung berkadar rendah dan berbentuk senyawa yang mudah larut.

2.2. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan salah satu bahan organik penyusun dalam usahatani padi semiorganik di Desa Ciburuy. Pada tinjauan pustaka dapat dilihat pengertian pupuk organik, dan macam-macam pupuk organik.

2.2.1. Pengertian Pupuk Organik

Menurut Yuliarti 2009 pupuk organik merupakan hasil akhir dari peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa serasah tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, tepung tulang dan lain sebagainya. Pupuk organik dapat menggemburkan lapisan permukaan tanah top soil , meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang oleh karenanya kesuburan tanah menjadi meningkat. Agar disebut pupuk organik, pupuk yang dibuat dari bahan alami itu harus memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya : 1. Zat N atau zat lemasnya harus terdapat dalam bentuk senyawa organik yang dapat dengan mudah diserap oleh tanaman. 2. Pupuk tersebut tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah. 3. Pupuk tersebut mempunyai kadar senyawa C organik yang tinggi seperti hidrat arang. Menurut Sutanto 2002, pengertian lain pupuk organik adalah bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan sangat 16 bervariasi, misalkan unsur nitrogen N, fosfor P, dan kalium K tetapi juga mengandung unsur mikro esensial lainnya. Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik antara lain: i kandungan unsur hara rendah dan sangat bervariasi, ii penyediaan hara terjadi secara lambat, iii menyediakan hara dalam jumlah terbatas. Menurut International Organization for Standardization ISO bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau bahan karbon, pada umumnya berasal dari tumbuhan danatau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang berasal dari tumbuhan danatau hewan. Menurut Asociation of America Plant Food Control Officials AAPFCO mendefinisikan pupuk organik sebagai pupuk yang mengandung karbon sebagai komponen esensial tetapi tidak dalam bentuk karbonat dan istilah tersebut sebetulnya juga berasal dari senyawa karbon yang dikandung organism termasuk senyawa karbon sintetik.

2.2.2. Macam-Macam Pupuk Organik

Pupuk organik terbuat dari berbagai macam bahan, seperti sampah organik sayur-sayuran, kotoran hewan ternak, serta bahan-bahan organik lainnya. Pada dasarnya pupuk organik dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu Yuliarti, 2009: 1. Pupuk Kandang Pupuk kandang dibedakan menjadi pupuk kandang yang segar dan pupuk kandang yang busuk. Pupuk kandang segar merupakan kotoran hewan yang baru saja keluar dari tubuh hewan. Sedangkan pupuk kandang busuk merupakan pupuk kandang yang telah lama disimpan di suatu tempat sehingga mengalami pembusukan. 17 2. Pupuk Hijau Pupuk hijau dibuat dari tanaman atau bagian tanaman yang masih muda, kemudian dibenamkan ke dalam tanah dengan maksud agar dapat meningkatkan ketersediaan bahan organik dan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 3. Kompos Kompos merupakan hasil akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman atau bangkai binatang. Ciri-ciri kompos yang baik adalah berwarna coklat, berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau daun lapuk. Menurut Djuarnani 2005, pupuk organik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pupuk anorganik. Berikut ini merupakan beberapa perbedaan antara pupuk organik kompos dan pupuk anorganik: Tabel 4. Perbedaan Sifat Pupuk Organik Kompos dan Pupuk Anorganik No Sifat Pupuk Organik atau Kompos Sifat Pupuk Anorganik 1. Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap walaupun jumlahnya sedikit. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara tetapi dalam jumlah banyak. 2. Dapat memperbaiki struktur tanah. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah tetapi justru penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras. 3. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit. Sumber: Djuarnani 2005 2.3. Pestisida 2.3.1. Pengertian Pestisida Menurut Kardinan 2002, secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan atau perkembangan, tingkah 18 laku, perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormone, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi Organisme Pengganggu Tanaman OPT. Menurut tata bahasa pestisida inggris: pesticide secara harfiah berarti pembunuh hama pest: hama; cide : membunuh, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 71993, pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk: 1. Mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil pertanian; 2. Mengendalikan rerumputan; 3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan; 4. Mengendalikan atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak; 5. Mengendalikan hama-hama air; 6. Mengendalikan atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air.

2.3.2. Jenis-Jenis Pestisida

Berdasarkan kegunaannya, Ekha 1991, pestisida dibedakan menjadi : 1. Insektisida, yaitu zat atau senyawa kimia yang digunakan untuk mematikan atau membarantas serangga. 2. Acarisida, yaitu untuk memberantas tungau. 3. Nematosida, yaitu obat untuk memberantas cacing nematoda. 4. Fungisida, yaitu obat pembarentas jamur atau cendawan. 19 5. Herbisida, yaitu obat pemberantas rumput dan gulma. 6. Ovisida, yaitu obat pemberantas telur serangga. 7. Larvasida, yaitu obat pemberantas larva. 8. Rodentisida, yaitu obat pemberantas hewan perusak, pengerattikus. 9. Algisida, yaitu obat pembarantas algae. 10. Molluscisida, yaitu obat pemberantas hewan-hewan mollusca, seperti siput. Jika dilihat dari cara kerja pestisida dalam membunuh hama dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Racun perut Insektisida atau pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat, dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut. 2. Racun kontak Serangga yang mempunyai bagian mulut untuk menggigit dan mengambil makanannya dari bawah permukaan daun atau bagian tanaman lainnya dan tidak terkena racun yang disemprotkan atau ditebarkan pada permukaannya, harus dihadapi dengan racun kontak. Jenis ini membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran pernafasan. Racun jenis ini dapat digunakan dalam bentuk cairan atau tepung. 3. Racun gas Jenis racun yang disebut juga dengan fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan-ruangan tertutup. 20

2.3.3. Resiko Penggunaan Pestisida Pertanian

Meskipun sebelum diproduksi secara komersial telah menjalani pengujian yang sangat ketat perihal syarat-syarat keselamatannya, namun karena bersifat bioaktif, maka pestisida tetap merupakan racun Djojosumarto, 2008. Berikut merupakan keseluruhan resiko penggunaan pestisida dalam pertanian. 1. Resiko Bagi Keselamatan Pengguna Resiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sebagainya, seperti iritasi kulit. Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan pestisida, meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti dan meyakinkan, adalah kanker, gangguan syaraf, fungsi hati dan ginjal, gangguan pernapasan, keguguran, cacat pada bayi, dan sebagainya. 2. Resiko Bagi Konsumen Resiko bagi konsumen adalah keracunan residu sisa-sisa pestisida yang terdapat dalam produk pertanian. Resiko bagi konsumen dapat berupa keracunan langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat rantai makanan. Meskipun bukan tidak mungkin konsumen menderita keracunan akut, tetapi resiko bagi konsumen umumnya 21 dalam bentuk keracunan kronis, tidak segera terasa, dan dalam jangka panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan. 3. Resiko Bagi Lingkungan Resiko penggunaan pestisida terhadap lingkungan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut: a. Resiko bagi orang, hewan, atau tumbuhan yang berada ditempat, atau di sekitar tempat pestisida digunakan. Drift pestisida, misalnya, dapat terbang oleh angin dan mengenai orang yang kebetulan lewat. Pestisida dapat meracuni hewan ternak yang masuk ke kebun yang sudah disemprot pestisida. b. Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan tanah, udara, dan air dengan segala akibatnya, misalnya kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami, penyederhanaan keanekaragaman hayati, dan sebagainya. c. Khusus pada lingkungan pertanian agroekosistem, penggunaan pestisida pertanian dapat menyebabkan hal-hal berikut: 1 Menurunnya kepekaan hama, penyebab penyakit, dan gulma terhadap pestisida tertentu yang berpuncak pada kekebalan resistensi hama, penyakit, dan gulma terhadap pestisida. 2 Resurjensi hama, yakni fenomena meningkatnya serangan hama tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida. Mekanisme resurjensi ini belum diterangkan dengan jelas, tetapi dugaan mengarah pada menurunnya populasi musuh alami hama. 22 3 Timbulnya hama yang selama ini tidak penting. Timbulnya hama sekunder akibat aplikasi pestisida belum banyak diteliti di Indonesia. 4 Terbunuhnya musuh alami hama. 5 Perubahan flora, misalnya penggunaan herbisida secara terus menerus untuk mengendalikan gulma daun lebar akan merangsang perkembangan gulma daun sempit rumput. 6 Meracuni tanaman bila salah menggunakannya.

2.4. Gambaran Umum Beras

Menurut Dewi 2011, beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta penyosoh. Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya disebut beras pecah kulit, sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling. Tujuan penggilingan dan penyosohan beras adalah untuk memisahkan sekam, kulit ari, katul, dan lembaga dari endosperm beras, meningkatkan derajat putih dan kilap beras, menghilangkan kotoran dan benda asing, serta sedapat mungkin meminimalkan terjadinya beras patah pada produk akhir. Menurut Siregar 1981, sebagian bagian beras terbesar didominasi oleh pati sekitar 80-85 persen. Beras juga mengandung protein, vitamin terutama pada bagian aleuron, mineral, dan air. Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat, yaitu: 1. Amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang. 2. Amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket. Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna transparan atau tidak dan tekstur nasi lengket, lunak, keras, atau pera. 23 Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki kandungan amilosa melebihi 20 persen yang membuat butiran nasinya terpencar-pencar tidak berlekatan dan keras. Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, ini dikarenakan akibat perbedaan gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia. Macam dan warna beras dapat dikategorikan sebagai berikut 8 : 1. Beras putih yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20 persen, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20 persen. 2. Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. 3. Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam. 4. Ketan atau beras ketan, berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin. 5. Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam. Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak misalnya Cianjur Pandan wangi atau Rojolele. Bau ini disebabkan beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur secara genetik dan menjadi objek rekayasa genetika beras. 8 http:id.wikipedia.orgwikiBeras diakses pada tanggal 9 April 2012 24 Pada aspek pangan, beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia, khususnya Indonesia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam makanan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadikan tape. Selain itu, beras merupakan komponen penting bagi jamu beras kencur dan param. Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan air tajin. Dalam bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras lapisan aleuron, yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung bekatul rice bran. Bagian embrio juga diolah menjadi suplemen makanan dengan sebutan tepung mata beras. Kekurangan tiamin dapat mengganggu sistem saraf dan jantung, dalam keadaan berat dinamakan beri-beri, dengan gejala awal nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, kesemutan, jantung berdebar, dan refleks berkurang. Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah fosfor 243 mg per 100 gr bahan dan selenium. Selenium merupakan elemen kelumit trace element yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel hingga merusak membran tersebut, menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Menurut banyak pakar bahan ini memiliki potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain 25

2.5. Beras SAE Sehat, Aman, dan Enak

Beras sebagai makanan pokok utama orang Indonesia yang dikonsumsi sehari-hari berpotensi mengandung residu pestisida berbahaya. Menurut hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa sebagian beras yang dihasilkan Pantura- Jawa Barat telah tercemar lima jenis residu insektisida berbahaya, yaitu Kloriporifos, Lindan, Endosulfan, BPMC, dan karbofuran dengan residu yang telah melebihi batas aman. Residu pestisida kimia tersebut akan terakumulasikan di dalam tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pestisida yang terakumulasi akan menyebabkan beberapa penyakit, antara lain kanker, penurunan kesuburan, gangguan fungsi syaraf, kerusakan hati, ginjal, dan paru-paru. Beras “SAE” merupakan beras yang diproduksi dengan teknologi ramah lingkungan. Beras SAE Sehat Aman Enak dinyatakan bebas pestisida berdasarkan uji laboratorium BB BIOGEN BOGOR No. 080LBVII2006. Merek terdaftar No. DOO 2007005776 Dinas Kesehatan Bogor P-IRT No. 215320119. Beras SAE diproduksi dengan menggunakan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Beras SAE bebas residu pestisida golongan Organoklorin, Organophospate, Karbanet, dan Piretoid. Beras SAE memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki warna nasi yang putih, pulen, dan wangi.

2.6. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Kajian penelitian terdahulu dibagi menjadi dua, yaitu penelitian terdahulu mengenai keunggulan komparatif dan kompetitif serta penelitian terdahulu mengenai padi semiorganik. 26

2.6.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Keunggulan Komparatif Kompetitif

Mantau 2009 meneliti tentang analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung dan padi di Kabupaten Bolaang Mongondow Propinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas privat usahatani jagung dan padi masing-masing sebesar Rp 218.926 dan Rp 3.870.106, sedangkan profitabilitas sosial masing-masing sebesar Rp 3.045.938 dan Rp 3.446.567 per dua musim. Berdasarkan nilai PCR dapat dikemukakan bahwa usahatani jagung memerlukan 0,97 satuan untuk dapat bersaing dengan usahatani padi yang hanya memerlukan tambahan biaya faktor domestik pada harga privat sebesar 0,69 satuan. Nilai DRC usahatani jagung menunjukkan bahwa setiap US 1,00 yang dibutuhkan untuk mengimpor produk tersebut, hanya membutuhkan biaya domestik sebesar US 0,65, artinya untuk memenuhi kebutuhan domestik, maka komoditas jagung sebaiknya di produksi sendiri di Bolaang Mongondow dan tidak perlu didatangkan atau diimpor dari daerah atau negara lain. Demikian halnya dengan usahatani padi yang memiliki nilai DRC sebesar 0,68. Sehingga dapat dikemukakan bahwa kedua komoditas tersebut lebih menguntungkan diproduksi di dalam Kabupaten Bolaang Mongondow daripada mengimpornya. Septiyorini 2009 meneliti tentang analisis daya saing beras pandan wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengusahaan beras pandan wangi sertifikat dan non-sertifikat di Kabupaten Cianjur dapat memberikan keuntungan finansial dan ekonomi. Hal ini ditunjukkan dari nilai Keuntungan Privat KP dan Keuntungan Sosial KS bernilai positif. Pengusahaan beras pandan wangi sertifikat mempunyai nilai KP Rp 18.617.492 dan nilai KS Rp 33.449.761. Sedangkan pengusahaan beras 27 pandan wangi non sertifikat mempunyai nilai KP Rp 13.443.559 dan nilai KS sebesar Rp 24.550.192. Pengusahaan kedua beras pandan wangi tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Hal tersebut terlihat dari nilai Privat Cost Ratio PCR dan Domestic Resource Cost DRC yang kurang dari satu. Pengusahaan beras pandan wangi sertifikat mempunyai nilai PCR sebesar 0,32 dan nilai DRC sebesar 0,21. Sedangkan untuk beras panda wangi non- sertifikat mempunyai nilai PCR sebesar 0,34 dan nilai DRC sebesar 0,22. Astriana 2011 meneliti tentang analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jambu biji di Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, Jawa Barat. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa usahatani jambu biji di Kecamatan Tanah Sereal memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Hal ini terlihat dari nilai PP keuntungan privat sebesar 13.333.154 RpHa dan SP keuntungan sosial sebesar 29.556.434 RpHa. Selain itu terlihat dari PCR Rasio Biaya Privat sebesar 0,488 kurang dari satu dan DRC Biaya Sumberdaya Domestik sebesar 0,254 kurang dari satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan usahatani jambu biji pada tahun 2009 belum memberikan insentif kepada petani jambu biji di Kecamatan Tanah Sereal. Mastuti 2011 meneliti tentang analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usaha pembenihan ikan patin siam di perusahaan Deddy Fish Farm. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan patin Deddy Fish Farm memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik pada tahun 2008 dan 2009. Hal ini terlihat dari keuntungan privat PP pada tahun 2008 sebesar Rp 64.494.080 dan pada tahun 2009 sebesar Rp 53.264.680 yang bernilai 28 positif. Lalu pada keuntungan sosial SP pada tahun 2008 sebesar Rp 61.991.489 dan pada tahun 2009 sebesar Rp 57.633.122 yang berniali positif. Selain itu terlihat dari rasio biaya privat PCR pada tahun 2008 sebesar 0,548 dan tahun 2009 sebesar 0,597 yang kurang dari satu. Kemudian untuk nilai biaya sumberdaya domestic DRC pada tahun 2008 sebesar 0,567 dan tahun 2009 sebesar 0,572 yang kurang dari satu. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah berjalan efektif sehingga keunggulan kompetitif lebih tinggi daripada keunggulan komparatif.

2.6.2. Penelitian Terdahulu Mengenai Padi Semiorganik

Gultom 2011 meneliti tentang analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat studi kasus: Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong, Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani padi sehat ini menguntungkan dan layak diusahakan. Hal ini ditunjukkan dari pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp 2.405.039,56 dgn RC biaya tunai dan RC biaya total sebesar 2,10 dan 1,22. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi adalah pupuk kompos, pupuk urea, pupuk phonska, pestisida nabati, sedangkan faktor produksi benih dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata baik pada selang kepercayaan 85 persen dan 95 persen. Sari 2011 meneliti tentang analisis ekonomi usahatani padi semiorganik dan anorganik pada petani penggarap studi kasus: Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani padi semiorganik lebih layak dijalankan dibandingkan anorganik karena menghasilkan NPV dan gross BC ratio yang 29 lebih tinggi. Total biaya rata-rata per hektar dan per kilogram output per musim tanam usahatani padi semiorganik lebih tinggi dibandingkan usahatani padi anorganik, biaya tertinggi untuk kedua usahatani yaitu bagi hasil. Pendapatan rata- rata dan RC ratio yang dihasilkan menyimpulkan bahwa usahatani padi semi organik akan menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik, maka usahatani padi semi organik lebih menguntungkan untuk dijalankan. Hasil uji nilai tengah dengan SPSS 16 pada pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik menyatakan bahwa pendapatan kedua usahatani berbeda nyata secara statistik. Analisis regresi logistik mengenai faktor-faktor yang mendorong petani untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia diperoleh hasil bahwa yang secara nyata mempengaruhi keputusan adalah informasi pada taraf nyata lima persen. Sedangkan, variabel yang tidak signifikan yaitu pendidikan, luas lahan, umur, pendapatan, dan biaya pupuk. Penelitian ini memiliki persamaan dan juga perbedaan dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Mantau 2009, Septiyorini 2009, Astriana 2011, dan Mastuti 2011 adalah metode pengolahan data menggunakan Policy Analysis Matrix PAM untuk melihat keunggulan komparatif dan kompetitif serta dampak kebijakan pemerintah pada suatu usahatani. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gultom 2011 adalah metode pengolahan menggunakan analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, dengan bantuan software Microsoft Excel dan Minitab versi 14 for windows. Perbedaan dengan penelitian Sari 2011 adalah menggunakan metode pengolahan analisis kelayakan usahatani, analisis pendapatan, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani 30 dengan bantuan sofwate Microsoft Excel, SPSS 16, dan Minitab Release 14. Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usahatani Padi Semiorganik di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor” dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan Mantau 2009 Metode pengolahan data menggunakan PAM, melihat dampak kebijakan pemerintah, komoditas yang diteliti yaitu padi. Pemilihan lokasi penelitian Septiyorini 2009 Metode pengolahan data menggunakan PAM, dan melihat dampak kebijakan pemerintah, komoditas yang diteliti yaitu beras. Pemilihan lokasi penelitian Astriana 2011 Metode pengolahan data menggunakan PAM, dan melihat dampak kebijakan pemerintah Komoditas yang diteliti, pemilihan lokasi penelitian Mastuti 2011 Metode pengolahan data menggunakan PAM, dan melihat dampak kebijakan pemerintah Komoditas yang diteliti, pemilihan lokasi penelitian Gultom 2011 Komoditas yang diteliti, pemilihan lokasi penelitian Metode yang digunakan, yaitu analisis pendapatan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi suatu usahatani, dengan bantuan software Minitab 14 Sari 2011 Komoditas yang diteliti, pemilihan lokasi penelitian Metode yang digunakan yaitu analisis kelayakan usahatani, analisis pendapatan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi, dengan bantuan software SPSS 16 dan Minitab 14 31

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.