VITAMIN A TINJAUAN PUSTAKA

16 berhubungan erat dengan menurunnya fungsi enzim pembentuk antibodi, sebagai akibat kekurangan nutrisi tersebut. Dampak defisiensi zat besi terhadap gangguan mental dan kecerdasan telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh NHANES III di Amerika Serikat terhadap 5398 anak usia 6-16 tahun, menunjukkan ternyata status Fe berhubungan dengan prestasi akademik objek yang diteliti. Berdasarkan skor tes matematika terstandaridisasi, pada anak-anak dengan defisiensi besi dengan atau tanpa anemia, memiliki skor tes lebih rendah dibandingkan anak-anak dengan status besi normal Black, 2003. Zat besi dalam hal ini memiliki peranan dalam sistem neurotransmitter dan mungkin berpengaruh terhadap metabolisme dopamin. Dopamin secara nyata memiliki pengaruh yang sangat penting dalam fungsi kontrol perhatian, persepsi, memori, motivasi dan motorik Black, 2003. Anemia gizi besi pada ibu hamil dapat berakibat pada kematian si ibu, pendarahan, berat bayi lahir rendah, infeksi setelah lahir Shah dan Sachdev, 2004. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita anemia gizi besi akan mengalami defisiensi zat besi dan dapat menyebabkan disfungsi otak serta gangguan perbanyakan sel otak.

E. VITAMIN A

Vitamin A merupakan zat gizi essensial, aktivitas biologi senyawa ini diperoleh dari struktur senyawa retinol. Vitamin A di dalam tubuh dapat ditemukan dalam tiga bentuk nya, yaitu retinol alkohol, retinal aldehid dan retinoat asam. Retinol dapat diubah menjadi retinal atau sebaliknya, akan tetapi asam retinoat tidak dapat dibentuk kembali menjadi retinol atau retinal Olson, 1991. Vitamin A dapat diperoleh dari bahan pangan nabati maupun hewani, sebagian besar dalam bentuk ß-karoten dan retinil ester dari hewan. Bagi ß- karoten harus mengalami pemecahan dalam tubuh menjadi dua molekul retinal. Selanjutnya senyawa tersebut dimetabolisme dalam tubuh mengikuti jalur metabolisme asam lemak, ditransportasikan dan disimpan dalam hati. Konsentrasi retinol dalam tubuh ditentukan oleh tingkat sekresi hati dan 17 levelnya dipertahankan sangat konstan kecuali dalam keadaan defisiensi atau keracunan Linder, 1992. Vitamin A memiliki empat fungsi utama, yaitu 1 penglihatan, 2 differensiasi sel, 3 pertumbuhan dan 4 reproduksi. Linder, 1992. Sedangkan Brody 1994 membagi fungsi vitamin A ke dalam tiga kelas yaitu 1 mendorong differensiasi sel epitel, 2 mendorong kelangsungan hidup dari sistem reproduktif pertumbuhan fetal dan vitalitas testis dan 3 utilisasi siklus penglihatan. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan keberlangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh akan vitamin A untuk orang Indonesia telah dibahas dan ditetapkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 1998 dengan mempertimbangkan faktor- faktor khas dari keadaan tubuh orang Indonesia Tabel 8. Tabel 8 Daftar kecukupan konsumsi vitamin A Golongan Umur Kebutuhan vitamin A RE Anak-anak : 0-6 bulan 7-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun 375 400 450 500 Pria : 10-65 tahun 600 Wanita : 10-18 tahun 19-65 tahun 600 500 Hamil +300 Menyusui +350 Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 Defisiensi terhadap vitamin A dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya : 1 konsumsi vitamin A pro- vitamin A rendah, 2 gangguan dalam proses penyerapan didalam usus halus, 3 gangguan dalam proses penyimpanan di hati, dan 4 gangguan dalam proses konversi pro- vitamin A menjadi vitamin A. Gejala maupun akibat defisiensi yang muncul adalah refleksi dari berbagai peranan vitamin A Tabel 9 Muchtadi, 1993. 18 Tabel 9 Gejala atau akibat defisiensi vitamin A A. Mata Rabun senja, keratinisasi kornea, opacity kornea keruh, Bitot’s spot, xerosis conjunctivaI, xerophtalmia B. Infeksi saluran pernafasan C. Perubahan Kulit Kulit kasar dan kering, folliculasis benjolan kecil di dasar kantung rambut yang mengeras D. Pertumbuhan tulang terhambat E. Gangguan kesuburanfertilitas pada pria F. Gangguan siklus estrus, perkembangan plasenta serta aspek lain reproduksi wanita dan resorpsi fetus. G. Pengaruh lainnya Saluran pencernaan diare, hilangnya enamel gigi, menurunnya indera pencium dan perasa, selera makan menurun. Sumber: Muchtadi 1993

F. FORTIFIKASI

Dokumen yang terkait

Identifikasi Zat Pewarna Sintetis Pada Saus Cabe Naga Dengan Metode Kromatografi Kertas

66 435 42

Defisiensi Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B12 Sebagai Salah Satu Predisposisi Stomatitis Aftosa Rekuren

1 50 38

Efikasi dan Preferensi Biskuit yang Difortifikasi Vitamin A dan Zat Besi (Fe) dan Kaitannya dengan Konsumsi, Status Gizi, dan Respons Imun Anak Balita

0 3 149

Perubahan Sifat Fisikokimia dan Pendugaan Umur Simpan Minuman Fungsional Susu Skim yang Disuplementasi Tepung Kedelai Kaya Isoflavon Serta Difortifikasi Vitamin C Dan E

3 19 116

Efikasi dan Preferensi Biskuit yang Difortifikasi Vitamin A dan Zat Besi (Fe) dan Kaitannya dengan Konsumsi, Status Gizi, dan Respons Imun Anak Balita

0 8 308

Stabilitas Minyak Goreng Sawit Curah yang Difortifikasi dengan Vitamin A terhadap Fotooksidasi

0 5 46

HUBUNGAN KONSUMSI PROTEIN, ZAT BESI, VITAMIN C DAN VITAMIN A DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA WANITA Hubungan Konsumsi Protein, Zat Besi, Vitamin C Dan Vitamin A Dengan Kadar Hemoglobin Pada Wanita Usia Subur Di Kecamatan Cangkringan, Sleman.

0 1 18

Komposisi Zat Gizi Tempe yang Difortifikasi Zat Besi dan Vitamin A pada Tempe Mentah dan Matang | Astuti | Agritech 9505 17590 1 PB

0 0 9

ASUPAN ZAT BESI, VITAMIN A DAN ZINK ANAK INDONESIA UMUR 6-23 BULAN

0 0 9

DAMPAK FORTIFIKASI MIE INSTAN DENGAN VITAMIN A DAN ZAT RESl TERHADAP STATUS VITAMIN A DAN STATUS BESI ANAK BALITA ABSTRAK - DAMPAK FORTIFIKASI MIE INSTAN DENGAN VITAMIN A DAN ZAT BESI TERHADAP STATUS VITAMIN A DAN STATUS BESI ANAK BALITA

0 0 11