Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pembiayaan Musyarakah

34 mau tidak mau juga pasti akan berhubungan dengan kegiatan pemasaran bank, dalam hal kegiatan pemasaran juga pasti tidak akan terlepas dari pihak marketing bank karena pihak marketing lah yang melaksanakan kegiatan pemasaran, pemasaran itu sendiri merupakan fungsi pokok dari perusahaan. Menurut Basu Swastha dan Irawan, pemasaran adalah “Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. 20 Dalam kegiatan pemasaran bank juga perlu membuat suatu perencanaan. Rencana pemasaran bank merupakan suatu kegiatan pemasaran yang sangat diperlukan. Rencana ini terutama diperlukan bagi manajemen bank tentang target pemasaran yang harus dicapai. Dalam praktiknya rencana pemasaran bank meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Penyusunan target yang akan dicapai, sebagai contoh rencana jumlah dana yang harus dihimpun dan jumlah dana yang harus disalurkan. 2. Penyusunan organisasi pelaksana atau orang-orang yang akan mengerjakan kegiatan pemasaran tersebut. 3. Penyusunan urutan kegiatan yang harus dijalankan lebih dahulu kemudian kegiatan berikutnya. 4. Penentuan jumlah biaya promosi yang harus dikeluarkan, serta jenis-jenis promosi yang akan dilakukan. 5. Serta kegiatan pemasaran lainnya. 20 Bashu Swastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1997, h. 5 35 Dalam melakukan perencanaan bank juga memelurkan suatu kegiatan bauran pemasaran atau marketing mix untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Marketing mix merupakan strategi kombinasi yang hampir dilakukan oleh berbagai perusahaan dalam bidang pemasaran. Penggunaan bauran pemasaran marketing mix dalam dunia perbankan dilakukan dengan menggunakan konsep-konsep yang sesuai dengan kebutuhan bank. Kotler menyebutkan konsep bauran pemasaran marketing mix terdiri dari empat P 4 P, yaitu : 21 1. Product produk 2. Price harga 3. Place tempatsaluran distribusi 4. Promotion promosi Sedangkan menurut Boom dan Bitner menambah dalam bisnis jasa, bauran pemasaran di samping 4P seperti yang dikemukakan di atas adalah dengan 3P, yaitu : 22 1. People orang, yaitu semua orang yang terlibat aktif dalam pelayanan dan mempengaruhi persepsi pembeli, nama, pribadi pelanggan, dan pelanggan- pelanggan lain yang ada dalam lingkungan pelayanan. 2. Physical evidence bukti fisik, adalah terdiri dari adanya logo atau simbol perusahaan, moto, fasilitas yang dimiliki, seragam karyawan, laporan, kartu nama, dan jaminan perusahaan. 21 Ibid, h. 120 22 Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, Ed. Revisi, Cet. 4, h. 120 36 3. Process proses, merupakan keterlibatan pelanggan dalam pelayanan jasa, proses aktivitas, standar pelayanan, kesederhanaan atau kompleksitas prosedur kerja yang ada di bank yang bersangkutan. Menurut Adrian Payne yang telah diterjemahkan oleh Fandy Tjiptono 2000 Pemasaran telah hadir sedikit terlambat bagi jasa. Sebuah studi terhadap 400 perusahaan jasa dan manufaktur di pertengahan tahun 1970 an menyimpulkan bahwa perusahaan jasa tampaknya : 1. Biasanya kurang memiliki aktivitas-aktivitas bauran pemasaran yang dilakukan dalam departemen pemasaran. 2. Kurang menampilkan analisis dalam bidang penawaran. 3. Lebih cenderung menangani periklanan internal mereka daripada menggunakan agen-agen eksternal. 4. Kurang memiliki rencana penjualan keseluruhan. 5. Kurang mengembangkan program-program pelatihan penjualan. 6. Kurang memanfaatkan perusahaan penelitian pemasaran dan konsultan pemasaran. 7. Kurang menggunakan dana untuk pemasaran bila diekspresikan sebagai penjualan kotor. Masih menurut Adrian Payne pula, Secara keseluruhan pemasaran dalam sektor jasa sekarang ini masih ketinggalan dibandingkan sektor barang-barang konsumen dan industri. Dalam beberapa hal, kurangnya perhatian yang ditunjukkan kepada pemasaran jasa adalah mengejutkan, mengingat ukuran sektor jasa tersebut. Hal ini dapat setidak-tidaknya secara sebagian dijelaskan oleh relatif kurangnya kompetisi dalam banyak bisnis jasa hingga saat ini. 37 Alasan lainnya termasuk sifat kompleks sebuah jasa dan keterikatan pada 4P bauran pemasaran tradisional produk, harga, promosi, dan distribusi saat memasarkan jasa.

D. Analisis Target dan Realisasi Bank Syari’ah

Apabila berbicara mengenai target dan realisasi pasti juga tidak akan terlepas dari performa laporan keuangan bank, karena bank sebagai lembaga kepercayaan, dalam operasionalnya juga berfungsi sebagai public service yang berusaha dengan dana masyarakat, sangat perlu memberikan informasi kepada masyarakat luas terutama mengenai keadaan keuangannya. Dari informasi tersebut akan dapat diketahui mengenai kondisi keuangan, kinerja performance dan hasil usaha yang telah dicapai serta informasi keuangan lainnya. Disamping itu, dapat pula digunakan untuk menganalisis, apakah manajemen telah mengelola banknya secara efisien, produktif dan terencana. Dari rencana kerja dan anggaran bank yang telah disusun setiap tahun akan dapat dibandingkan dengan realisasinya secara teratur baik setiap bulansetiap kwartal atau setiap peiode tertentu yang diinginkan oleh pihak management bank yang bersangkutan. Suatu rencana kerja dan anggaran yang baik akan dihitung berdasarkan standard costing untuk unit kegiatan tertentu, hingga anggaran tersebut betul-betul akan dapat dipakai sebagai alat perencanaan dan pengendalian laba yang teliti, dan akan memenuhi konsep performance-budget yang lebih sesuai dengan sifat bank sebagai badan usaha yang mengejar profitlaba. Mengingat adanya perbedaan yang khusus antara industri perbankan dan industri manufacturing, dimana produk yang dijual dari industri perbankan 38 adalah dalam bentuk jasa yang beraneka ragam, maka hubungan fungsi-fungsi output dan input lebuh sulit untuk distandardisasikan. Oleh karena itu bentuk anggaran di beberapa bank banyak yang berupa appropriate budget yang sebetulnya lebih cocok untuk badan-badan pemerintah dan lembaga-lembaga sosial yang tidak bertujuan untuk mencari laba. Dalam dunia perbankan, dikenal salah satu teknik analisa yang erat kaitannya dengan target dan realisasi, yaitu analisa variansi. Analisa variansi adalah “Suatu teknik analisa perbandingan antara target yang ditetapkan dalam anggaran dengan realisasi yang dicapai apakah menguntungkan atau terjadi penyimpangan yang merugikan.” 23 Berhubung sulitnya aplikasi standar costing di dunia perbankan maka teknik-teknik analisa varians yang lazim dimanfaatkan dalam dunia perbankan namun hanya sebatas pada single variance atau untuk bank yang telah mampu menciptakan standard costing dapat pula menggunakan two variance method. 1. Single Variance Method Dalam metode ini “Analisa varians langsung diperbandingkan antara apa-apa yang dianggarkan dengan realisasi yang dicapai oleh masing- masing mata anggaran yang bersangkutan. Kemudian selisih yang ada dapat berupa favorable variance kalau hal tersebut sifatnya positif bagi bank yang bersangkutan dan sebaliknya akan berupa unfavorable variance apabila sifatnya negatif bagi bank” 24 . Sebagai misal : 23 Teguh Pudjo Muljono, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Jakarta : Djambatan, 1987, h. 30 24 Teguh Pudjo Muljono, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Jakarta : Djambatan, 1995 Ed. Rev.3, Cet.5, h. 64 39 a. Kalau pendapatan yang dicapai dilampauilebih besar dari anggaran yang telah ditetapkan maka penyimpangan tersebut bersifat favorable. Hal ini ada beberapa kemungkinan yang perlu dianalisa mungkin karena anggarannya yang ditetapkan terlalu kecil dan lain-lain. b. Kalau biaya yang dicapai dilampauilebih besar dari anggaran yang telah ditetapkan maka penyimpangan tersebut bersifat unfavorable. Hal ini terdapat kemungkinan anggarannya ditetapkan terlalu kecil dan lain-lain. Cara dalam single variance method ini sangat sederhana dan sudah tentu hasilnya pun kurang memuaskan untuk pengambilan kesimpulan yang diandalkan. 2. Two Variance Method Pada two variance method ini lebih mendekati pemakaian konsep performance-budget bila dibandingkan dengan konsep yang pertama, dan kesimpulan yang dapat diambil pun mempunyai skala yang lebih luas. Jadi misalnya dalam jumlah biaya yang dikeluarkan telah terlampaui dari semula yang dianggarkan, tetapi karena volume usaha yang dicapailebih besar yang dianggarkan maka dalam metode kesimpulan tetap bersifat negatif, tetapi pada metode kedua akan memberikan kesimpulan yang positif. Manfaat dari analisa varians ini : 25 a. Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan anggaran. b. Untuk mengetahui sejauh mana realisasi yang dicapai dibandingkan dengan target. 25 Ibid, h. 65 40 c. Untuk penyimpangan-penyimpangan yang besar jumlahnya significance akan segera dapat diambil tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan. d. Untuk pengukuran prestasi manager bank yang bertanggung jawab untuk pengelolaan masing-masing kegiatan dan lain-lain. Namun dalam pemakain analisa varians ini tetap terdapat keterbatasan yaitu apabila anggaran yang disusun yang akan dipakai sebagai patokanstandard untuk mengadakan penilaian tidak cermat, maka akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga. Oleh karena itu, sebelum analisa varians ini dilakukan perlu diadakan review terlebih dahulu sampai sejauh mana anggaran tersebut dapat dipercaya. Selanjutnya, dalam setiap pembiayaan tidak terlepas dari berbagai macam risiko yang berujung pada pembiayaan bermasalah, oleh karenanya lembaga keuangan syariah pun harus berusaha meminimalisir risiko tersebut. Dalam melakukan pembiayaan, pihak bank syariah harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam mudharib, prinsip ini dikenal 5 C, yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition. Prinsip-prinsip berikut dijelaskan sebagai berikut : 1. Character, adalah “Penilaian dari karakter watak calon peminjam merupakan salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian kredit”. 26 26 Muhammad Syarif Surbakti, Analisis Faktor-faktor Penyebab Non Performing Financing, EKSIS, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami, Vol. 1 No.1 Januari, 2007, h. 7