Analisis Terhadap Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pembiayaan
75
Kedua, karena distribusi penyebaran produk hanya terpusat pada nasabah yang memiliki track record yang baik, bank umumnya tidak ingin mengalami
kerugian di kemudian hari. Para pengusaha yang menjadi mitra hanya sebatas berasal dari informasi teman semata atau memang nasabah yang memang
membutuhkan skim pembiayaan ini dengan mendatangi kantor BSM Cabang Pembantu Jatinegara Timur, padahal produk ini cocok untuk usaha tradding
perdagangan khususnya bagi para pedagang kelas menengah yang memiliki perputaran dana usaha yang cepat, namun BSM Cabang Pembantu Jatinegara
Timur belum menyentuh sektor tersebut. Ketiga, moral hazard nasabah menyebabkan bank sulit untuk mewujudkan
realisasi sesuai dengan target, dalam pembiyaan ini nasabah bebas untuk mengambil dana sesuai dengan keinginan tanpa adanya kontrol dari pihak
bank kontrolnya susah, sehingga adanya moral hazard dari nasabah, kecuali memang nasabah yang memiliki integritas tinggi, jujur, serta kompeten
sehingga kemungkinan terjadinya moral hazard kecil terjadi. Bank tidak mungkin akan bisa mewujudkan target pembiayaan sementara adanya moral
hazard dari nasabah sebelumnya yang sudah menggunakan skim pembiayaan ini lebih dahulu, karena bank juga tidak ingin mengalami kerugian yang lebih
besar. Keempat, pembiayaan produk dana berputar memiliki risiko yang sangat
tinggi bagi BSM Cabang Pembantu Jatinegara Timur dan karena alasan kehati-hatian prudential sehingga BSM Cabang Pembantu Jatinegara Timur
lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan dengan skema bagi hasil, khususnya produk pembiayaan dana berputar karena dalam pembiayaan ini
76
nasabah bebas dalam menarik dana pembiayaan tanpa adanya kontrol secara khusus dari bank. Setiap bulannya bank hanya mendapat bagi hasil nya saja
sementara pokok pembiayaan di bayar pada saat jangka waktu pelunasan yaitu sekitar satu tahun.
Kelima, karena adanya side streaming dari nasabah, yaitu nasabah kurang bertanggung jawab dan menggunakan dana pembiayaan bukan seperti dalam
kontrak. Dalam hal ini nasabah lebih mementingkan kepentingan pribadi sehingga ketika harus membayar angsuran serta mengembalikan pokok
pembiayaan pada bank nasabah tidak dapat memenuhinya, uang yang harusnya digunakan untuk usaha tradding nasabah malah dipakai untuk
kepentingan pribadi. Keenam, masalah internal bank syari’ah. Kurangnya pemahaman dan
kualitas Sumber Daya Insani SDI perbankan syariah yang pada umumnya berasal dari perbankan konvensional menyebabkan perilaku mereka seperti
Conventional Bankers bukan seperti Syaria Bankers, sehingga sulit untuk mereka melakukan apalagi merealisasikan pembiayaan yang berbasis bagi
hasil. Khusus untuk pembiayaan produk dana berputar kendala nya adalah pada pihak marketing bank, karena pembiayaan ini memiliki resiko yang
sangat tinggi tidak semua pihak marketing dapat melakukan atau merealisasikan pembiayaan ini, hanya pihak marketing yang telah memiliki
jam terbang serta pengalaman yang tinggi lah yang dapat menangani pembiayaan ini sehingga tidak semua pelaksana marketing dapat menangani
produk pembiayaan ini, seperti contohnya pelaksana marketing yang masih baru atau asisten pelaksana marketing BSM.
77
Dari keseluruhan faktor yang telah dijabarkan sebenarnya yang harus diperhatikan secara khusus adalah pihak marketing, karena apabila berbicara
mengenai target produk bank pasti berhubungan dengan pihak marketing, karena mereka lah yang mempunyai tanggung jawab untuk memasarkan
produk bank yang dalam hal ini adalah berbentuk jasa dan bagaimana untuk mencapai target sesuai dengan apa yang telah diproyeksikan oleh bank. Sesuai
dengan teori Kotler mengenai konsep bauran pemasaran marketing mix 4P, yaitu Product, Price, Place, Promotion, dimana marketing mix merupakan
strategi kombinasi yang hampir dilakukan oleh berbagai perusahaan dalam bidang pemasaran termasuk oleh bank bahwa setiap pelaku pemasaran atau
dalam hal ini adalah pihak marketing dalam memasarkan suatu produk perusahaan bank haruslah melakukan konsep bauran pemasaran dengan baik
guna meraih tujuan perusahaan yang hendak dicapai yang dalam hal ini adalah target. Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Jatinegara Timur pihak
marketing belum sepenuhnya melakukan konsep bauran pemasaran 4 P secara baik yaitu pada Place tempatsaluran distribusi pihak marketing bank tidak
melakukan distribusi atau penyebaran produk secara menyeluruh, produk PDB hanya diperuntukkan untu nasabah yang memiliki track record yang baik dan
memiliki perputaran dana yang cepat revolving karena pada umumnya bank tidak ingin mengalami kerugian di kemudian hari dengan alasan kehati-hatian
jadi tidak semua nasabah dapat menggunakan skim pembiayaan ini padahal seharusnya pihak marketing dapat secara lebih intens dan fokus lagi dalam
menyebarkan produk ini. Selanjutnya adalah Promotion, seperti yang telah kita ketahui bahwa apabila tujuan perusahaan ingin dicapai dalam hal ini
78
adalah target. Maka ujung tombak dari keberhasilan suatu program pemasaran adalah promosi. Promosi merupakan suatu kegiatan mengenalkan suatu
produk agar banyak diminati banyak oleh masyarakat, seperti halnya yang terjadi pada BSM KCP Jatinegara Timur belum sepenuhnya melakukan
promosi kepada masyarakat luas agar menggunakan produk pembiayaan dana berputar sehingga masih banyak masyarakat belum mengetahui atau bahkan
menggunakan skim pembiayaan ini akibat kurang nya promosi atau sosialisasi dari pihak bank, selama ini nasabah pembiayaan hanya berasal dari informasi
yang diberikan oleh teman atau pun yang memang sengaja datang ke kantor BSM KCP Jatinegara Timur untuk dapat mendapat fasilitas pembiayaan ini,
pihak bank belum secara concern mempromosikan atau sosialisasikan produk ini dengan mendatangi nasabah ke pasar-pasar para pedagang kelas menengah
untuk menawarkan produk ini agar target yang telah diproyeksikan oleh bank dapat tercapai dengan banyak merealisasikan skim pembiayaan ini. Lalu
terkait dengan Product, sebenarnya produk ini cukup menguntungkan untuk nasabah karena nasabah hanya perlu membayara bagi hasil saja setiap bulan
sementara pokok pembiayaan dikembalikan pada akhir jangka waktu pembiayaan yaitu selama satu tahun mungkin tidak tecapainya target erat
kaitannya dengan pihak marketing. Dan yang terakhir adalah Price, sebgaimana yang kita tahu harga yang kompetitif menjadi nilai jual utama
dalam suatu produk tidak terkecuali pada produk bank jasa sebenarnya harga atau dalam bank biasa nya disebut biaya ini cukup kompetitif dalam produk
PDB, karena nisbah bagi hasil dalam produk PDB adalah sebesar 0,37 setiap bulan dan jika setahun yaitu sebesar 4,44, nasabah cukup membayar nisbah
79
bagi hasil saja setiap bulan dan apabila ada biaya yaitu biaya administrasi sebesar 1 dari total outstanding atau biaya asuransi karena produk ini
diperuntukkan untuk modak kerja bidang modal kerja. Namun masih kompetitif apabila dibandingkan dengan bank syari’ah lain atau dengan bank
konvensional sekali pun. Terkait pula dengan realisasi yang tidak sesuai dengan target yang telah
ditetapkan oleh bank pula, yang kemungkinan menjadi penyebab terbesar tentulah berkaitan erat dengan pihak manajemen atau dalam hal ini adalah
khusunya pihak marketing. Walaupun secara kuantitatif faktor ini sulit untuk dijabarkan namun secara teknis, manajemen lah yang mempunyai peran
sepenuhnya dalam masalah realiasasi serta proyeksi sasaran target bank. Keberhasilan manajemen dapat dilihat dari pencapaian operasional realisasi
terhadap sasaran atau target yang telah ditetapkan pada awal tahun buku. Apabila terdapat deviasi atau perbedaan antara realisasi atau target haruslah
dapat dijelaskan, apabila deviasi tersebut relatif besar maka perlu dilakukan review untuk penetapan sasaran yang lebih realistis. Dan tidak kalah penting
adalah masalah kualitas aktiva produktif KAP karena dalam realisasinya komposisi akun penempatan dana ditentukan oleh kepiawaian pihak
manajemen dalam mengelola dana yang dimilikinya serta kiat dalam menetapkan target atau rencana kerja, menciptakan produk yang ideal, dan
menjual serta mempromosikannya sampai pada membina hubungan dengan nasabah, bila itu merupakan pembiayaan yang diberikan. Cukup banyak
indikator yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan rencana ekspansi aktiva netto, yaitu mulai dari ketajaman dalam menganalisis pertumbuhan
80
ekonomi sampai pada memperhatikan prinsip kehati-hatian, ini perlu dipahami oleh para manajer bank, karena transaksi yang timbul di dalam pemasaran
marketing bank, tidak hanya sekedar bagaimana menjual produk yang telah diciptakan, akan tetapi yang sangat penting ialah upaya untuk menjaga
kesinambungan dan membina hubungan yang baik antara bank dan nasabah. Seperti apa yang terjadi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu
Jatinegara Timur tidak sesuainya realisasi dengan target yang telah ditetapkan karena pihak manajemen khususnya pihak marketing memang tidak paham
sepenuhnya mengenai bagaimana menangani pembiayaan syariah karena umumnya mereka merupakan conventional bankers bukan syaria bankers
sehingga sulit bagi mereka menjalankan pembiyaan syariah secara sepenuhnya, seperti pada pembiayaan produk dana berputar tidak semua pihak
marketing dapat menjalankan pembiayaan ini, dan apabila pun ada efeknya timbul gagal pengembalian pembiayaan yang disebabkan kurang control
secara penuh dari pihak bank, umumnya bank hanya mengontrol dari angsuran yang dibayarkan oleh nasabah tiap bulan apakah lancar atau tidak, tanpa terjun
langsung memonitor usaha nasabah, selama ini hubungan bank dengan nasabah hanya sebatas pada lalu lintas pembayaran angsuran dan
pengembalian pokok pembiayaan pada akhir jangka waktu pembiayaan. Bank tidak berpartisipasi langsung pada jalannya usaha nasabah.
Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Jatinegara Timur produk pembiayaan ini pula menimbulkan beberapa masalah bagi bank, ini
sebenarnya terjadi karena ketidaksiapan pihak manajemen bank dalam menangani pembiayaan ini, seperti salahnya dalam mengidentifikasi nasabah
81
calon penerima pembiayaan sehingga timbul pembiayaan bermasalah dari produk pembiayaan ini yang menyebabkan tingkat Non Perfoming Financing
NPF bank menjadi sangat tinggi yaitu sekitar 15, padahal untuk standar NPF sebuah bank adalah sebesar 5. Penyebab utama dari timbul nya hal
tersebut adalah adanya moral hazard dari nasabah. Dari tiga nasabah ada dua nasabah yang melakukan side streaming atau moral hazard, seperti yang
terjadi pada CV. Go To dan PT. Raja Sengon. CV. Go To menyalahgunakan kepercayaan bank dengan menggunakan dana tidak seperti yang tertuang
dalam kontrak dan malah menggunakan dana yang seharusnya untuk keperluan tradding untuk ekspansi bisnis lain sama halnya seperti Raja
Sengon, dana bank habis digunakan untuk investasi sehingga tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat mengembalikan pokok pembiayaan.
Adapun mengapa dapat dikatakan pembiayaan bermasalah, terlihat dari
kualitas aktiva produktif KAP nasabah, yaitu Diragukan, mengapa
digolongkan menjadi diragukan karena dalam produk pembiayaan dana berputar di Bank Syariah Mandiri apabila nasabah tidak membayar bagi hasil
setiap bulannya sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor : 57PBI2003 tentang kualitas aktiva produktif bagi bank
syari ’ah.
Itulah sebabnya mengapa bank sulit mewujudkan realisasi sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dengan alasan kehati-hatian, bank pula tidak
mungkin akan mau menderita kerugian yang lebih besar. Untuk sementara ini bank fokus dahulu untuk menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah dengan
melakukan negosiasi dengan pihak nasabah dan membuat sebuah adendum
82
akad yang bertujuan untuk membuat perpanjangan jangka waktu pembiayaan dan membuat akad serta kontrak baru. Tapi tidak menutup kemungkinan
apabila ada nasabah yang menginginkan atau cocok karateristik usaha nya untuk menggunakan skim pembiayaan PDB, bank kembali akan
merealisasikan pembiayaan tersebut tentu saja bank akan lebih hati-hati dalam melakukan analisa dan mengenali calon nasabahnya. Bank pula tidak akan
putus berusaha untuk mewujudkan realisasi agar sesuai dengan target yang ditetapkan mengingat sebenarnya produk ini cukup bagus bagi nasabah dan
bank pula sebenarnya cukup memprioritaskan pembiayaan komersial yang salah satu diantaranya adalah produk pembiayaan dana berputar PDB.
Dengan adanya deviasi yang cukup besar antara sasaran target dan realisasi maka pihak manajemen, khususnya pihak marketing bank perlu melakukan
review secara tepat, benar dan efektif agar dalam penentuan target yang sudah ditetapkan lebih realistis mengingat terdapat faktor-faktor atau kendala yang
menyebabkan hal tersebut dalam menangani proyek pembiayaan dana berputar selain itu pula pihak marketing perlu membuat strategi-strategi jitu
agar dapat mengatasi kendala serta masalah yang ada agar realisasi pembiayaan dapat terwujud sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh
bank. Terkait dengan nilai NPF yang relatif tinggi bank sedang berusaha untuk
meningkatkan jumlah outstanding pembiyaan dari produk pembiayaan lainnya seperti musyarakah, mudharabah, dan murabahah sehingga dapat
memperkecil nilai NPF nya.
83